Saat ini istilah sekolah homeschooling makin marak beredar di kalangan masyarakat. Bahkan pelaku homeschooling tak lagi dianggap aneh.
Berbeda beberapa tahun lalu saat aku mulai mengenal konsep ini. Banyak orang mengernyitkan kening saat bertemu dengan pelaku homeschooling.
Aku pernah terpikir untuk memilih jalur homeschooling untuk anak-anakku. Namun pada akhirnya aku memilih opsi schooling. Walau untuk anak pertama, sekolahnya pun semi-semi homeschooling karena kurikulum yang digunakan tidak mengikuti standar nasional.
Untuk bisa mendapat ijazah, anakku juga harus mengikuti ujian kesetaraan alias ujian Paket. Sama halnya dengan pelaku homeschooling yang membutuhkan ijazah, maka harus mengikuti ujian kesetaraan lewat PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyrakat).
Eniwei, kita kenalan dulu yuk sama istilah homeschooling. Dari namanya saja kita bisa menyimpulkan arti kata tersebut.
Home mengacu pada rumah, atau lebih khusus terkait dengan keluarga. Sementara Schooling adalah sekolah. Maka homeschooling yaitu “sekolah berbasis keluarga.”
Dari namanya saja, seharusnya kita bisa tahu ya bahwa homeschooling itu mengandalkan kedua orang tua sebagai fasilitator belajar bagi anak-anaknya. Namun banyak juga yang menganggap homeschooling itu hanyalah memindahkan tempat belajar dari sekolah ke rumah.
Jadi semua yang dipelajari sama saja seperti di sekolah formal, hanya dilakukan di sekolah dan dibantu oleh tentor private. Kalau dari yang aku pelajari, bukan seperti ini konsep homeschooling yang sebenarnya.
That’s why kemudian muncul istilah lain yang disebut dengan home education. Istilah tersebut bermakna pendidikan berbasis keluarga.
Hal ini untuk memberikan makna lebih dalam, bahwasanya pendidikan itu tidak melulu didapat lewat sekolah. Ngobrol bersama orang tua, traveling ke suatu tempat wisata atau bertemu dengan pakar bidang tertentu juga bisa menjadi sarana pendidikan.
Tentunya setiap orang bebas memilih ya mau menggunakan istilah mana. Termasuk mau menerapkan konsep homeschooling seperti apa.
Kalau aku sih, jujur meskipun one day kok anakku ada yang meminta homeschooling, aku tetap akan membutuhkan lembaga atau guru pendamping sih. Kayanya membayangkan menjadi full time teacher buat anak-anakku, kepalaku kok mendadak cekot-cekot yaa, hahaha.
Nah, dua tahun lagi kan anak pertamaku lulus sekolah setara SD nih. Doi tuh mulai bimbang mau melanjutkan pendidikannya ke mana.
Sempat lo dia merengek padaku, “Bun, nanti SMP dan SMA homeschooling aja gimana?”
Mendengar proposal anakku ini, rasanya langsung deg-degan. Duh, kira-kira siap nggak ya.
Kalau temen-temen kongkow ada nggak anaknya yang pernah mengajukan proposal semacam itu? Terus responnya gimana?
Apalagi saat ini di Indonesia, homeschooling sudah ditetapkan menjadi salah satu sistem pendidikan yang legal. Hal tersebut sudah tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2014.
Peraturan tersebut juga mengatur bahwa Lulusan Homeschooling diakui dan dianggap setara dengan peserta didik dari sekolah formal. Artinya, anak homeschooling juga bisa memiliki ijazah SD/ SMP/ SMA atau sederajat yang bisa digunakan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
Sudah banyak kok buktinya. Beberapa anak temanku yang homeschooling juga berhasil masuk ke PTN (Perguruan Tinggi Negeri) lo. Hal tersebut membuktikan bahwasanya sekarang negara ini sudah makin ramah terhadap anak-anak homeschooling ya, pals?
Sebenarnya siapapun boleh kok mengambil opsi homeschooling. Namun biasanya sebagian besar pelaku homeschooling adalah:
Baik anak dan orang tua harus sudah saling berkomunikasi tentang bagaimana jalannya proses bersekolah di rumah tersebut. Bagaimanapun diperlukan suasana yang kondusif untuk bisa mencapai target yang diinginkan.
Oh ya, orang tua yang ingin menerapkan sekolah homeschooling diwajibkan untuk melapor ke dinas pendidikan di tingkat kabupaten atau kota. Hal ini agar anak bisa diikutkan PKBM dan bisa tetap mendapatkan NIS (Nomor Induk Siswa). NIS ini berfungsi agar anak bisa terus melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi nantinya.
Seperti yang aku sampaikan di atas, bahwasanya kalau lihat sisi positifnya, homeschooling tuh terasa menyenangkan untuk dijalani. Berikut ini beberapa keuntungan menerapkan homeschooling:
Nggak hanya itu, biasanya siswa juga jadi kelelahan dengan banyaknya beban mata pelajaran. Belum lagi jika diberikan PR dan tugas-tugas yang menumpuk, tapi kurang bisa memaksimalkan potensi anak.
Dengan menerapkan homeschooling, orang tua dan siswa dapat memilih mata pelajaran dan bidang-bidang yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Tugas juga bisa disesuaikan kebutuhan dan orang tua mudah memantau perkembangan belajar anak.
Anak juga bebas belajar banyak hal di luar mata pelajaran di sekolah formal. Beberapa anak punya gaya belajar kinestetik dan lebih suka hal-hal practical, homeschooling bisa memfasilitasi hal tersebut.?
Belajar di sekolah formal seringkali membuat anak-anak yang tidak memiliki potensi atau minat di bidang akademis menjadi tidak terlihat. Padahal ada anak-anak yang lebih jago di bidang olahraga, seni ataupun bidang lainnya.
Bagi anak-anak yang pernah menjadi korban bullying hingga menjadi trauma, homeschooling juga jauh lebih nyaman. Alhasil anak bisa belajar mengatasi traumanya dan bisa fokus pada potensi dirinya.
Di luar jam belajar, anak bisa melakukan proyek-proyek pribadi yang bisa menambah portofolionya. Alhasil, anak bisa beristirahat dengan cukup. Tidak ada kelelahan, sehingga anak bisa optimal dalam mengembangkan kemampuan dirinya.
Selain itu belajar juga bisa dirancang sedemikian rupa. Tidak melulu di dalam rumah, tetapi bisa di taman, atau bertemu dengan pakar suatu bidang di rumahnya. Belajar pun jadi lebih fun kan
Secara tidak langsung, homeschooling bisa meminimalisir gangguan belajar. Kita bisa jadi lebih selektif terhadap lingkungan pergaulan anak.
Sayangnya itu hanyalah asumsi. Justru siswa homeschooling diajari untuk belajar dan mempraktekkan secara langsung bagaimana bermasyarakat secara baik dan benar. Bukan berarti karena namanya homeschooling, lalu siswanya hanya di rumah saja dan tidak punya circle, pals.
Justru biasanya anak-anak homeschooling punya circle yang luas. Nggak hanya dengan yang seumuran, tetapi juga bisa berteman dengan yang lebih tua ataupun muda. Hal inilah yang membuat siswa homeschooling punya wawasan yang lebih luas.
Asalkan ada orang tua yang mau terlibat, maka tidak perlu risau dengan segala tantangan di depan. Buku dan fasilitas belajar sekunder lainnya sekarang ini lebih mudah didapat kok.
Banyak pula e-book gratis yang bisa diunduh dan digunakan sebagai sarana belajar. Kita juga bisa mengajak anak ke perpustakaan untuk mencari bahan bacaan yang dibutuhkan.
Justru fasilitas belajar homeschooling sangat luas dan tak terbatas lingkup sekolahan. Semua bisa menjadi fasilitas, asal mau mencari dan kreatif berkarya. Homeschooling juga melatih anak menjadi mandiri.
Oleh karenanya orang tua harus bener-bener punya grand design pendidikan anak mau di bawa ke mana. Mau menggandeng partner siapa. Tentu saja orang tua sudah punya tekad yang kuat untuk melawan mager dan rebahan.
Duh, ini mah jleb banget buatku yang kadang masih suka milih rebahan daripada nemenin anak main. Huhuhu.
Nah, kalau menurut temen-temen kongkow, tiga hal di atas masuk ke sisi minus atau masih bisa dicarikan solusi?
Salah satu homeschooling terbaik di Indonesia adalah Alta School. Alta School adalah layanan pendidikan dengan konsep homeschooling untuk jenjang PAUD dan Sekolah Dasar (SD).
Kenapa aku berani sesumbar kalau Alta School adalah yang terbaik di bidangnya? Pertama, Alta School berkolaborasi dengan Ruangguru. Siapa sih yang nggak kenal dengan platform belajar online yang satu ini?
Sudah terpercayalah ya menyuguhkan sistem pembelajaran yang asyik. Alta School hadir sebagai homeschooling online dengan metode dan gaya belajar yang menyenangkan, kurikulum dan metode belajar yang interaktif, serta para pengajar terbaik.
Semua itu didesain dalam rangka memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Harapannya, mindset anak tentang belajar jadi indah dan anak jadi haus untuk belajar.
Alta School menggunakan metode belajar blended learning. Selain ada live teaching, siswa juga diajak untuk melakukan aktivitas mandiri.
Alta School juga fokus mengembangkan minat dan kreativitas anak sejak usia dini. Walaupun dilakukan secara online, semua pengajar telah dipastikan mampu memberikan pembelajaran yang efektif dan fun.
Berikut ini konsep belajar homeschooling ala Alta School:
Learning kit dikirimkan dua bulan sekali ke rumah. Sementara modul dihadirkan dalam bentuk digital.
Beberapa kelas Add-On yang tersedia untuk jenjang yaitu Fun Math, Klub Sains, Art & Craft, English Club, Literasi & Numerasi.
Selain itu juga tersedia jadwal untuk Parent’s Meet Up. Bukan hanya anaknya yang belajar, tapi orang tuanya juga diberikan tambahan edukasi terkait parenting dan pendidikan.
Duh, mupeng banget sih dengan paparan program dari Alta School. Jadi pengen juga pilih sekolah online ini buat anakku. Sayang anakku yang pengen homeschooling butuhnya yang jenjang SMP, hehe.
Semoga aja setelah ini Alta School tersedia juga sekolah homeschooling buat SMP ya. Nah, buat sohib kongkow yang butuh partner menjalankan homeschooling untuk anaknya, cuzz bisa pilih Alta School ya.***
Berbeda beberapa tahun lalu saat aku mulai mengenal konsep ini. Banyak orang mengernyitkan kening saat bertemu dengan pelaku homeschooling.
Aku pernah terpikir untuk memilih jalur homeschooling untuk anak-anakku. Namun pada akhirnya aku memilih opsi schooling. Walau untuk anak pertama, sekolahnya pun semi-semi homeschooling karena kurikulum yang digunakan tidak mengikuti standar nasional.
Untuk bisa mendapat ijazah, anakku juga harus mengikuti ujian kesetaraan alias ujian Paket. Sama halnya dengan pelaku homeschooling yang membutuhkan ijazah, maka harus mengikuti ujian kesetaraan lewat PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyrakat).
Eniwei, kita kenalan dulu yuk sama istilah homeschooling. Dari namanya saja kita bisa menyimpulkan arti kata tersebut.
Home mengacu pada rumah, atau lebih khusus terkait dengan keluarga. Sementara Schooling adalah sekolah. Maka homeschooling yaitu “sekolah berbasis keluarga.”
Dari namanya saja, seharusnya kita bisa tahu ya bahwa homeschooling itu mengandalkan kedua orang tua sebagai fasilitator belajar bagi anak-anaknya. Namun banyak juga yang menganggap homeschooling itu hanyalah memindahkan tempat belajar dari sekolah ke rumah.
Jadi semua yang dipelajari sama saja seperti di sekolah formal, hanya dilakukan di sekolah dan dibantu oleh tentor private. Kalau dari yang aku pelajari, bukan seperti ini konsep homeschooling yang sebenarnya.
That’s why kemudian muncul istilah lain yang disebut dengan home education. Istilah tersebut bermakna pendidikan berbasis keluarga.
Hal ini untuk memberikan makna lebih dalam, bahwasanya pendidikan itu tidak melulu didapat lewat sekolah. Ngobrol bersama orang tua, traveling ke suatu tempat wisata atau bertemu dengan pakar bidang tertentu juga bisa menjadi sarana pendidikan.
Tentunya setiap orang bebas memilih ya mau menggunakan istilah mana. Termasuk mau menerapkan konsep homeschooling seperti apa.
Kalau aku sih, jujur meskipun one day kok anakku ada yang meminta homeschooling, aku tetap akan membutuhkan lembaga atau guru pendamping sih. Kayanya membayangkan menjadi full time teacher buat anak-anakku, kepalaku kok mendadak cekot-cekot yaa, hahaha.
Nah, dua tahun lagi kan anak pertamaku lulus sekolah setara SD nih. Doi tuh mulai bimbang mau melanjutkan pendidikannya ke mana.
Sempat lo dia merengek padaku, “Bun, nanti SMP dan SMA homeschooling aja gimana?”
Mendengar proposal anakku ini, rasanya langsung deg-degan. Duh, kira-kira siap nggak ya.
Kalau temen-temen kongkow ada nggak anaknya yang pernah mengajukan proposal semacam itu? Terus responnya gimana?
Sekolah Homeschooling, Apa Asyiknya?
Buat yang pernah mengalami kondisi sama, sini kita berbagi rasa, hehe. Sebenarnya kalau melihat sisi keuntungannya, menyenangkan sih menjalani homeschooling ini.Apalagi saat ini di Indonesia, homeschooling sudah ditetapkan menjadi salah satu sistem pendidikan yang legal. Hal tersebut sudah tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2014.
Peraturan tersebut juga mengatur bahwa Lulusan Homeschooling diakui dan dianggap setara dengan peserta didik dari sekolah formal. Artinya, anak homeschooling juga bisa memiliki ijazah SD/ SMP/ SMA atau sederajat yang bisa digunakan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
Sudah banyak kok buktinya. Beberapa anak temanku yang homeschooling juga berhasil masuk ke PTN (Perguruan Tinggi Negeri) lo. Hal tersebut membuktikan bahwasanya sekarang negara ini sudah makin ramah terhadap anak-anak homeschooling ya, pals?
Sebenarnya siapapun boleh kok mengambil opsi homeschooling. Namun biasanya sebagian besar pelaku homeschooling adalah:
- Anak-anak yang memiliki kebutuhan belajar khusus, seperti ADHD, OCD, dan kondisi-kondisi lainnya.
- Anak-anak yang pernah mendapat perundungan dan mengalami trauma ke sekolah.
- Anak-anak yang orang tuanya siap menjadi madrasatul ula.
Kelebihan Homeschooling vs Sekolah Formal
Homeschooling tidak bisa dipilih secara asal. Bagaimanapun ini menyangkut pendidikan anak. Maka ketika memutuskan homeschooling, kita harus memikirkan secara sadar dan terencana.Baik anak dan orang tua harus sudah saling berkomunikasi tentang bagaimana jalannya proses bersekolah di rumah tersebut. Bagaimanapun diperlukan suasana yang kondusif untuk bisa mencapai target yang diinginkan.
Oh ya, orang tua yang ingin menerapkan sekolah homeschooling diwajibkan untuk melapor ke dinas pendidikan di tingkat kabupaten atau kota. Hal ini agar anak bisa diikutkan PKBM dan bisa tetap mendapatkan NIS (Nomor Induk Siswa). NIS ini berfungsi agar anak bisa terus melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi nantinya.
Seperti yang aku sampaikan di atas, bahwasanya kalau lihat sisi positifnya, homeschooling tuh terasa menyenangkan untuk dijalani. Berikut ini beberapa keuntungan menerapkan homeschooling:
1. Kurikulum dan Materi Pelajaran Bisa Disesuaikan Kebutuhan
Meskipun sekarang kurikulum baru sudah mulai diterapkan di beberapa sekolah, tetapi jumlah pelajaran yang diajarkan di jenjang SD - SMA masih sangat padat. Alhasil siswa dipaksa untuk belajar semua mata pelajaran, walaupun siswa tersebut tidak ada potensi di bidang tersebut.Nggak hanya itu, biasanya siswa juga jadi kelelahan dengan banyaknya beban mata pelajaran. Belum lagi jika diberikan PR dan tugas-tugas yang menumpuk, tapi kurang bisa memaksimalkan potensi anak.
Dengan menerapkan homeschooling, orang tua dan siswa dapat memilih mata pelajaran dan bidang-bidang yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Tugas juga bisa disesuaikan kebutuhan dan orang tua mudah memantau perkembangan belajar anak.
Anak juga bebas belajar banyak hal di luar mata pelajaran di sekolah formal. Beberapa anak punya gaya belajar kinestetik dan lebih suka hal-hal practical, homeschooling bisa memfasilitasi hal tersebut.?
2. Fokus Mengembangkan Potensi Anak
Sebagaimana ikan tidak bisa dipaksa terbang, dan burung tidak bisa dipaksa berenang. Setiap anak memiliki potensinya masing-masing.Belajar di sekolah formal seringkali membuat anak-anak yang tidak memiliki potensi atau minat di bidang akademis menjadi tidak terlihat. Padahal ada anak-anak yang lebih jago di bidang olahraga, seni ataupun bidang lainnya.
Bagi anak-anak yang pernah menjadi korban bullying hingga menjadi trauma, homeschooling juga jauh lebih nyaman. Alhasil anak bisa belajar mengatasi traumanya dan bisa fokus pada potensi dirinya.
3. Waktu dan Tempat Fleksibel
Waktu belajar di rumah bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Tidak saklek dari jam 7.00 sampai jam 13.00, misalnya. Siswa bisa memilih jam belajar yang efektif.Di luar jam belajar, anak bisa melakukan proyek-proyek pribadi yang bisa menambah portofolionya. Alhasil, anak bisa beristirahat dengan cukup. Tidak ada kelelahan, sehingga anak bisa optimal dalam mengembangkan kemampuan dirinya.
Selain itu belajar juga bisa dirancang sedemikian rupa. Tidak melulu di dalam rumah, tetapi bisa di taman, atau bertemu dengan pakar suatu bidang di rumahnya. Belajar pun jadi lebih fun kan
4. Pergaulan Anak Bisa Lebih Terpantau
Dengan memilih homeschooling, orang tua memiliki kontrol penuh terhadap lingkungan belajar anak. Karena anak hanya akan mengikuti atau hadir dalam kegiatan yang sudah disepakati bersama.Secara tidak langsung, homeschooling bisa meminimalisir gangguan belajar. Kita bisa jadi lebih selektif terhadap lingkungan pergaulan anak.
Kekurangan Homeschooling vs Sekolah Formal
Walau terlihat menyenangkan, sebenarnya ada juga lo beberapa sisi minus dari homeschooling. Walau sebenarnya sisi minus ini bisa juga dilihat dari sudut pandang lain.1. Sosialisasi Terbatas
Banyak yang bilang anak-anak homeschooling adalah orang yang kuper alias kurang pergaulan, kurang bersosialisasi, tidak bisa berlatih team work dan cenderung egois/ tidak bisa menerima pendapat orang lain.Sayangnya itu hanyalah asumsi. Justru siswa homeschooling diajari untuk belajar dan mempraktekkan secara langsung bagaimana bermasyarakat secara baik dan benar. Bukan berarti karena namanya homeschooling, lalu siswanya hanya di rumah saja dan tidak punya circle, pals.
Justru biasanya anak-anak homeschooling punya circle yang luas. Nggak hanya dengan yang seumuran, tetapi juga bisa berteman dengan yang lebih tua ataupun muda. Hal inilah yang membuat siswa homeschooling punya wawasan yang lebih luas.
2. Fasilitas Pembelajaran Terbatas
Mungkin jika dibandingkan dengan sekolah formal, banyak yang membayangkan nanti bagaimana caranya mengelola sekolah di rumah untuk anak. Padahal sebenarnya fasilitas belajar yang paling utama adalah orang tua.Asalkan ada orang tua yang mau terlibat, maka tidak perlu risau dengan segala tantangan di depan. Buku dan fasilitas belajar sekunder lainnya sekarang ini lebih mudah didapat kok.
Banyak pula e-book gratis yang bisa diunduh dan digunakan sebagai sarana belajar. Kita juga bisa mengajak anak ke perpustakaan untuk mencari bahan bacaan yang dibutuhkan.
Justru fasilitas belajar homeschooling sangat luas dan tak terbatas lingkup sekolahan. Semua bisa menjadi fasilitas, asal mau mencari dan kreatif berkarya. Homeschooling juga melatih anak menjadi mandiri.
3. Perlu Usaha Ekstra dari Orang Tua
Kalau poin ini sih aku setuju banget. Memutuskan homeschooling maka artinya orang tua telah berkomitmen untuk menjadi fasilitator belajar utama buat anak-anaknya.Oleh karenanya orang tua harus bener-bener punya grand design pendidikan anak mau di bawa ke mana. Mau menggandeng partner siapa. Tentu saja orang tua sudah punya tekad yang kuat untuk melawan mager dan rebahan.
Duh, ini mah jleb banget buatku yang kadang masih suka milih rebahan daripada nemenin anak main. Huhuhu.
Nah, kalau menurut temen-temen kongkow, tiga hal di atas masuk ke sisi minus atau masih bisa dicarikan solusi?
Homeschooling Online bersama Alta School
Buat orang tua yang masih ada sisi mager ataupun punya kesibukan lain di rumah, kalau mau memulai homeschooling Indonesia sih pastinya bakal memilih partner yang pas. Untungnya sih di Indonesia sudah mulai menjamur wadah homeschooling.Salah satu homeschooling terbaik di Indonesia adalah Alta School. Alta School adalah layanan pendidikan dengan konsep homeschooling untuk jenjang PAUD dan Sekolah Dasar (SD).
Kenapa aku berani sesumbar kalau Alta School adalah yang terbaik di bidangnya? Pertama, Alta School berkolaborasi dengan Ruangguru. Siapa sih yang nggak kenal dengan platform belajar online yang satu ini?
Sudah terpercayalah ya menyuguhkan sistem pembelajaran yang asyik. Alta School hadir sebagai homeschooling online dengan metode dan gaya belajar yang menyenangkan, kurikulum dan metode belajar yang interaktif, serta para pengajar terbaik.
Semua itu didesain dalam rangka memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Harapannya, mindset anak tentang belajar jadi indah dan anak jadi haus untuk belajar.
Alta School menggunakan metode belajar blended learning. Selain ada live teaching, siswa juga diajak untuk melakukan aktivitas mandiri.
Alta School juga fokus mengembangkan minat dan kreativitas anak sejak usia dini. Walaupun dilakukan secara online, semua pengajar telah dipastikan mampu memberikan pembelajaran yang efektif dan fun.
Berikut ini konsep belajar homeschooling ala Alta School:
- Virtual live teaching interaktif - Siswa tidak hanya mendengar pengajar menerangkan materi, tetapi siswa juga diajak untuk turut aktif eksplorasi dan berdiskusi.
- Mengerjakan tugas dengan metode home-based project - Homeschooling online ini memadukan pembelajaran digital serta tatap muka dengan proyek dan eksperimen seru. Dijamin anak akan betah belajarnya.
- Sesi belajar dengan aktivitas mandiri (self-assessment) - Materi pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa, dilihat dari hasil penilaian awal.
- Penguatan Karakter - Nggak hanya fokus pada akademis, Alta School juga fokus dalam memberikan bimbingan pembentukan karakter dan pengembangan kecerdasan emosional siswa.
- Berbudaya
- Berani mencoba
- Pemikir Kritis
- Mandiri
- Kreatif & Berpengetahuan
- Kolaboratif
- Komunikatif
- Selalu Ingin Berkembang
- Berempati
Mengapa Harus Memilih Alta School?
Dari sekian banyak platform homeschooling online yang ada, Alta School memiliki kelebihan. Selain yang sudah aku sebutkan di atas, berikut ini kelebihan Alta School lainnya:1. Durasi Sekolah Lebih Singkat
Alta School menerapkan sistem pembelajaran online. Durasi belajar lebih singkat dari sekolah formal. Namun jangan takut anak akan tertinggal materi sesuai kurikulum nasional, Alta School menyediakan modul dan learning kita yang akan membantu proses belajar lebih mudah.Learning kit dikirimkan dua bulan sekali ke rumah. Sementara modul dihadirkan dalam bentuk digital.
2. Kelas Add-On Penunjang Kreativitas
Alta School memiliki beragam pilihan kelas menarik untuk meningkatkan kreativitas anak melalui Kelas Add-On. Kelas Add-On ini semacam ekstrakurikuler untuk memaksimalkan bakat dan potensi anak.Beberapa kelas Add-On yang tersedia untuk jenjang yaitu Fun Math, Klub Sains, Art & Craft, English Club, Literasi & Numerasi.
3. Tersedia Laporan Belajar
Orang tua dapat melihat perkembangan hasil belajar dalam satu bulan dan diberikan rapor semester secara terjadwal. Laporan tersebut bisa membantu orang tua dalam memantau progress belajar anak.Selain itu juga tersedia jadwal untuk Parent’s Meet Up. Bukan hanya anaknya yang belajar, tapi orang tuanya juga diberikan tambahan edukasi terkait parenting dan pendidikan.
4. Ada Free Trial Class Lo
Tertarik tapi masih belum yakin 100 %? Cuzz cobain aja dulu Free Trial Class-nya, pals. Kalau udah merasakan kelasnya, pasti nggak akan ragu lagi deh.Duh, mupeng banget sih dengan paparan program dari Alta School. Jadi pengen juga pilih sekolah online ini buat anakku. Sayang anakku yang pengen homeschooling butuhnya yang jenjang SMP, hehe.
Semoga aja setelah ini Alta School tersedia juga sekolah homeschooling buat SMP ya. Nah, buat sohib kongkow yang butuh partner menjalankan homeschooling untuk anaknya, cuzz bisa pilih Alta School ya.***
Dalam memilih metode belajar anak memang harus menyesuaikan dengan tipe belajar anak. Mengingat sebagian dari mereka ada yang tipe secara langsung atau tatap muka, ada juga yang lebih suka online, ada yang bisa langsung paham dijelaskan, ada juga yang butuh penjelasan beberapa kali. Homeschooling bisa jadi solusi untuk anak yang kurang paham dengan sekali penjelasan di sekolah. Terima kasih informasinya!
ReplyDelete