Udah lama banget nih nggak nulis something personal. Kali ini aku mau berbagi pengalaman ketika beberapa waktu lalu ada triggering yang bikin aku sebel banget sama suami. Dipikir-pikir, punya istri dengan latar belakang fatherless, memang seringnya bikin pusing sih, wkwk.
Kayanya kalau aku jadi suamiku, aku juga nggak betah punya istri modelan kaya aku, hihi. Bersyukur banget punya suami yang diberikan kesabaran luar biasa dan bisa kuat menghadapi segala keabnormalan istrinya ini. Makasih ya, suamiiiik.
Nah, kapan hari tuh, aku nggak sengaja buka chat suami dengan salah satu rekan kerjanya. Kalau dibaca lagi sekarang sih sebenarnya wajar-wajar aja, hehe. Cuma nggak tahu kenapa hari itu aku baper, dan mendadak emosional.
Beruntung saat itu lagi bisa berpikir dengan kepala dingin dan nggak overreact. Ya kali udah belasan nikah masih nggak jago komunikasi ma suami kan ya... wkwk. Ngomongin soal komunikasi sama pasangan, next aku mau sharing beberapa catatanku waktu ikut webinar kece dengan tema ini ya.
Back to situasi yang bikin bete waktu itu, aku langsung mengaplikasikan cara komunikasi I-message ke suami. "Aku nggak nyaman baca chatmu yang seperti ini ke temenmu... aku merasa chatmu ini..." Alhamdulillah karena aku nggak overreact, suami pun juga bisa menerima dengan baik alasanku bete hari itu.
Well, buat Sohib Kongkow yang posisinya sebagai suami dan menghadapi istrinya yang posesif, cemburuan, dan sejenisnya. Coba deh ditilik ke belakang. Apakah istrimu punya trauma masa lalu? Apakah istrimu dibesarkan dengan orang tua yang utuh? Apakah istrimu punya figur ayah di masa tumbuh kembangnya?
Kalau sebagai suami kamu sadar punya istri yang mengalami trust issue dan fatherless issue, sangat penting bagimu untuk bersikap sensitif dan proaktif dalam membangun rasa aman serta kepercayaan dalam hubungan.
Trust issue biasanya berasal dari pengalaman masa lalu yang menyebabkan seseorang merasa sulit mempercayai orang lain, sementara fatherless issue bisa mempengaruhi bagaimana seseorang melihat relasi, kepercayaan, dan rasa aman dalam sebuah hubungan.
6 Hal yang Bisa Dilakukan Suami Apabila Punya Istri dengan Latar Belakang Fatherless
Terus apa sih yang bisa dilakukan suami kalau punya istri dengan latar belakang fatherless? Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh suami:
1. Bangun Komunikasi yang Terbuka dan Jujur
- Selalu Terbuka: Suami harus selalu terbuka dalam berkomunikasi, terutama mengenai interaksi dengan rekan kerja lawan jenis. Jika ada percakapan atau interaksi yang mungkin membuat istri merasa tidak nyaman, sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu.
- Inisiatif untuk Mendiskusikan Perasaan Istri: Ajak istri untuk berbicara tentang perasaan atau kecemasannya. Hindari menyembunyikan atau menutupi sesuatu, karena transparansi bisa membantu meredakan kekhawatiran dan memperkuat kepercayaan.
2. Hormati Batasan yang Sehat dalam Hubungan
- Jaga Batasan dengan Rekan Kerja: Suami perlu menetapkan batasan yang jelas dalam interaksinya dengan rekan kerja lawan jenis. Hindari candaan yang bisa menimbulkan salah paham atau melanggar batas profesional, seperti permintaan yang terlalu akrab atau intim.
- Ciptakan Rasa Aman: Pastikan interaksi dengan rekan kerja tidak menimbulkan keraguan di mata istri. Batasan-batasan ini adalah tanda hormat terhadap perasaan istri dan juga menjaga hubungan tetap sehat.
3. Pahami Latar Belakang Istri
- Empati Terhadap Trust Issue: Mengingat istri memiliki trust issue, penting bagi suami untuk selalu memperhatikan tindakannya yang mungkin bisa memicu rasa tidak aman. Jika istri mengalami trauma atau kesulitan dari masa lalu, dukungan emosional dan kesabaran dari suami akan sangat berarti.
- Pengaruh Fatherless Issue: Jika istri memiliki fatherless issue, ia mungkin lebih sensitif terhadap tanda-tanda pengkhianatan atau kehilangan rasa aman. Suami bisa memberikan rasa aman melalui kata-kata afirmatif, tindakan penuh kasih, dan komitmen nyata yang menunjukkan bahwa ia ada untuk istri secara emosional dan fisik.
4. Afirmasi dan Penguatan Emosional
- Berikan Kepastian: Berikan istri kepastian bahwa dia adalah prioritas dalam hidup suami, baik secara verbal maupun melalui tindakan. Afirmasi cinta dan komitmen bisa membantu meredakan kecemasan dan keraguan.
- Luangkan Waktu untuk Kualitas Bersama: Sediakan waktu khusus untuk berdua agar istri merasa dihargai dan diprioritaskan. Ini akan membantunya merasa lebih aman dalam hubungan.
5. Jangan Menyalahkan atau Meremehkan Perasaan Istri
- Hindari Defensive: Ketika istri mengungkapkan kekhawatirannya, hindari sikap defensif atau meremehkan perasaannya. Dengarkan dengan empati, akui bahwa perasaan tersebut valid, dan yakinkan dia bahwa kamu akan berusaha untuk memperbaiki situasi.
- Cari Solusi Bersama: Diskusikan cara-cara yang bisa membuat istri merasa lebih nyaman. Mungkin bisa berupa kesepakatan tentang cara berinteraksi dengan rekan kerja atau langkah-langkah yang bisa diambil untuk memperkuat hubungan.
6. Terapi atau Konseling
- Pertimbangkan Konseling Pasangan: Jika trust issue dan fatherless issue terus memengaruhi hubungan secara signifikan, pertimbangkan untuk mengikuti terapi atau konseling pasangan. Seorang terapis bisa membantu pasangan memahami akar permasalahan, mengatasi kecemasan, dan memberikan strategi untuk membangun kepercayaan yang lebih kuat.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, suami bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung, sehingga kepercayaan dapat tumbuh secara bertahap. Perhatian, pengertian, dan komitmen yang konsisten adalah kunci dalam mengatasi trust issue dan menjaga hubungan tetap sehat.
Btw, buat para istri dengan latar belakang fatherless, pastikan untuk tidak meletakkan beban dan tanggungjawab sepenuhnya di pundak suami. Lukamu adalah tanggungjawabmu untuk sembuh. Bukan suami yang bisa menyembuhkanmu, kamu yang harus mau untuk bertumbuh.
Suami yang baik pastinya akan bertumbuh menjadi support system handal bagi istrinya. Namun kita sebagai istri yang sadar punya trauma di masa kecil, punya trust issue ataupun fatherless issue, wajib juga berusaha untuk segera keluar dari kondisi tersebut.
Karena mau seberapa banyak orang di sekitar kita mendukung untuk sembuh, kalau diri kita berdiam diri, ya nggak bakal pulih. Selain itu dalam pernikahan dibutuhkan kata saling, bukan paling. So, tidak perlu menunggu suami melakukan keenam hal di atas, istri juga perlu bergerak untuk move on.
Selamat bertumbuh bersama, wahai para istri dengan latar belakang fatherless dan suami yang luar biasa hebatnya sudah menjadi support system terbaik!***
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com