Siapa yang sedang mencari cara menghilangkan rasa sakit hati karena dikhianati? Cuzz lah merapat ke sini, karena aku barusan dapat ilmunya nih.
Insya Allah ampuh karena resep mengobati sakit hati ini diambil langsung dari Al Quran. Nah, masalah prosesnya, tentu saja berbeda-beda tiap orangnya ya.
Bisa jadi cepat, bisa juga lama. Tinggal seberapa kuat niat dan effort sohib kongkow untuk memulihkan diri.
Btw, aku dapat ilmu ini setelah menghadiri kajian Mommy Class #2 yang diselenggarakan oleh Yuk Jadi Orang Tua Shalih (YukJOS) Community Semarang Chapter pada 18 Januari 2023 lalu. Sebenarnya nih topik yang diangkat pada kajian hari itu tentang “Seni Tinggal Bersama Mertua.”
Pasti penasaran ya kok bisa aku menghubungkannya dengan sakit hati karena dikhianati, wkwk. Soalnyaaaa nih… sepanjang kajian aku menahan air mata yang jatuh.
Padahal aku nggak ada masalah yang berarti dengan mertua. Sepanjang kajian yang kuingat justru masalah lama yang nggak kelar-kelar. Qodarullah sepanjang 2022, masalah lama itu timbul tenggelam dan bikin moodku sering porak-poranda.
Masya Allah, di awal tahun ini, Allah seperti menunjukkan ke aku, “Stop aah galau-galaunya. Udah cukup playing victimnya. Cuzz move on yang sebenar-benarnya. Niih, Aku kasih ilmunya.”
Fyi, ustazah Julansari yang menyampaikan materi ini adalah tetanggaku. Bener-bener tetangga, rumahnya satu gang banget, pals.
Insya Allah ampuh karena resep mengobati sakit hati ini diambil langsung dari Al Quran. Nah, masalah prosesnya, tentu saja berbeda-beda tiap orangnya ya.
Bisa jadi cepat, bisa juga lama. Tinggal seberapa kuat niat dan effort sohib kongkow untuk memulihkan diri.
Btw, aku dapat ilmu ini setelah menghadiri kajian Mommy Class #2 yang diselenggarakan oleh Yuk Jadi Orang Tua Shalih (YukJOS) Community Semarang Chapter pada 18 Januari 2023 lalu. Sebenarnya nih topik yang diangkat pada kajian hari itu tentang “Seni Tinggal Bersama Mertua.”
Pasti penasaran ya kok bisa aku menghubungkannya dengan sakit hati karena dikhianati, wkwk. Soalnyaaaa nih… sepanjang kajian aku menahan air mata yang jatuh.
Padahal aku nggak ada masalah yang berarti dengan mertua. Sepanjang kajian yang kuingat justru masalah lama yang nggak kelar-kelar. Qodarullah sepanjang 2022, masalah lama itu timbul tenggelam dan bikin moodku sering porak-poranda.
Masya Allah, di awal tahun ini, Allah seperti menunjukkan ke aku, “Stop aah galau-galaunya. Udah cukup playing victimnya. Cuzz move on yang sebenar-benarnya. Niih, Aku kasih ilmunya.”
Fyi, ustazah Julansari yang menyampaikan materi ini adalah tetanggaku. Bener-bener tetangga, rumahnya satu gang banget, pals.
Eh, ketemunya malah di rumah temen, wkwk. Namun gara-gara kajian tersebut pula, aku kemudian bersilaturahmi secara private ke rumah beliau untuk meminta nasihat dan ilmu untuk masalah yang nggak kunjung usai.
Sebenarnya bukan nggak kunjung usai. Hanya akunya yang terlalu takut menghadapi segala kemungkinan dengan bermacam-macam prasangka di otakku sendiri. Alhamdulillah setelah ngobrol dari hati ke hati dengan Ustazah Julansari, segala prasangka yang muncul di otak mampu lenyap seketika.
Memang sih kuncinya itu pada ilmu. Kalau dah punya ilmunya, kita nggak akan berprasangka ini dan itu. Aku aja yang nunda-nunda belajarnya, padahal yo tetangga dekat ada yang bisa membantu. Coba kemarin-kemarin langsung sinau, lak yo bisa berpikir positif secepat mungkin.
Namun mungkin memang sudah diatur sedemikian rupa. Biar aku juga bisa belajar dulu menerima rasa khawatir, jengkel dan segala macam memori buruk dengan bijak.
Sebenarnya bukan nggak kunjung usai. Hanya akunya yang terlalu takut menghadapi segala kemungkinan dengan bermacam-macam prasangka di otakku sendiri. Alhamdulillah setelah ngobrol dari hati ke hati dengan Ustazah Julansari, segala prasangka yang muncul di otak mampu lenyap seketika.
Memang sih kuncinya itu pada ilmu. Kalau dah punya ilmunya, kita nggak akan berprasangka ini dan itu. Aku aja yang nunda-nunda belajarnya, padahal yo tetangga dekat ada yang bisa membantu. Coba kemarin-kemarin langsung sinau, lak yo bisa berpikir positif secepat mungkin.
Namun mungkin memang sudah diatur sedemikian rupa. Biar aku juga bisa belajar dulu menerima rasa khawatir, jengkel dan segala macam memori buruk dengan bijak.
Btw, buat yang mau menyimak langsung kajian Mommy Class #2, bisa intip di Instagram @yukjossemarang ya.
Pada orang A, penyebab sakit hatinya mungkin terasa remeh buat orang B. Namun bisa jadi yang remeh-temeh buat orang A adalah sumber sakit hati untuk orang B.
That’s why masalah perasaan itu nggak bisa diukur dengan pasti. Sepatu kita berbeda-beda, pals.
Sebuah kalimat dari Ustazah Julansari yang langsung menohokku sampai lapisan ketujuh hatiku saat itu;
Salah satu penyebab sakit hati terbesar pada perempuan adalah hubungan yang kurang baik dengan mertua. That’s why sering banyak kan kasus-kasus mertua-menantu yang ehem banget.
Masalahnya konflik antara ibu mertua dan menantu perempuan itu selalu bikin suami atau anak ibu mertua pusing tujuh keliling. Bela ibu, istrinya baper. Bela istri, ibunya baper. Kasian kan si anak mertua ini, wkwk.
Namun bu Julansari meyakinkan bahwa meski suami seringkali nyebelin dan terkesan membela ibunya, sebenarnya nih hati suami lebih condong pada istrinya. Karena hubungan suami dan istri itu luar biasa.
Dalam bahasa Jawa ada istilah Garwa alias Sigaraning Nyawa. Sedalam dan sekuat itu hubungan antara suami istri.
Fyi, hal tersebut ternyata memang nggak mudah. Ustazah Julansari menyampaikan bahwa birrul walidain adalah ibadah yang paling susah untuk disempurnakan.
Pada prosesnya, rasa sakit hati itu bisa saja muncul atas sikap-sikap yang disengaja atau tidak. Konflik sangat mudah terjadi.
Bukan hanya antara menantu - mertua, tapi juga orang tua dan anak kandung. Maka sekarang makin banyak tuh tips membasuh luka pengasuhan, terapi inner child dan sejenisnya.
Jadi menurutku rasa sakit hati karena dikhianati ini luas banget. Apa yang disampaikan oleh Ustazah Julansari lebih dari soal ‘Seni Tinggal Bersama Mertua,” tetapi juga menyentuh terkait permasalahan inner child, bahkan juga hubungan antara pasangan suami istri.
Ya, karena dalam kehidupan sehari-hari, sakit hati karena dikhianati ini dekaat banget. Dikhianati ini nggak melulu soal istri diselingkuhin suami.
Oleh karenanya penting untuk senantiasa meminta agar Allah melembutkan hati kita. Hati yang keras akan susah menerima takdir, hingga akhirnya muncul konflik demi konflik.
Nah, gimana agar hati bisa menjadi lembut?
Tentu saja kita perlu ilmu. Artinya jangan pernah berhenti belajar. Ilmu adalah pondasi untuk setiap perilaku dan keputusan yang kita ambil di dalam hidup.
Dengan ilmu, kita akan lebih mudah menghadirkan penerimaan, kesabaran dan kesyukuran. Tiga hal tersebut yang akan menuntun hati kita menjadi lembut.
Dalam kerangka hubungan dengan orang tua dan mertua, Ustazah Julansari menyampaikan bahwa dalam narasi Al Quran ibu dan bapak memiliki dua istilah yang berbeda. Istilah yang pertama yaitu Ummu dan Abu.
Istilah Ummu mengacu pada sosok ibu yang memiliki tingkat kemuliaan tinggi. Begitu juga dengan Abu. Kata ini berkiblat pada sosok ayah yang penuh keteladanan dan pengayoman.
Sementara narasi yang kedua yaitu Walidah dan Walid. Dua istilah ini mengacu pada sosok ibu dan bapak yang menjadi sebab lahir. Atau bisa kita sebut sebagai orang tua biologis.
Tidak semua orang tua mampu menjadi ummu dan abu. Apabila posisi kita ditempatkan sebagai orang tua, maka target kita seharusnya menjadi Ummu dan Abu.
Tentu saja menjadi Ummu dan Abu menghendaki effort yang berlipat daripada sekadar menjadi walidah dan walid. Kita bukan hanya melahirkan, tetapi juga memberikan pengasuhan terbaik.
Namun apabila posisi kita sebagai seorang anak, kita nggak bisa menuntut orang yang melahirkan kita menjadi Ummu dan Abu. Itulah kenapa istilah berbakti kepada orang tua disebut sebagai ‘birrulwalidain’.
Artinya apa?
Bahkan meski kedua orang tua ‘hanya’ melahirkan kita, tidak belajar soal pengasuhan dan mungkin banyak melahirkan luka-luka sepanjang prosesnya, sebagai anak kita wajib berbakti kepada mereka. Sehina apapun orang tua kita, birrulwalidain is must!
Begitu pula dengan mertua. Berbakti kepada bapak ibu dari pasangan kita adalah kewajiban. Bahwasanya tanpa kedua orang tuanya, kita tak akan bisa bertemu dengan pasangan kita.
Ustazah Julansari menutup poin pertama ini dengan sebuah nasihat;
Apalagi kalau sudah sampai level baper akut, seringkali kita mudah terjebak pada zona ‘playing victim’ yang nggak kelar-kelar. Namun ingat, baper itu bukan perkara syariat. Baper itu obatnya ya menata mindset dan hati sendiri.
Pada Al Quran surat At Tagabun ayat 14 disebutkan;
Sebab-Sebab Sakit Hati
Sakit hati tuh pasti banyak dan beragam banget ya penyebabnya. Setiap orang punya penyebab masalah yang berbeda.Pada orang A, penyebab sakit hatinya mungkin terasa remeh buat orang B. Namun bisa jadi yang remeh-temeh buat orang A adalah sumber sakit hati untuk orang B.
That’s why masalah perasaan itu nggak bisa diukur dengan pasti. Sepatu kita berbeda-beda, pals.
Sebuah kalimat dari Ustazah Julansari yang langsung menohokku sampai lapisan ketujuh hatiku saat itu;
Sakit hati sebagian besar disebabkan oleh baper (bawa perasaan). Masalahnya baper itu bukan perkara syariat. Baper itu perkara psikologis. Maka PR untuk memulihkan perasaan itu ya terletak pada diri sendiri.Duoeeng. Jadi ingat sama insight webinar Pulih deh.
Yang menyebabkan luka di hati kita memang orang lain. Tapi kewajiban untuk pulih ada di diri kita sendiri.Masalahnya, sampai kapan sih kita mau terus-terusan terkungkung pada rasa sakit hati? Semakin lama, yang rusak diri sendiri lo.
Salah satu penyebab sakit hati terbesar pada perempuan adalah hubungan yang kurang baik dengan mertua. That’s why sering banyak kan kasus-kasus mertua-menantu yang ehem banget.
Masalahnya konflik antara ibu mertua dan menantu perempuan itu selalu bikin suami atau anak ibu mertua pusing tujuh keliling. Bela ibu, istrinya baper. Bela istri, ibunya baper. Kasian kan si anak mertua ini, wkwk.
Namun bu Julansari meyakinkan bahwa meski suami seringkali nyebelin dan terkesan membela ibunya, sebenarnya nih hati suami lebih condong pada istrinya. Karena hubungan suami dan istri itu luar biasa.
Dalam bahasa Jawa ada istilah Garwa alias Sigaraning Nyawa. Sedalam dan sekuat itu hubungan antara suami istri.
Kekariban terdekat adalah hubungan antara suami dan istri. Oleh karenanya hubungan keduanya haruslah kuat, biar nggak ambyar dan menghancurkan semuanya.
Kalau hubungan suami istri kuat, insya Allah urusan lain-lain akan lebih mudah. Oleh karenanya sebelum meminta anak-anak yang menyejukkan hati, tahapannya adalah meminta dihadirkan pasangan yang menyejukkan hati terlebih dulu. Sebagaimana termaktub pad Al Quran surat Al Furqan ayat 74:
Meski ibu melahirkan anak laki-laki, tapi istrinya adalah belahan jiwanya. Makanya kalau kita lagi ada salah paham sama mertua, lalu kita merasa suami lebih membela ibunya, jangan keburu baper dulu.
Dinginkan kepala dulu, baru nanti komunikasikan lagi ke suami.
Ustazah Julansari menambahkan bahwa sebenarnya dalam Al Quran tidak ada tuh syariat khusus tentang adab terhadap mertua. Bahkan ‘mertua’ tidak dibahasakan secara khusus. Artinya kedudukan mertua itu sama dengan orang tua kita.
Dalam hal ini kita patut menengok Al Quran Surat An Nisa, Ayat 36. Seperti ini nih bunyi dan artinya, pals:
Dari ayat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam menjalin hubungan dengan manusia lain (hablumminnannas), ada 9 perkara yang harus dijaga baik-baik:
Dinginkan kepala dulu, baru nanti komunikasikan lagi ke suami.
Ustazah Julansari menambahkan bahwa sebenarnya dalam Al Quran tidak ada tuh syariat khusus tentang adab terhadap mertua. Bahkan ‘mertua’ tidak dibahasakan secara khusus. Artinya kedudukan mertua itu sama dengan orang tua kita.
Dalam hal ini kita patut menengok Al Quran Surat An Nisa, Ayat 36. Seperti ini nih bunyi dan artinya, pals:
Dari ayat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam menjalin hubungan dengan manusia lain (hablumminnannas), ada 9 perkara yang harus dijaga baik-baik:
- Hubungan dengan kedua orang tua, termasuk mertua ya
- Hubungan dengan kerabat (adik kandung, om, pakdhe, dsb)
- Hubungan dengan anak yatim
- Hubungan dengan orang miskin
- Hubungan dengan tetangga dekat
- Hubungan dengan tetangga jauh
- Hubungan dengan teman sejawat (temen sekolah, temen komunitas)
- Hubungan dengan Ibnu Sabil (orang yang kita temui dalam perjalanan)
- Hubungan dengan hamba sahaya
Fyi, hal tersebut ternyata memang nggak mudah. Ustazah Julansari menyampaikan bahwa birrul walidain adalah ibadah yang paling susah untuk disempurnakan.
Pada prosesnya, rasa sakit hati itu bisa saja muncul atas sikap-sikap yang disengaja atau tidak. Konflik sangat mudah terjadi.
Bukan hanya antara menantu - mertua, tapi juga orang tua dan anak kandung. Maka sekarang makin banyak tuh tips membasuh luka pengasuhan, terapi inner child dan sejenisnya.
Jadi menurutku rasa sakit hati karena dikhianati ini luas banget. Apa yang disampaikan oleh Ustazah Julansari lebih dari soal ‘Seni Tinggal Bersama Mertua,” tetapi juga menyentuh terkait permasalahan inner child, bahkan juga hubungan antara pasangan suami istri.
Ya, karena dalam kehidupan sehari-hari, sakit hati karena dikhianati ini dekaat banget. Dikhianati ini nggak melulu soal istri diselingkuhin suami.
Bisa jadi lo anak kita pun merasa terkhianati hanya gara-gara kita janji ngajak dia main ke taman, eh dengan santainya kita batalkan karena lagi ada kerjaan tanpa penjelasan yang jelas.
Buat kita mungkin sepele, tapi buat anak bisa jadi terasa besar. Apalagi kalau berkali-kali kita melakukannya, bukan nggak mungkin hal itu jadi luka yang menumpuk.
Nah, kalau temen-temen kongkow punya perasaan sakit hati yang belum kelar ke siapa nih? Yuuk lah kita on the way pulih.
Buat kita mungkin sepele, tapi buat anak bisa jadi terasa besar. Apalagi kalau berkali-kali kita melakukannya, bukan nggak mungkin hal itu jadi luka yang menumpuk.
Nah, kalau temen-temen kongkow punya perasaan sakit hati yang belum kelar ke siapa nih? Yuuk lah kita on the way pulih.
Yuk Praktekkan 5 Cara Menghilangkan Rasa Sakit Hati karena Dikhianati
Nggak usah berpanjang kata lagi deh. Aku yakin temen kongkow pasti sudah nggak sabar pengen mencari jawaban cara menghilangkan rasa sakit hati, ye kan?Pada dasarnya rasa sakit hati muncul karena kurangnya penerimaan di dalam diri, pals. Alias manusia nih doyan banget menggugat takdir Allah. Orang yang suka menggugat takdir Allah, biasanya adalah orang-orang yang lupa bersyukur.
Duh, jleb amat yaks.
Contohnya, buat sohib kongkow yang ditakdirkan tinggal dengan mertua. Alih-alih menerima keadaan tersebut dengan penuh syukur, menjadikan perkara tersebut sebagai ladang jariyah yang luas, malah seringkali membuatnya keruh dengan merasa terzhalimi atas perilaku mertua.
Bisa jadi kamu merasa diuji dengan sikap mertua. Di satu sisi, mertua pun merasa kalau menantu alias dirimu adalah ujian baginya.
Ustazah Julansari mengatakan, “Sesungguhnya kita adalah ujian bagi masing-masing. Jadi nggak perlulah baper berlama-lama.”
Daripada baper, mending cuzz segera istighfar lalu mengingat bahwa apa yang sedang kita jalani adalah takdir Allah. Karena penerimaan alias Acceptance adalah kunci menuju pemulihan diri.
Sebagaimana tertera pada Al Quran Surat Ali Imron ayat 159, berikut ini tahap-tahap menghilangkan rasa sakit di hati:
Contohnya, buat sohib kongkow yang ditakdirkan tinggal dengan mertua. Alih-alih menerima keadaan tersebut dengan penuh syukur, menjadikan perkara tersebut sebagai ladang jariyah yang luas, malah seringkali membuatnya keruh dengan merasa terzhalimi atas perilaku mertua.
Bisa jadi kamu merasa diuji dengan sikap mertua. Di satu sisi, mertua pun merasa kalau menantu alias dirimu adalah ujian baginya.
Ustazah Julansari mengatakan, “Sesungguhnya kita adalah ujian bagi masing-masing. Jadi nggak perlulah baper berlama-lama.”
Daripada baper, mending cuzz segera istighfar lalu mengingat bahwa apa yang sedang kita jalani adalah takdir Allah. Karena penerimaan alias Acceptance adalah kunci menuju pemulihan diri.
Sebagaimana tertera pada Al Quran Surat Ali Imron ayat 159, berikut ini tahap-tahap menghilangkan rasa sakit di hati:
1. Memperlembut Hati
Takdir Allah yang terbaik, nggak kurang nggak lebih. Hal itulah yang harus senantiasa diingat. Tanpa adanya kelembutan, takdir apapun akan terasa kelam dan melelahkan.Oleh karenanya penting untuk senantiasa meminta agar Allah melembutkan hati kita. Hati yang keras akan susah menerima takdir, hingga akhirnya muncul konflik demi konflik.
Nah, gimana agar hati bisa menjadi lembut?
Tentu saja kita perlu ilmu. Artinya jangan pernah berhenti belajar. Ilmu adalah pondasi untuk setiap perilaku dan keputusan yang kita ambil di dalam hidup.
Dengan ilmu, kita akan lebih mudah menghadirkan penerimaan, kesabaran dan kesyukuran. Tiga hal tersebut yang akan menuntun hati kita menjadi lembut.
Dalam kerangka hubungan dengan orang tua dan mertua, Ustazah Julansari menyampaikan bahwa dalam narasi Al Quran ibu dan bapak memiliki dua istilah yang berbeda. Istilah yang pertama yaitu Ummu dan Abu.
Istilah Ummu mengacu pada sosok ibu yang memiliki tingkat kemuliaan tinggi. Begitu juga dengan Abu. Kata ini berkiblat pada sosok ayah yang penuh keteladanan dan pengayoman.
Sementara narasi yang kedua yaitu Walidah dan Walid. Dua istilah ini mengacu pada sosok ibu dan bapak yang menjadi sebab lahir. Atau bisa kita sebut sebagai orang tua biologis.
Tidak semua orang tua mampu menjadi ummu dan abu. Apabila posisi kita ditempatkan sebagai orang tua, maka target kita seharusnya menjadi Ummu dan Abu.
Tentu saja menjadi Ummu dan Abu menghendaki effort yang berlipat daripada sekadar menjadi walidah dan walid. Kita bukan hanya melahirkan, tetapi juga memberikan pengasuhan terbaik.
Namun apabila posisi kita sebagai seorang anak, kita nggak bisa menuntut orang yang melahirkan kita menjadi Ummu dan Abu. Itulah kenapa istilah berbakti kepada orang tua disebut sebagai ‘birrulwalidain’.
Artinya apa?
Bahkan meski kedua orang tua ‘hanya’ melahirkan kita, tidak belajar soal pengasuhan dan mungkin banyak melahirkan luka-luka sepanjang prosesnya, sebagai anak kita wajib berbakti kepada mereka. Sehina apapun orang tua kita, birrulwalidain is must!
Begitu pula dengan mertua. Berbakti kepada bapak ibu dari pasangan kita adalah kewajiban. Bahwasanya tanpa kedua orang tuanya, kita tak akan bisa bertemu dengan pasangan kita.
Ustazah Julansari menutup poin pertama ini dengan sebuah nasihat;
Kalau kita berharap anak-anak menunaikan birrulwalidain mereka atas kita, maka selesaikanlah urusan birrulwalidain kita pada kedua orang tua.
2. Memperluas Pemaafan
Memaafkan segala perilaku orang tua, mertua ataupun orang-orang di sekitar yang menimbulkan sakit di hati harus terus diupayakan. Perkara memaafkan ini gampang-gampang susah ya.Apalagi kalau sudah sampai level baper akut, seringkali kita mudah terjebak pada zona ‘playing victim’ yang nggak kelar-kelar. Namun ingat, baper itu bukan perkara syariat. Baper itu obatnya ya menata mindset dan hati sendiri.
Pada Al Quran surat At Tagabun ayat 14 disebutkan;
Ayat tersebut mengingatkan kita untuk selalu memberi maaf, merangkul dengan cinta dan mengampuni kesalahan-kesalahan orang-orang yang menjadi penyebab luka dan sakit di hati.
Jika Allah saja Maha Pemaaf, kenapa sih kita yang sesama manusia tak bisa saling memaafkan? Sejatinya, memaafkan itu efeknya luar biasa lo.
Dalam sebuah kajian Dokter Aisyah Dahlan diceritakan bagaimana proses memaafkan mampu mengubah kinerja otak. Otak menjadi lebih aktif dan produktif saat memaafkan.
Seringkali kita lebih legowo untuk memaafkan ibu dan ayah kandung dibanding mertua. Hal itu wajar karena kita dan orang tua kandung terikat nasab.
Sementara suami/ istri dan keluarganya terikat oleh akad atau komitmen. Maka memang perkara memaafkan perilaku mertua yang terasa menjengkelkan buat kita memang butuh upaya lebih besar.
Bisikkanlah dalam doa-doa panjang kita agar Allah senantiasa mengampuni kedua orang tua, mertua, pasangan, anak-anak dan orang-orang di sekitar yang mungkin telah menjadi penyebab terjadinya luka di hati.
Membiarkan diri terus-terusan merasa marah dan sakit hati tak hanya menyebabkan sakit psikis, tetapi juga bisa menghancurkan fisik lo. Wajah jadi mudah berkerut dan terlihat tua, duh sayang kan krim anti aging kita oleskan berkali-kali, tapi jadi nggak berefek hanya karena masih ada bara di hati, hehe.
Ustazah Julansari juga mengingatkan apabila kelak kita menjadi mertua, jangan lupa pula untuk mengilmui dan mempersiapkan diri menjadi mertua. Hal tersebut penting agar kita tidak menjadi penyebab luka dan konflik dalam kehidupan rumah tangga anak-anak kita.
Konflik biasanya timbul karena ada persepsi yang berbeda. Persepsi tersebut kemudian menghasilkan prasangka. Prasangka yang dibiarkan tanpa ada kejelasan akan menghasilkan luka.
Alih-alih membiarkan prasangka tumbuh subur, komunikasikanlah secara baik-baik agar kita bisa saling mengerti dan memahami.
Kalau kata Abah Ihsan di setiap kajiannya, “Sering-seringlah ngobrol nggak penting sebelum ngobrol yang penting.”
Yup, ngobrol apa aja deh. Karena sesi ngobrol sejatinya adalah sesi PDKT alias momen untuk mengenal lebih dekat, momen menguatkan bonding.
Dengan banyak ngobrol, kita jadi lebih paham FoR (Frame of Reference) dan FoE (Frame of Experience) dari sisi ortu, mertua, pasangan atau lainnya. Setelah memahami FoR dan FoE masing-masing, kita jadi lebih mudah berempati dan menempatkan diri.
Nggak perlu ada penjelasan panjang kali lebar pada poin ini. Intinya, kalau kita sudah mengusahakan banyak hal, tetapi kok orang-orang yang menjadi penyebab sakit di hati kita masih saja menjengkelkan, ya sudah kembalikan saja pada Allah.
Ingat, pada dasarnya setiap manusia di dunia saling menguji satu sama lain. So, stop merasa paling terzhalimi.
Ustazah Julansari menutup kajian siang itu dengan nasihat yang dinukil dari sebuah hadits;
Alih-alih merasa bersalah, kita hanya perlu mengingat bahwasanya apa yang tidak sempurna di dunia akan disempurnakan di akhirat.
Jika Allah saja Maha Pemaaf, kenapa sih kita yang sesama manusia tak bisa saling memaafkan? Sejatinya, memaafkan itu efeknya luar biasa lo.
Dalam sebuah kajian Dokter Aisyah Dahlan diceritakan bagaimana proses memaafkan mampu mengubah kinerja otak. Otak menjadi lebih aktif dan produktif saat memaafkan.
Seringkali kita lebih legowo untuk memaafkan ibu dan ayah kandung dibanding mertua. Hal itu wajar karena kita dan orang tua kandung terikat nasab.
Sementara suami/ istri dan keluarganya terikat oleh akad atau komitmen. Maka memang perkara memaafkan perilaku mertua yang terasa menjengkelkan buat kita memang butuh upaya lebih besar.
3. Memohonkan Ampun Baginya
Nah, apabila maaf sudah diperluas, saatnya masuk ke dalam tahapan memohonkan ampunan untuk setiap perilaku orang-orang yang menyebabkan luka di hati kita.Bisikkanlah dalam doa-doa panjang kita agar Allah senantiasa mengampuni kedua orang tua, mertua, pasangan, anak-anak dan orang-orang di sekitar yang mungkin telah menjadi penyebab terjadinya luka di hati.
Tidak ada kesenangan batin yang terpuaskan dengan kehidupan pendendam.Berlarut-larut dalam rasa amarah dan luka hati hanya akan menghancurkan diri sendiri. Sejatinya kita memaafkan dan memohonkan ampunan untuk kehidupan kita yang lebih baik.
Membiarkan diri terus-terusan merasa marah dan sakit hati tak hanya menyebabkan sakit psikis, tetapi juga bisa menghancurkan fisik lo. Wajah jadi mudah berkerut dan terlihat tua, duh sayang kan krim anti aging kita oleskan berkali-kali, tapi jadi nggak berefek hanya karena masih ada bara di hati, hehe.
Ustazah Julansari juga mengingatkan apabila kelak kita menjadi mertua, jangan lupa pula untuk mengilmui dan mempersiapkan diri menjadi mertua. Hal tersebut penting agar kita tidak menjadi penyebab luka dan konflik dalam kehidupan rumah tangga anak-anak kita.
Wahai ibu mertua, jangan pernah bersaing dengan menantu perempuanmu. Karena hanya istri yang bisa menghadirkan Sakinah, Mawaddah Warohmah bagi anak lelakimu. Bersekutulah dengan menantumu agar ia bisa mencintai dan memperlakukan anak lelakimu sebaik-baiknya. - Ustazah Julansari.
4. Sering Bermusyawarah
Salah satu cara agar ketegangan dan konflik mencair di antara menantu - mertua, anak - orang tua, ataupun suami - istri adalah dengan saling berbincang. Sering-seringlah duduk santai, ngobrol-ngobrol sambil ngeteh atau ngopi bareng.Konflik biasanya timbul karena ada persepsi yang berbeda. Persepsi tersebut kemudian menghasilkan prasangka. Prasangka yang dibiarkan tanpa ada kejelasan akan menghasilkan luka.
Alih-alih membiarkan prasangka tumbuh subur, komunikasikanlah secara baik-baik agar kita bisa saling mengerti dan memahami.
Kalau kata Abah Ihsan di setiap kajiannya, “Sering-seringlah ngobrol nggak penting sebelum ngobrol yang penting.”
Yup, ngobrol apa aja deh. Karena sesi ngobrol sejatinya adalah sesi PDKT alias momen untuk mengenal lebih dekat, momen menguatkan bonding.
Dengan banyak ngobrol, kita jadi lebih paham FoR (Frame of Reference) dan FoE (Frame of Experience) dari sisi ortu, mertua, pasangan atau lainnya. Setelah memahami FoR dan FoE masing-masing, kita jadi lebih mudah berempati dan menempatkan diri.
5. Berserah pada Allah
Kalau langkah 1 sampai dengan 4 sudah kita jalani dengan sebaik-baiknya, maka tahap paling akhir yaitu serahkan semuanya kepada Allah.Nggak perlu ada penjelasan panjang kali lebar pada poin ini. Intinya, kalau kita sudah mengusahakan banyak hal, tetapi kok orang-orang yang menjadi penyebab sakit di hati kita masih saja menjengkelkan, ya sudah kembalikan saja pada Allah.
Jika Allah mendatangkan suatu masalah, maka sejatinya Allah pula yang akan menghadirkan solusi.Hanya saja Allah ingin melihat dulu upaya dan usaha kita, baru solusi itu akan muncul. Ada kalanya pula kita berada pada tahap denial terlebih dahulu, sehingga nggak langsung bisa menerima solusi yang sebenarnya sudah ada di depan mata.
Ingat, pada dasarnya setiap manusia di dunia saling menguji satu sama lain. So, stop merasa paling terzhalimi.
Kesimpulan: Takdir Allah yang Terbaik
Berbeda dengan sakit fisik, obat untuk sakit hati memang harus kita upayakan sendiri. Sakit hati yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan kita sebagai manusia dalam menerima takdir Allah hanya bisa disembuhkan oleh diri sendiri.Kuncinya ya cuma satu; kalau ngomongin takdir ya nggak usah lebay. Yakin aja deh Allah tahu porsi yang terbaik.Setiap dari kita punya ceritanya masing-masing. Berkonsentrasilah pada cerita tersebut. Apakah kita akan membuatnya menjadi manfaat atau mudharat, tergantung bagaimana kita mau ridho menjalankan peran.
Ustazah Julansari menutup kajian siang itu dengan nasihat yang dinukil dari sebuah hadits;
Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik takdirnya. Yaitu mereka yang mampu menemui atau menepati kebenaran dan memenuhi kewajiban.Dalam kerangka sebagai anak dan menantu, salah satu kebenaran dan kewajiban yang nggak boleh dilupakan adalah birrulwalidain. Sebuah kewajiban yang susah 100% sempurna.
Alih-alih merasa bersalah, kita hanya perlu mengingat bahwasanya apa yang tidak sempurna di dunia akan disempurnakan di akhirat.
Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat. Mohon maaf jika ada salah-salah kata dalam menyampaikan ulang isi kajian.
Semoga sohib kongkow mampu menangkap insights dan siap melakukan 5 cara menghilangkan sakit hati karena dikhianati yang sudah dijabarkan di atas. Selamat mencoba dan salam sehat mental!***
Semoga sohib kongkow mampu menangkap insights dan siap melakukan 5 cara menghilangkan sakit hati karena dikhianati yang sudah dijabarkan di atas. Selamat mencoba dan salam sehat mental!***
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com