Yuhuuu, I’m back. Ada yang sudah berlebaran hari ini? Selamat merayakan lebaran bersama keluarga ya, pals. Aku tim lebaran ikut pemerintah nih…
Btw, di postingan sebelumnya aku sudah menceritakan alasanku kembali bekerja setelah lama resign. Nah kali ini aku mau berbagi tips bagaimana mempersiapkan diri kalau sohib kongkow pengen mulai kerja lagi di ranah publik.
Walau tetap punya aktivitas di luar, mostly selama 11 tahun aktivitasku ya ada di rumah. Dari ngurusin domestic stuff ataupun ngerjain tulisan semuanya kulakukan dari rumah. Itulah yang bikin mayan jetlag ketika kembali bekerja kantoran.
Syukur alhamdulillah jetlagnya nggak pakai lama sih. Kalaupun masih ada sisa-sisa jetlag, sepertinya usia tak bisa menipu ya… sampai rumah langsung pengennya ketemu kasur. Alhasil, quality time ma anak-anak seringnya ya dihabiskan kruntelan bersama di kasur emak, wkwk.
Mendengarkan celoteh riang mereka menceritakan apa saja yang dilakukan hari itu menjadi obat lelah yang mujarab. Anak-anak pun kini juga excited menanyai aktivitas bundanya hari itu. Apalagi kalau bundanya pulang lebih lama dari biasanya, mereka pasti penasaran ngapain aja si bunda di kantor, hehe.
That’s why ada beberapa hal yang kupersiapkan sebelum memutuskan kembali bekerja setelah lama resign. Cekidoot!
Ujungnya daripada galau ya aku minta aja deh sama Allah, “Ya Allah, jika memang ada pekerjaan yang sesuai dengan apa yang aku butuhkan dan bisa membuatku lebih dekat padaMU, maka dekatkanlah aku dengan rizki tersebut.”
Alhasil ketika akhirnya diterima di Yayasan Dewi Sartika yang menaungi sekolahnya Affan, bertemu dengan circle baru yang keilmuan dan keimanannya luar biasa, aku bersyukur berkali lipat.
Bahkan waktu tahu ada lowongan di sekolahnya Affan, suami justru yang getol mendukungku di saat aku ragu-ragu. Dukungan suami adalah modal untukku siap melangkah dengan mantap.
Selain dengan suami, aku juga ngobrol dengan anak-anak. Terutama dengan si sulung. Aku menceritakan bagaimana kondisi keluarga kami, termasuk perihal ekonomi. Alhamdulillah dia mampu memahami.
Sementara ke adik, aku lebih mempersiapkan agar dia siap buat daycare di sekolahan setiap hari. Sebenarnya bukan hal baru Affan ada di daycare. Sebelum aku ngantor, beberapa kali aku juga sudah menempatkannya di daycare saat ada kerjaan atau blogger gathering di jam-jam sekolah.
Apalagi sekarang daycare-nya di sekolah Affan, aku nggak perlu worry. Aku sudah tahu gimana miss-miss akan menjaga anakku dengan baik, bahkan lebih baik dan lebih suabar dari diriku sendiri, wkwk. Soal tidur siang dan makan aku juga sangat terbantu.
Selama di daycare, Affan justru lebih teratur. Makannya pun sehat karena tanpa MSG. Jadi kalau soal Affan aku nggak terlalu risau. Memang yang jadi pertimbangan justru si kakak karena pulang sekolahnya siang hari, sementara aku kelar kerja jam 15.30.
Bersyukurnya si kakak punya sahabat dekat yang qodarullah aku juga cukup dekat dengan ibunya. Jadilah beberapa hari dalam satu pekan, kakak biasanya akan langsungan ke rumah sahabatnya. Dilanjut nanti mereka akan mengaji bersama di masjid dekat rumah temannya itu.
Tentu saja sebelumnya aku juga berbincang dari hati ke hati dengan ibu sahabatnya. Alhamdulillah sang ibu menyambut dengan tangan terbuka, bahkan malah senang kalau si kakak ke rumah. Soalnya sahabatnya ini belum punya adik, jadi kalau Ifa ke rumah bisa ada teman main.
Aku pun juga merasa aman kalau kakak di rumah sahabatnya, karena sudah tahu bagaimana keluarganya. Jadi nggak khawatir soal shalat dan mengajinya si kakak.
Btw, di postingan sebelumnya aku sudah menceritakan alasanku kembali bekerja setelah lama resign. Nah kali ini aku mau berbagi tips bagaimana mempersiapkan diri kalau sohib kongkow pengen mulai kerja lagi di ranah publik.
Walau tetap punya aktivitas di luar, mostly selama 11 tahun aktivitasku ya ada di rumah. Dari ngurusin domestic stuff ataupun ngerjain tulisan semuanya kulakukan dari rumah. Itulah yang bikin mayan jetlag ketika kembali bekerja kantoran.
Syukur alhamdulillah jetlagnya nggak pakai lama sih. Kalaupun masih ada sisa-sisa jetlag, sepertinya usia tak bisa menipu ya… sampai rumah langsung pengennya ketemu kasur. Alhasil, quality time ma anak-anak seringnya ya dihabiskan kruntelan bersama di kasur emak, wkwk.
Mendengarkan celoteh riang mereka menceritakan apa saja yang dilakukan hari itu menjadi obat lelah yang mujarab. Anak-anak pun kini juga excited menanyai aktivitas bundanya hari itu. Apalagi kalau bundanya pulang lebih lama dari biasanya, mereka pasti penasaran ngapain aja si bunda di kantor, hehe.
5 Cara Mempersiapkan Kembali Bekerja Setelah Lama Resign
Memulai sebuah fragmen hidup yang baru memang tidak mungkin dijalani begitu saja. Terutama karena sekarang aku bukan lagi sesosok individu tunggal. Bukan hanya suami yang dipikirkan, tetapi juga anak-anak.That’s why ada beberapa hal yang kupersiapkan sebelum memutuskan kembali bekerja setelah lama resign. Cekidoot!
1. Minta Sama Allah SWT
Sejak keinginan untuk kembali bekerja kantoran di usia tak lagi muda kembali menyala-nyala, hal pertama yang kulakukan adalah ngobrol sama Allah. Banyak self talk yang kulakukan, seperti egois nggak sih kalau aku pengen kerja kantoran lagi.Ujungnya daripada galau ya aku minta aja deh sama Allah, “Ya Allah, jika memang ada pekerjaan yang sesuai dengan apa yang aku butuhkan dan bisa membuatku lebih dekat padaMU, maka dekatkanlah aku dengan rizki tersebut.”
Alhasil ketika akhirnya diterima di Yayasan Dewi Sartika yang menaungi sekolahnya Affan, bertemu dengan circle baru yang keilmuan dan keimanannya luar biasa, aku bersyukur berkali lipat.
2. Komunikasikan dengan Seluruh Anggota Keluarga
Selain ngobrol sama Allah, tentu saja hal terpenting adalah ngobrol dengan seluruh anggota keluarga. Bukan hanya dengan suami, tapi juga dengan anak-anak. So far, suami sebenarnya membebaskan aku bekerja lagi, yang penting anak-anak tidak kurang perhatian.Bahkan waktu tahu ada lowongan di sekolahnya Affan, suami justru yang getol mendukungku di saat aku ragu-ragu. Dukungan suami adalah modal untukku siap melangkah dengan mantap.
Selain dengan suami, aku juga ngobrol dengan anak-anak. Terutama dengan si sulung. Aku menceritakan bagaimana kondisi keluarga kami, termasuk perihal ekonomi. Alhamdulillah dia mampu memahami.
Sementara ke adik, aku lebih mempersiapkan agar dia siap buat daycare di sekolahan setiap hari. Sebenarnya bukan hal baru Affan ada di daycare. Sebelum aku ngantor, beberapa kali aku juga sudah menempatkannya di daycare saat ada kerjaan atau blogger gathering di jam-jam sekolah.
Apalagi sekarang daycare-nya di sekolah Affan, aku nggak perlu worry. Aku sudah tahu gimana miss-miss akan menjaga anakku dengan baik, bahkan lebih baik dan lebih suabar dari diriku sendiri, wkwk. Soal tidur siang dan makan aku juga sangat terbantu.
Selama di daycare, Affan justru lebih teratur. Makannya pun sehat karena tanpa MSG. Jadi kalau soal Affan aku nggak terlalu risau. Memang yang jadi pertimbangan justru si kakak karena pulang sekolahnya siang hari, sementara aku kelar kerja jam 15.30.
Bersyukurnya si kakak punya sahabat dekat yang qodarullah aku juga cukup dekat dengan ibunya. Jadilah beberapa hari dalam satu pekan, kakak biasanya akan langsungan ke rumah sahabatnya. Dilanjut nanti mereka akan mengaji bersama di masjid dekat rumah temannya itu.
Tentu saja sebelumnya aku juga berbincang dari hati ke hati dengan ibu sahabatnya. Alhamdulillah sang ibu menyambut dengan tangan terbuka, bahkan malah senang kalau si kakak ke rumah. Soalnya sahabatnya ini belum punya adik, jadi kalau Ifa ke rumah bisa ada teman main.
Aku pun juga merasa aman kalau kakak di rumah sahabatnya, karena sudah tahu bagaimana keluarganya. Jadi nggak khawatir soal shalat dan mengajinya si kakak.
3. Lokasi dan Jam Kerja Cocok
Persiapan lainnya adalah hunting lokasi kerja yang letaknya strategis. Sebelum apply lowongan ke tempat aku kerja sekarang, aku sudah apply ke beberapa kantor yang jaraknya relatif dekat dari sekolah Affan.Karena memang skenarionya adalah aku kerja sekalian antar Affan sekolah. Memang sebelum aku ngantor pun, aku sudah ada rencana untuk Affan agar sekolahnya plus daycare. Hanya saja terasa berat di kantong untuk ukuran freelancer kala itu.
Tahu sendiri namanya freelancer kadang ada duit, kadang duitnya telat masuk rekening, hehe. Jadi ya, aku belum berani untuk masukin Affan ke daycare. Sementara dari segi perkembangan, Affan akan lebih optimal ketika sekolahnya sekalian daycare.
Kan suami kerja, kenapa harus pusing mikirin duit sekolah?
Yup, tapi anaknya juga nggak cuma satu kan? Kami juga harus mempersiapkan biaya pendidikan buat keduanya hingga jenjang yang lebih tinggi. Kalau istri bisa membantu suami, kenapa nggak kan? Toh, bukan sebagai pencari nafkah utama. Aku masih sangat menikmati dinafkahi kok, wkwk.
Selain lokasi, aku juga memikirkan jam kerja. Jangan sampai jam kerjaku bikin aku jemput Affan over time. Maksimal jam 16.00 aku sudah harus sampai di sekolahan.
Alhamdulillah, ternyata rezekinya kerja di yayasan sekolahnya Affan. Aku nggak perlu pusing masalah jam kerja deh.
4. Siapkan Fisik dan Mental
Lama nggak kerja kantoran dengan segala rule yang mengikat tentu saja butuh persiapan fisik dan mental. Sebelas tahun lamanya biasa kerja sendiri, jam kerja diatur-atur sendiri, saat sudah ngantor tentu saja nggak bisa seperti itu kan?Harus pandai mengelola hati karena bertemu dengan banyak orang, beragam karakter. Siap mental saat ditegur atasan karena hasil kerjaan nggak sesuai yang diharapkan.
Disiplin dan harus mau belajar hal-hal baru. Senangnya karena aku masuk berbarengan dengan anak-anak magang dari Gen Z, jadi dapat banyak ilmu dari mereka. Terutama soal create video yang kece, juga gimana persiapan live streaming di YouTube.
Pokoknya no baper-baper club deh kalau udah nyemplung ke dunia kantoran. Termasuk harus siap gaji dipotong kalau telat datangnya, hihi.
5. Mantapkan Hati, Perkuat Niat
Beberapa hari setelah masuk kerja, aku mendapat tausiyah dari Eyang Esmi Warassih. Beliau adalah Dewan Penasihat Yayasan Dewi Sartika tempatku bekerja.Tausiyah beliau semakin menguatkan niatku untuk bergabung menjadi salah satu pejuang tangguh Yayasan tersebut. Salah satu yang aku highlight dari tausiyah tersebut adalah, “Jangan hanya bekerja karena uang, karena kalau uangnya nggak sesuai dengan ekspektasi, kita bisa nglokro. Niatkan kerja sebagai silaturahim, bertemu teman, bertemu guru-guru kehidupan baru. Rezeki itu nggak selalu dihitung dengan angka, ketemu sama teman-teman sholih juga rezeki kan?”
Nah, penting banget tuh, pals, buat sohib kongkow yang pengen kembali bekerja setelah lama resign, cek dulu niatnya. Sudah beneran kuatkah? Atau hanya karena bosen dengan rutinitas harian?
Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan;
Innamal a'malu binniyat.
Kalimat tersebut memiliki arti "Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya." Maksudnya yaitu, setiap kegiatan yang sohib kongkow lakukan harus diniatkan karena Allah SWT, bukan karena hal lainnya. Ketika temen kongkow memiliki niat baik dan dilakukan untuk mencari ridho Allah, maka InsyaAllah akan menghasilkan sesuatu yang baik.
So, adakah yang mau mengikuti langkahku untuk kembali bekerja setelah lama resign? Semoga info di atas bisa membantu sohib kongkow ya. Atau ada yang mau menambahkan persiapan lainnya? Boleh lo tulis di kolom komentar. See you, pals.***
Your web-site is so cool. Keep blogging
ReplyDelete