Adakah yang sama denganku, sering alami bad mood tanpa ada angin dan hujan? Awalnya senyum-senyum, ketawa-ketawa, lalu dalam waktu singkat, tiba-tiba bete aja gitu. Manyun dan malas ngapa-ngapain.
Kalau ditanyain kenapa, nggak tahu juga. Pokoknya tiba-tiba bete aja gitu.
Dulu zaman masih kuliah sampai awal-awal nikah, aku sering banget mengalami kondisi seperti itu. Mood swing. Semenit sebelumnya nggak apa-apa, semenit kemudian pokoknya pengen marah aja.
Bagaimana dengan sekarang? Hmm, sudah nggak terlalu sering, cuma adalah kadang-kadang begitu. Yaa sebulan sekali, lah. Tahu dong karena apa?
Yang sesama perempuan bisa nebak dong, hehe.
Kalau secara arti katanya, bad = buruk, mood = suasana hati. Jadi sederhananya, bad mood adalah suasana hati yang buruk. Kesenggol dikit, ngereog deh pokoknya, wkwkw.
Secara garis besar sih, berikut ini penyebab bad mood, khususnya pada perempuan:
Kalau pas deadline lagi banyak, mau nggak mau kan kerja sampai malam atau bangun lebih pagi dari biasanya. Sementara paginya masih disibukkan dengan urusan domestik, duh kepala rasanya nyut-nyutan.
Mata pengennya ditutup, tapi masih banyak yang kudu dikerjakan. Dari nganterin anak sekolah sampai beberes rumah.
Rasanya kerjaan nggak kelar-kelar gitu deh. Akhirnya mood baik langsung bubar jalan. Berganti dengan mulut yang ngomel tanpa jeda.
Kupikir udah bertambah usiaku, bad mood sebelum PMS nggak akan datang lagi lah. Ternyata hormon nggak bisa bohong ya.
Suami telat pulang dikit, bad mood. Suami nggak jawab WA cepet, ngamuk. Anak numpahin air, bete. Dan ada banyaklah kebetean lain yang mudah muncul saat sedang PMS.
Selain ketiga hal tadi, aku juga biasanya mengalami bad mood saat ada trigger yang muncul dan bikin aku teringat kejadian buruk di masa lalu. Ada kalanya trigger ini hanya bikin aku ngomel-ngomel sendirian.
Namun awal bulan lalu, ada sebuah trigger yang datang dan membuatku meledak bagai bom waktu. Tanganku sampai tremor, jantungku berdetak cepat, dan air mataku nggak bisa dibendung.
Saat ini yang aku inginkan cuma teriak sekencang-kencangnya. Sayangnya aku nggak bisa melakukan hal tersebut, karena posisiku saat itu sedang berada di depan sekolah anakku.
Akhirnya aku cuma bisa mengirim pesan ke mbak Dian Ekaningrum, sahabat sekaligus hypnotherapist-ku. Dan juga ke suami.
Berikut ini beberapa hal yang biasanya aku lakukan:
Sayangnya nih, ada kalanya aku lost control. Boro-boro ingat istighfar dan ambil wudhu. Mengubah posisi dari berdiri ke duduk aja nggak ingat. Kalau dah gitu, piye dong? Cuzz ke nomor dua…
Kalau anak cowokku lihat emaknya menangis, secara spontan dia akan memelukku tanpa tanya bunda kenapa. Duh, meleleh deh rasanya.
Namun kalau sudah dalam posisi agak tenang, aku biasanya berkontemplasi dengan kata-kata di buku harian. Saat udah tenang seperti ini, biasanya aku mulai bisa tuh mengatur randomnya kepalaku.
Sebenarnya aku marah karena apa, khawatir karena apa. Dan baru ketemu deh, solusinya gimana. Writing for healing memang ampuh sih, buatku.
Aku juga biasanya karaokean di rumah gitu. Daripada teriak-teriak nggak jelas, kan mending nyanyi lah ya.. ben rada enak didengerin, wkwk.
Seperti yang aku ceritakan, aku menghubungi salah seorang sahabatku yang kebetulan juga seorang hypnotherapist. Saat mbak Dee bilang, “Tenang dulu yaa…” akan lebih bisa kuterima daripada saat suami yang balas WA-ku dengan kalimat sama, wkwk.
Pertolongan pertama dari mbak Dee saat itu cukup membantuku. Walau aku kemudian butuh satu jam sih sampai bener-bener tenang dan bisa melanjutkan perjalanananku.
Sayangnya kemudian, hampir satu minggu aku makin menjadi. Uring-uringan, sedih berkepanjangan, tidur nggak nyenyak, ngeblog pun malas, anak-anak jadi kena semprotan emaknya padahal nggak salah apa-apa…
Melihat kondisiku yang udah terlalu membahayakan, pada akhirnya aku menemui psikiater hari Jumat, 7 Oktober 2022 lalu. Sepulangnya dari psikiater, aku baru mulai bisa kembali tenang dan berpikir dengan jernih.
Mungkin karena dibantu obat juga yaa. Jadi hormon di otak yang tadinya awut-awutan kembali bener, hehe.
Begitulah pengalamanku saat alami bad mood, dari yang bad mood biasa aja sampai luar biasa. Kalau kalian bad mood, biasanya ngapain, pals?
Kalau ditanyain kenapa, nggak tahu juga. Pokoknya tiba-tiba bete aja gitu.
Dulu zaman masih kuliah sampai awal-awal nikah, aku sering banget mengalami kondisi seperti itu. Mood swing. Semenit sebelumnya nggak apa-apa, semenit kemudian pokoknya pengen marah aja.
Bagaimana dengan sekarang? Hmm, sudah nggak terlalu sering, cuma adalah kadang-kadang begitu. Yaa sebulan sekali, lah. Tahu dong karena apa?
Yang sesama perempuan bisa nebak dong, hehe.
Penyebab Bad Mood
Baeklah, sebelum kita ngobrol panjang kali lebar tentang si bad mood. Sebenarnya bad mood itu apa sih?Kalau secara arti katanya, bad = buruk, mood = suasana hati. Jadi sederhananya, bad mood adalah suasana hati yang buruk. Kesenggol dikit, ngereog deh pokoknya, wkwkw.
Secara garis besar sih, berikut ini penyebab bad mood, khususnya pada perempuan:
1. Kurang Tidur
Tubuh punya hak untuk istirahat. Sayangnya sebagai emak dua anak yang nyambi ngeblog, kadangkala istirahat menjadi hal yang sangat sulit dilakukan.Kalau pas deadline lagi banyak, mau nggak mau kan kerja sampai malam atau bangun lebih pagi dari biasanya. Sementara paginya masih disibukkan dengan urusan domestik, duh kepala rasanya nyut-nyutan.
Mata pengennya ditutup, tapi masih banyak yang kudu dikerjakan. Dari nganterin anak sekolah sampai beberes rumah.
Rasanya kerjaan nggak kelar-kelar gitu deh. Akhirnya mood baik langsung bubar jalan. Berganti dengan mulut yang ngomel tanpa jeda.
2. Lapar
Selain kurang tidur, bad mood juga biasanya muncul saat lapar melanda. Sebagai orang yang kalau udah kadung fokus sama kerjaan suka lupa makan, moodku sering berubah berantakan. Biasanya setelah beberapa saat, baru sadar kalau ternyata seharian belum makan, wkwk.3. PMS (Pre Menstrual Syndrome)
Nah, ini adalah kondisi yang paling sering jadi penyebab sih. Gimana ya, mo denial… tapi kok masih terus terjadi lagi dan lagi.Kupikir udah bertambah usiaku, bad mood sebelum PMS nggak akan datang lagi lah. Ternyata hormon nggak bisa bohong ya.
Suami telat pulang dikit, bad mood. Suami nggak jawab WA cepet, ngamuk. Anak numpahin air, bete. Dan ada banyaklah kebetean lain yang mudah muncul saat sedang PMS.
Selain ketiga hal tadi, aku juga biasanya mengalami bad mood saat ada trigger yang muncul dan bikin aku teringat kejadian buruk di masa lalu. Ada kalanya trigger ini hanya bikin aku ngomel-ngomel sendirian.
Namun awal bulan lalu, ada sebuah trigger yang datang dan membuatku meledak bagai bom waktu. Tanganku sampai tremor, jantungku berdetak cepat, dan air mataku nggak bisa dibendung.
Saat ini yang aku inginkan cuma teriak sekencang-kencangnya. Sayangnya aku nggak bisa melakukan hal tersebut, karena posisiku saat itu sedang berada di depan sekolah anakku.
Akhirnya aku cuma bisa mengirim pesan ke mbak Dian Ekaningrum, sahabat sekaligus hypnotherapist-ku. Dan juga ke suami.
Cara Mengatasi Bad Mood ala Maritaningtyas
Lalu apa yang terjadi saat bad mood melanda? Apalagi kalau sampai meledak bagai bom waktu kek gitu?Berikut ini beberapa hal yang biasanya aku lakukan:
1. Istighfar dan Ambil Wudhu
Kalau self awareness-ku lagi bagus, biasanya sih aku langsung istighfar dan ambil wudhu. Biasanya ini ampuh sih buat mengguyur ‘otak yang lagi panas’.Sayangnya nih, ada kalanya aku lost control. Boro-boro ingat istighfar dan ambil wudhu. Mengubah posisi dari berdiri ke duduk aja nggak ingat. Kalau dah gitu, piye dong? Cuzz ke nomor dua…
2. Menangis
Yup, biasanya aku luapkan segala perasaan yang muncul dengan menangis. Mau jengkel, marah, sedih, kecewa.. rasanya plong kalau sudah menangis.Kalau anak cowokku lihat emaknya menangis, secara spontan dia akan memelukku tanpa tanya bunda kenapa. Duh, meleleh deh rasanya.
3. Menulis
Kalau udah agak tenang, biasanya aku akan meluapkan perasaanku lewat tulisan. Ada kalanya ditulis lewat status. Meski kadang terasa konyol dan kekanak-kanakan, tapi harus kuakui rasanya melegakan setelah mengeluarkan segala uneg-uneg di hati dan kepala.Namun kalau sudah dalam posisi agak tenang, aku biasanya berkontemplasi dengan kata-kata di buku harian. Saat udah tenang seperti ini, biasanya aku mulai bisa tuh mengatur randomnya kepalaku.
Sebenarnya aku marah karena apa, khawatir karena apa. Dan baru ketemu deh, solusinya gimana. Writing for healing memang ampuh sih, buatku.
4. Melakukan Hal yang Bikin Semangat
Jika menulis masih belum bisa bikin moodku balik, aku akan melakukan hal-hal yang bisa membuatku bersemangat. Misalnya, ngeblog di cafe biar ada suasana baru. Atau olahraga dengan tutorial video YouTube.Aku juga biasanya karaokean di rumah gitu. Daripada teriak-teriak nggak jelas, kan mending nyanyi lah ya.. ben rada enak didengerin, wkwk.
5. Puasa Medsos
Saat aku alami bad mood, ada kalanya postingan apapun di medsos bisa jadi trigger berkepanjangan. Jadi kalau lagi gak baik-baik saja, better aku memilih untuk nggak nengok-nengok medsos dulu deh. Daripada malah nggak beres-beres mood-nya.6. Berkonsultasi pada Ahlinya
Nah, kalau kondisi bad mood yang kualami sampai di titik seperti yang kuceritakan di bagian awal. Aku biasanya mengatasi dengan menghubungi ahlinya.Seperti yang aku ceritakan, aku menghubungi salah seorang sahabatku yang kebetulan juga seorang hypnotherapist. Saat mbak Dee bilang, “Tenang dulu yaa…” akan lebih bisa kuterima daripada saat suami yang balas WA-ku dengan kalimat sama, wkwk.
Pertolongan pertama dari mbak Dee saat itu cukup membantuku. Walau aku kemudian butuh satu jam sih sampai bener-bener tenang dan bisa melanjutkan perjalanananku.
Sayangnya kemudian, hampir satu minggu aku makin menjadi. Uring-uringan, sedih berkepanjangan, tidur nggak nyenyak, ngeblog pun malas, anak-anak jadi kena semprotan emaknya padahal nggak salah apa-apa…
Melihat kondisiku yang udah terlalu membahayakan, pada akhirnya aku menemui psikiater hari Jumat, 7 Oktober 2022 lalu. Sepulangnya dari psikiater, aku baru mulai bisa kembali tenang dan berpikir dengan jernih.
Mungkin karena dibantu obat juga yaa. Jadi hormon di otak yang tadinya awut-awutan kembali bener, hehe.
Begitulah pengalamanku saat alami bad mood, dari yang bad mood biasa aja sampai luar biasa. Kalau kalian bad mood, biasanya ngapain, pals?
Intinya sih, saat muncul bad feelings. Jangan deny ya, pals. Insight penting dari webinar bersama bu Elly Risman hari Sabtu, 29 Oktober 2022 lalu.
Perasaan itu harus di-3D; diterima, dihargai dan dikelola dengan baik.
Apapun perasaan yang muncul, terima dulu. Marah itu boleh, sedih itu boleh, bad mood juga boleh. Yang nggak boleh kalau bad moodnya mengarah ke menyakiti diri sendiri ataupun orang lain.
Eniwei, kalau bad mood-nya udah berlebihan, dan dirasa mengganggu kegiatan sehari-hari, jangan ragu untuk konsultasikan pada ahlinya ya. Salam sehat mental!
Eniwei, kalau bad mood-nya udah berlebihan, dan dirasa mengganggu kegiatan sehari-hari, jangan ragu untuk konsultasikan pada ahlinya ya. Salam sehat mental!
Sering banget mood berubah-ubah, enggak hanya saat PMS yang memang mood swing. Kadang di luar itu juga suka sedih tiba-tiba, bahagia tiba-tiba agak aneh tapi karena stres dan punya banyak tekanan jadi begitulah. Terima kasih informasinya!
ReplyDeleteMenangis dan menulis udah dari dulu dipraktikkan secara otomatis, saat ada yang mengendap dalam dada dan diluapkan betul membuat lega... untuk tips yang lainnya apalagi konsul ke ahli perlu dibiasakan :D
ReplyDelete