Jadi nih ceritanya aku ngebet banget ikut pelatihan site audit pasca lebaran nanti. Pelatihan tersebut bakal dimentori langsung oleh Coach Irwin.
Buat yang udah pernah ikut kelasnya doi, pasti tahu banget deh hal-hal unik darinya. Salah satunya untuk menyaring peserta pelatihan, kami ditodong dengan 20 pertanyaan terkait blogging.
Nah, peserta wajib menjawab 15 dari 20 pertanyaan tersebut di dalam sebuah postingan blog. Hmm, sounds easy ya?
Apakah semudah itu? Yuk, aku bakal bocorin apa saja sih 15 pertanyaan tentang blogging yang diajukan oleh Coach Irwin. Tentunya sekalian aku jawab dong, ikhtiar biar bisa lolos pelatihan site audit.
1. Ceritakan Bagaimana Anda terjun di Dunia Blogger?
Wuih menarik nih, kalau alasan ngeblog pernah beberapa kali kutulis di blog ini. Tapi cerita awal mula aku terjun sebagai blogger, ada yang tahukah?Seingatku, mulai kenal dengan blog sejak tahun 2007an. Saat itu akhir masa kuliah, tinggal nunggu sidang skripsi gitu. Setiap kali gabut habis ngelesin atau selepas ngajar jadi dosen tamu, aku suka mlipir ke warnet.
Hobi browsing dan searching ini membuatku kenal dengan Blogspot dan Multiply. Saat itu aku mengenal blog hanya sebatas sebagai diary online semata. Jadi kek memindahkan tulisan yang biasanya ditulis di diary ke dunia maya.
Belum ngerti kalau diurusi dengan benar, blog bisa menghasilkan. Bahkan saking menganggap enteng sebuah blog, aku sering bikin baru berkali-kali. Alasannya apa lagi kalau nggak lupa password, wkwk.
Pikirku saat itu, heleh gampang ini bikin blog. Tinggal next next doang, udah jadi. Maka setiap kali lupa email dan password yang digunakan untuk login, cara cepatnya ya bikin blog baru.
Sampai entah berapa banyak blog yang kubuat. Nggak ada yang berjalan dengan bener. Rata-rata isinya kurang dari lima artikel, lalu kutinggal pergi.
Setelah wisuda dan dapat kerja kantoran, aku dah lupa tuh sama yang namanya blog. Paling sesekali update Multiply yang sekarang udah gulung tikar.
Ya, gimana mau ingat ngeblog, secara kerjaanku dulu dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Nggak ada waktu deh buat termenung manis merangkai kata-kata.
Sampai akhirnya tahun 2011 aku melahirkan anak pertama, aku memutuskan resign. Di masa-masa transisi yang berat dari perempuan pekerja di ranah publik menjadi pekerja ranah domestik, aku dapat info pekerjaan bernama content writer.
Baru tahu ada kerjaan yang bisa dilakukan secara remote seperti itu. Kerjaannya nulis pula, wah bener-bener hobi yang dibayar nih. Dengan senang hati aku ambil kesempatan itu.
Di situlah awal mula aku kenalan dengan dunia penulisan artikel, blogging dan SEO secara sedikit lebih dalam. Kukira takkan ada kendala, kukira ini 'kan mudah, kau aku jadi kita… loh kok malah nyanyi…
Menjalani hobi bukan berarti nggak ada tantangan di dalamnya. Kalau selama ini aku nulis suka-suka yang ada di kepala, menjadi content writer tentu nggak bisa suka-suka.
Yup, sejauh ini aku masih sangat bahagia menjalani dunia blogging. Bahagia saat menyiapkan artikel hingga terbit, bahagia saat ada private message yang masuk dari pembaca, bahagia saat bisa membersamai temen-temen yang baru banget belajar ngeblog.
Termasuk bahagia dengan segala keribetan dan kerempongan membagi waktu antara jadi blogger, istri dan ibu.
Seperti yang kusinggung soal passion. Bahwasanya menjalani passion bukan berarti nggak ada tantangan. Ada kalanya kok writer’s block itu datang. Ada kalanya juga perasaan untuk jauh-jauhan dulu dari laptop.
Ada kalanya perbedaan ini melahirkan jurang pemisah, terus jadi ribut dhewe-dhewe. Ada yang bilang ngeblog zaman now nggak santuy, karena harus ngejar PV, DA, DR dsb.
Ada pula pendapat yang menyatakan, yang cuma ngejar PV, DA, DR, suka lupa mengimbangi dengan kualitas tulisan. Lalu saling perang ini dan itu.
Kadang suka puyeng yaaa.. tapi ya sama halnya kaya arisan ibu PKK, makin banyak kepala, ya makin banyak cerita. Inilah warna-warni dunia blogger saat ini, seru!
Lalu bagaimana dengan kompetisi? Bukankah makin banyak blogger, maka ‘kue’ yang ada pun direbutkan oleh banyak orang?
Kalau soal ini sih, aku nggak terlalu pusing. Menurutku, rezeki nggak pernah tertukar. Jadi mau sebanyak apapun jumlah blogger, yakin aja kalau Allah sudah menaruh rezekinya masing-masing.
Semoga semakin berkurang intrik-intriknya. Setiap blogger punya kebutuhan dan pilihannya masing-masing. Yang milih untuk tetap santuy tanpa musingin SEO, DA/ PA, DR dll, ya silakan.
Yang milih untuk terus belajar dalam rangka meningkatkan kapasitas diri dan blognya, ya hayuuk. Baik itu dari sisi kualitas konten, SEO On Page dan Off Page. Jika bisa dikolaborasikan, kenapa nggak to ya?
Intinya sih, mari saling hargai pilihan masing-masing. Nggak perlu ramai dan saling menusuk di belakang. Semoga blogger di Indonesia makin solid dan makin seru dengan persaingan karya, tanpa perlu saling menjatuhkan. Semangaaat!
Di situlah awal mula aku kenalan dengan dunia penulisan artikel, blogging dan SEO secara sedikit lebih dalam. Kukira takkan ada kendala, kukira ini 'kan mudah, kau aku jadi kita… loh kok malah nyanyi…
Menjalani hobi bukan berarti nggak ada tantangan di dalamnya. Kalau selama ini aku nulis suka-suka yang ada di kepala, menjadi content writer tentu nggak bisa suka-suka.
Aku harus menulis berdasar kata kunci yang diberikan oleh pak bos, menyusunnya dengan teknik tertentu yang acapkali membuatku bosan. Plus aku kudu bikin artikel berbahasa Inggris. Ya, meski lulusan Sastra Inggris, aku tetap merasa lebih lepas kalau nulis pakai bahasa sendiri, hehe.
Saat itulah aku merasa butuh ruang untuk menulis lebih bebas, dan kemudian aku ngeblog lagi deh mulai Januari 2013. Aku buat blog baru, kali ini agak sedikit serius. Buktinya blog ini masih ada sampai sekarang. Ya ini, blog yang sedang dibaca oleh temen-temen kongkow.
Ngeblog sambil tetap menjalani profesi sebagai full time remote content writer ternyata ya nggak mudah. Jadilah di awal blog ini dibuat, lebih sering bersarang laba-laba alias jarang update. Aku hitung pada tahun 2013, aku cuma posting 20 artikel!
Singkatnya, pada tahun 2016 aku mulai berpikir untuk serius menjadi professional blogger. Diawali dengan membeli top level domain untuk blogku.
Awalnya sih karena dikompori temen-temen IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) Semarang yang saat itu sudah mulai membangun Komunitas Gandjel Rel. Di tahun yang sama pula, untuk pertama kali aku ikut pelatihan ngeblog.
Nama pelatihannya Fun Blogging dengan tiga mentor blogger perempuan nan inspiratif. Ada mbak Shintaries (founder Blogger Perempuan Network), Mbak Haya Aliya dan Teh Ani Berta (Founder ISB). Aku banyak belajar dari pelatihan tersebut, sekaligus makin semangat menggeluti dunia blogging.
Hingga kini pada 2022, blog ini sudah berusia 9 tahun jika dihitung dari tahun pembuatan. Atau jika dihitung dari dibelikan Top Level Domain, maka usianya baru 6 tahun.
Apakah semangat ngeblogku masih sama dengan 6 tahun lalu? Ada kalanya sih naik turun, tapi aku masih sangat mencintai dunia yang kugeluti saat ini. Semakin nyemplung ke dalamnya, semakin aku tahu masih ada banyak hal yang perlu kupelajari.
Sekaligus aku belum terlalu banyak tahu kalau blog dengan specific niche memiliki beberapa keunggulan. Meski nggak ada salahnya juga kok menekuni blog dengan niche gado-gado seperti ini.
Salah satunya sih, aku jadi lebih bebas untuk menulis topik apapun. Tidak terkungkung dengan batasan ini dan itu. Aku juga bisa bercuap-cuap dengan tema apapun. Plus punya peluang untuk dapat lebih banyak tawaran kerjasama.
Untuk semakin menguatkan bahwa blog ini punya banyak tulisan dengan lintas topik, aku mengubah tagline menjadi “Zona Bebas Bercerita, Tells About This & That.” Ya, inilah blog personal dari seorang Marita Ningtyas yang suka cuap-cuap tentang apa saja. Welcome, semoga temen-temen kongkow nyaman di sini ya.
Setelah blognya jadi, mulai deh bikin artikel lalu terbitkan. Jangan lupa share di media sosial agar orang-orang di sekitar tahu kalau sohib kongkow punya blog.
Menurutku sesederhana itu sih cara memulai ngeblog. Kalau tanyanya lebih detil lagi, bikin blognya gimana dong mbak?
Nah, sebenarnya pertanyaan ini menurutku adalah salah satu ciri kemalasan. Kenapa kok begitu? Ya, karena di Google udah buanyaaak banget bertebaran artikel terkait tutorial membuat blog. Baik itu bikin blog di Blogspot, Wordpress, Tumblr, Wix, dll.
Beda cerita kalau pertanyaannya diganti menjadi “Mbak, aku sudah baca banyak tutorial hasil pencarian di Google, tapi masih belum paham nih cara bikin blog. Bisa dibantu nggak?”
Kalau seperti itu, menurutku sudah ada usahanya gitu. Cuma memang beda orang, beda pemahaman sih. Dari pengalaman bikin blog coaching for newbie online dan offline, aku jadi mengerti bahwa ada orang yang tipenya bisa langsung paham saat disodori artikel tutorial. Ada juga yang baru paham dengan dibimbing langsung face to face, harus ditunjukin dulu step by step-nya gitu.
Saat itulah aku merasa butuh ruang untuk menulis lebih bebas, dan kemudian aku ngeblog lagi deh mulai Januari 2013. Aku buat blog baru, kali ini agak sedikit serius. Buktinya blog ini masih ada sampai sekarang. Ya ini, blog yang sedang dibaca oleh temen-temen kongkow.
Ngeblog sambil tetap menjalani profesi sebagai full time remote content writer ternyata ya nggak mudah. Jadilah di awal blog ini dibuat, lebih sering bersarang laba-laba alias jarang update. Aku hitung pada tahun 2013, aku cuma posting 20 artikel!
Singkatnya, pada tahun 2016 aku mulai berpikir untuk serius menjadi professional blogger. Diawali dengan membeli top level domain untuk blogku.
Awalnya sih karena dikompori temen-temen IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) Semarang yang saat itu sudah mulai membangun Komunitas Gandjel Rel. Di tahun yang sama pula, untuk pertama kali aku ikut pelatihan ngeblog.
Nama pelatihannya Fun Blogging dengan tiga mentor blogger perempuan nan inspiratif. Ada mbak Shintaries (founder Blogger Perempuan Network), Mbak Haya Aliya dan Teh Ani Berta (Founder ISB). Aku banyak belajar dari pelatihan tersebut, sekaligus makin semangat menggeluti dunia blogging.
Hingga kini pada 2022, blog ini sudah berusia 9 tahun jika dihitung dari tahun pembuatan. Atau jika dihitung dari dibelikan Top Level Domain, maka usianya baru 6 tahun.
Apakah semangat ngeblogku masih sama dengan 6 tahun lalu? Ada kalanya sih naik turun, tapi aku masih sangat mencintai dunia yang kugeluti saat ini. Semakin nyemplung ke dalamnya, semakin aku tahu masih ada banyak hal yang perlu kupelajari.
2. Apa Niche Blog Anda? Mengapa Memilih Niche Tersebut?
Sebagaimana kuceritakan di halaman About, niche untuk blog Marita’s Palace ini adalah Lifestyle alias gado-gado. Maklum ya, sebagai blog pertama sekaligus utama, saat membangun blog ini aku belum terlalu fokus memilih niche.Sekaligus aku belum terlalu banyak tahu kalau blog dengan specific niche memiliki beberapa keunggulan. Meski nggak ada salahnya juga kok menekuni blog dengan niche gado-gado seperti ini.
Salah satunya sih, aku jadi lebih bebas untuk menulis topik apapun. Tidak terkungkung dengan batasan ini dan itu. Aku juga bisa bercuap-cuap dengan tema apapun. Plus punya peluang untuk dapat lebih banyak tawaran kerjasama.
Untuk semakin menguatkan bahwa blog ini punya banyak tulisan dengan lintas topik, aku mengubah tagline menjadi “Zona Bebas Bercerita, Tells About This & That.” Ya, inilah blog personal dari seorang Marita Ningtyas yang suka cuap-cuap tentang apa saja. Welcome, semoga temen-temen kongkow nyaman di sini ya.
3. Bagaimana Cara Memulai Ngeblog?
Sebuah pertanyaan yang sering diajukan padaku oleh beberapa teman yang pengen memulai ngeblog. Setiap kali ada pertanyaan tersebut, jawaban termudah yang bisa kuberikan “Ya dibikin aja dulu blognya.”Setelah blognya jadi, mulai deh bikin artikel lalu terbitkan. Jangan lupa share di media sosial agar orang-orang di sekitar tahu kalau sohib kongkow punya blog.
Menurutku sesederhana itu sih cara memulai ngeblog. Kalau tanyanya lebih detil lagi, bikin blognya gimana dong mbak?
Nah, sebenarnya pertanyaan ini menurutku adalah salah satu ciri kemalasan. Kenapa kok begitu? Ya, karena di Google udah buanyaaak banget bertebaran artikel terkait tutorial membuat blog. Baik itu bikin blog di Blogspot, Wordpress, Tumblr, Wix, dll.
Beda cerita kalau pertanyaannya diganti menjadi “Mbak, aku sudah baca banyak tutorial hasil pencarian di Google, tapi masih belum paham nih cara bikin blog. Bisa dibantu nggak?”
Kalau seperti itu, menurutku sudah ada usahanya gitu. Cuma memang beda orang, beda pemahaman sih. Dari pengalaman bikin blog coaching for newbie online dan offline, aku jadi mengerti bahwa ada orang yang tipenya bisa langsung paham saat disodori artikel tutorial. Ada juga yang baru paham dengan dibimbing langsung face to face, harus ditunjukin dulu step by step-nya gitu.
Back to pertanyaan soal memulai ngeblog, jawabannya akan berbeda ketika aku menjawabnya di sebuah forum coaching. Biasanya aku mengawali jawaban ini dengan menanyai peserta coaching tentang apa saja yang mereka tahu dan ingin tahu tentang blogging, juga alasan apa yang membuat mereka tertarik ngeblog.
Dari obrolan itu biasanya aku akan meminta mereka untuk menuliskan big why ngeblog. Big why ini yang akan menjadi langkah pertama bagi mereka terjun sebagai blogger.
Ketika big why sudah ditemukan, aku akan meminta peserta coaching untuk membayangkan blog seperti apa yang ingin mereka bangun, bahasan apa saja yang ingin dibagi lewat blog tersebut, nama blognya apa, termasuk juga domain pilihannya kelak.
Tak lupa aku juga meminta mereka menyiapkan rancangan desain blog impian. Warna templatenya apa, logonya seperti apa, termasuk menyiapkan meta deskripsi blog di awal. Setelah semuanya siap, baru deh aku ajak mereka membuat blog di platform yang sudah disepakati sebelumnya.
Untuk pemula biasanya aku lebih arahkan ke platform Blogspot terlebih dahulu. Namun jika mereka sudah ajeg ngeblognya, sudah punya modal lebih, aku akan ajak mereka berkenalan dengan WordPress self hosted.
Dari pengamatanku lewat dua batch blog coaching for newbies, mengawali ngeblog dengan menemukan big why dan merancang blog dari nol di awal ternyata berpengaruh terhadap konsistensi untuk keep blogging. Bisa dibilang, mereka sudah jatuh cinta dulu dengan blog mereka. Kalau sudah cinta, selalu ada cara untuk terus merasa haus untuk belajar lagi dan lagi kan?
Setelah 6 tahun ngeblog profesional ala-ala, apakah masih seperti itu? Sejujurnya tidak, wkwk. Apalagi setelah sedikit belajar soal SEO, jadi rada perfeksionis walau tetap nggak dibuat beban juga sih. Santuy tapi lebih terarah aja.
Berikut ini langkah-langkah yang kulakukan saat menyiapkan sebuah artikel hingga tayang di sebuah blog:
Namun buatku ngeblog lebih dari itu. I think the greatest achievement that I get from blogging is happiness.
Aku bahagia menjalani semua printilan yang ada di dunia ini. Seperti yang kusampaikan di poin sebelumnya, semakin nyemplung di dunia ini semakin aku tahu ada banyak hal yang masih harus kupelajari.
Dan semakin aku nyemplung dan belajar, aku semakin bersemangat dan bahagia. Nggak ada kata ribet, yang ada hanya antusias. Bukan sekadar ambisi untuk bisa ini dan itu, tapi seperti anak kecil yang punya mainan favorit. Nggak pernah mau berhenti main dengan barang itu.
Selalu ada hal baru, selalu punya tantangan baru. I think it’s called as passion. Dan jangan dikira menjalani passion semudah itu.
Btw, aku pernah dapat insight yang totally new soal passion saat ikut Mata Pena (Majelis Tsaqofah Pendidikan Anak) pada bulan Januari 2022 lalu. Pernah kutulis juga di Instagram, bisa diintip deh:
Dari obrolan itu biasanya aku akan meminta mereka untuk menuliskan big why ngeblog. Big why ini yang akan menjadi langkah pertama bagi mereka terjun sebagai blogger.
Ketika big why sudah ditemukan, aku akan meminta peserta coaching untuk membayangkan blog seperti apa yang ingin mereka bangun, bahasan apa saja yang ingin dibagi lewat blog tersebut, nama blognya apa, termasuk juga domain pilihannya kelak.
Tak lupa aku juga meminta mereka menyiapkan rancangan desain blog impian. Warna templatenya apa, logonya seperti apa, termasuk menyiapkan meta deskripsi blog di awal. Setelah semuanya siap, baru deh aku ajak mereka membuat blog di platform yang sudah disepakati sebelumnya.
Untuk pemula biasanya aku lebih arahkan ke platform Blogspot terlebih dahulu. Namun jika mereka sudah ajeg ngeblognya, sudah punya modal lebih, aku akan ajak mereka berkenalan dengan WordPress self hosted.
Dari pengamatanku lewat dua batch blog coaching for newbies, mengawali ngeblog dengan menemukan big why dan merancang blog dari nol di awal ternyata berpengaruh terhadap konsistensi untuk keep blogging. Bisa dibilang, mereka sudah jatuh cinta dulu dengan blog mereka. Kalau sudah cinta, selalu ada cara untuk terus merasa haus untuk belajar lagi dan lagi kan?
4. Apa Saja Langkah Anda dari Menulis Hingga Publish?
Kalau dulu pas awal-awal ngeblog sih, simple aja langkah-langkahnya. Begitu ide muncul di kepala, langsung sat set sat set ditulis, terus publish deh. Bahkan dulu nggak mikirin gambar ataupun infografis, hehe.Setelah 6 tahun ngeblog profesional ala-ala, apakah masih seperti itu? Sejujurnya tidak, wkwk. Apalagi setelah sedikit belajar soal SEO, jadi rada perfeksionis walau tetap nggak dibuat beban juga sih. Santuy tapi lebih terarah aja.
Berikut ini langkah-langkah yang kulakukan saat menyiapkan sebuah artikel hingga tayang di sebuah blog:
- Melakukan riset keyword
- Kalau kata kunci dah ketemu, biasanya aku breakdown dulu jadi judul dan sub-sub judul. Termasuk permalink sudah kusiapkan juga. Maklum pakai Blogspot, kalau nggak diatur suka kepanjangan permalinknya.
- Saat kerangka artikel udah jadi, tulis aja artikelnya sampai kelar. Biasanya aku tulis dulu di Word sih. Baru kemudian editing. Jika perlu memasukkan kata kunci turunan, ya dimasukkan.
- Dibaca dulu apakah udah enak dan nyaman. Lanjut siapin gambar di aplikasi kesayangan sejuta umat, Canva. Jumlah gambar sesuai dengan panjang artikel. Setelah gambar jadi, simpan di laptop. Rename gambar dengan struktur yang benar. Cek ukuran file gambar agar jangan sampai lebih dari 100 kb.
- Angkut deh ke dashboard blog. Rapikan artikel, gunakan heading yang sesuai. Unggah gambar dan isi bagian alt text dan title-nya. Isi bagian label/ kategori, deskripsi penelusuran, dan cek permalink.
- Sisipkan internal link yang berkaitan dengan artikel tersebut. Ceki-ceki lagi kelengkapan artikel dengan mode Preview. Kalau sudah oke, klik Publish deh.
- Setelah artikel publish, biasanya aku ceki-ceki lagi. Biasanya suka nemu typo gitu. Kalau masih ada yang belum beres, dibenerin. Terus cuzz inspect URL ke Google Search Console.
5. Apa Pencapaian Terbesar Anda di Dunia Blogger?
Sejujurnya ini adalah pertanyaan tersulit untuk kujawab. Kalau mau dijawab dengan angka dan data, mungkin pernah dapat laptop, handphone dan duit dari lomba ngeblog bisa jadi salah satu bentuk pencapaian.Namun buatku ngeblog lebih dari itu. I think the greatest achievement that I get from blogging is happiness.
Aku bahagia menjalani semua printilan yang ada di dunia ini. Seperti yang kusampaikan di poin sebelumnya, semakin nyemplung di dunia ini semakin aku tahu ada banyak hal yang masih harus kupelajari.
Dan semakin aku nyemplung dan belajar, aku semakin bersemangat dan bahagia. Nggak ada kata ribet, yang ada hanya antusias. Bukan sekadar ambisi untuk bisa ini dan itu, tapi seperti anak kecil yang punya mainan favorit. Nggak pernah mau berhenti main dengan barang itu.
Selalu ada hal baru, selalu punya tantangan baru. I think it’s called as passion. Dan jangan dikira menjalani passion semudah itu.
Btw, aku pernah dapat insight yang totally new soal passion saat ikut Mata Pena (Majelis Tsaqofah Pendidikan Anak) pada bulan Januari 2022 lalu. Pernah kutulis juga di Instagram, bisa diintip deh:
Yup, sejauh ini aku masih sangat bahagia menjalani dunia blogging. Bahagia saat menyiapkan artikel hingga terbit, bahagia saat ada private message yang masuk dari pembaca, bahagia saat bisa membersamai temen-temen yang baru banget belajar ngeblog.
Termasuk bahagia dengan segala keribetan dan kerempongan membagi waktu antara jadi blogger, istri dan ibu.
6. Bagaimana Menjaga Konsistensi dalam Menulis?
Hmm, semakin ke bawah kok makin susah ya pertanyaannya. Kujadi penasaran, kira-kira Coach Irwin bakal baca satu per satu nggak ya jawaban-jawaban ini, hehe.Seperti yang kusinggung soal passion. Bahwasanya menjalani passion bukan berarti nggak ada tantangan. Ada kalanya kok writer’s block itu datang. Ada kalanya juga perasaan untuk jauh-jauhan dulu dari laptop.
Namun rasa tanggung jawab yang ada di dalam diri karena memilih blogging sebagai jalan ninja untuk tetap berdaya, berekspresi dan berkreasi adalah kuncinya. Nggak ada yang memaksa aku untuk nyemplung di dunia ini, aku yang memilihnya sendiri. Maka mau nggak mau, ya aku akan menjalaninya secara konsisten.
Blog ini udah kek anak yang kulahirkan gitu loh. Udah dilahirkan di muka bumi, kok diabaikan… sakit nggak sih?
Jadi sebagai pemilik blog yang bertanggungjawab, ya berusaha sekuat tenaga untuk nggak mengabaikan blog-blog yang dimiliki. Tentu saja dengan cara tetap menulis apapun keadaannya.
Kalau ikhtiar nyatanya sih, biasanya aku melakukannya dengan membuat blog plan di setiap awal bulan. Meski nggak selalu terpenuhi, blog plan tersebut bisa jadi guide buatku untuk melecut diri agar tetap menulis.
Jika writer’s block melanda atau mood ngeblog lagi down, biasanya aku baca ulang big why ngeblog. Terus sharing sama temen-temen di grup Cupuers Blogspedia. Lihat semangat mereka, biasanya bikin aku semangat lagi deh.
Jadi sebagai pemilik blog yang bertanggungjawab, ya berusaha sekuat tenaga untuk nggak mengabaikan blog-blog yang dimiliki. Tentu saja dengan cara tetap menulis apapun keadaannya.
Kalau ikhtiar nyatanya sih, biasanya aku melakukannya dengan membuat blog plan di setiap awal bulan. Meski nggak selalu terpenuhi, blog plan tersebut bisa jadi guide buatku untuk melecut diri agar tetap menulis.
Jika writer’s block melanda atau mood ngeblog lagi down, biasanya aku baca ulang big why ngeblog. Terus sharing sama temen-temen di grup Cupuers Blogspedia. Lihat semangat mereka, biasanya bikin aku semangat lagi deh.
7. Bagaimana Pendapat Anda tentang Blog Etalase?
Aku sendiri nggak paham siapa yang pertama kali memunculkan istilah ini. Saat sudah mulai banyak job masuk dari klien, kadang suka nyesek gitu saat mendengar beberapa blogger yang mengungkit soal blog etalase.Awalnya aku sempat ketrigger dan merasa kalau blog yang bagus itu ya harus selang-seling antara postingan organik dan sponsored post. Namun semakin ke sini, aku punya pendapat berbeda.
Menurutku nggak ada salahnya sebuah blog jadi macam etalase. Bahkan meski ada kalanya dalam sebulan isinya sponsored post semua, artikel yang kutulis di blog ini juga melalui riset, baca referensi sana-sini dan pakai mikir juga.
Bukan berarti karena nulisnya dibayar, lalu asal-asalan hard selling. Nggak juga loh. Jadi PR tersendiri buatku bagaimana agar tetap bisa mengawinkan antara keinginan klien dengan sentuhan personal dan sisipan pengalaman pribadi.
Aku selalu berusaha menghadirkan artikel yang punya value. Jadi meskipun dibayar, aku pengen orang yang baca artikel tersebut tetap dapat sesuatu. Semoga saja usaha itu bisa sampai ke temen-temen kongkow.
Namun sejak Juli 2020, kemalasan itu perlahan-lahan kuusir cantik. Dari sebuah kelas SEO On Page yang kuikuti, aku baru menyadari ada banyak manfaat memahami SEO. Salah satu efek yang kurasakan sejak mengaplikasikan teknik SEO, sedikit demi sedikit page view blog jadi naik.
Menurutku nggak ada salahnya sebuah blog jadi macam etalase. Bahkan meski ada kalanya dalam sebulan isinya sponsored post semua, artikel yang kutulis di blog ini juga melalui riset, baca referensi sana-sini dan pakai mikir juga.
Bukan berarti karena nulisnya dibayar, lalu asal-asalan hard selling. Nggak juga loh. Jadi PR tersendiri buatku bagaimana agar tetap bisa mengawinkan antara keinginan klien dengan sentuhan personal dan sisipan pengalaman pribadi.
Aku selalu berusaha menghadirkan artikel yang punya value. Jadi meskipun dibayar, aku pengen orang yang baca artikel tersebut tetap dapat sesuatu. Semoga saja usaha itu bisa sampai ke temen-temen kongkow.
8. Perlukah Blogger Paham SEO?
Aku pernah ada di titik malas banget berurusan dengan SEO. Rasanya bosen banget harus nulis dengan memasukkan unsur dan kaidah SEO.Namun sejak Juli 2020, kemalasan itu perlahan-lahan kuusir cantik. Dari sebuah kelas SEO On Page yang kuikuti, aku baru menyadari ada banyak manfaat memahami SEO. Salah satu efek yang kurasakan sejak mengaplikasikan teknik SEO, sedikit demi sedikit page view blog jadi naik.
Jadi kalau sekarang ditanya apakah blogger perlu paham SEO, jawabanku tentu saja PERLU BANGET! Aku selalu bilang gini sama temen-temen yang baru belajar ngeblog, SEO adalah cara kita merayu Google dan ngasih tahu ‘Si Mbah’ kalau di lautan dunia digital yang luas ini, blog kita ada lo. Sederhananya, SEO adalah cara biar Google kenal dan notice sama blog kita.
Kalau Google dah notice, terus artikel kita dianggap punya value sama ‘Si Mbah’, semoga aja doi mau mereferensikan blog kita kepada penggunanya. Sekaligus cara biar tanpa blogwalking, blog kita tetep ada pengunjungnya gitu.
Sejujurnya pemahamanku soal SEO juga masih cethek banget sih. Sampai detik ini pun masih kudu belajar SEO lagi dan lagi. Apalagi selalu ada algoritma baru, update ini dan itu. Sesekali capek sih cari tahu maunya Si Mbah Google terus-terusan, tapi lebih banyak rasa tertantangnya.
Padahal artikelnya organic banget, karena berupa tugas dari kelas-kelas yang ada di IP. Saking organiknya tuh, isinya kebanyakan curhat yang ada sisi-sisi personalnya gitu.
Kan agak nggak masuk akal ya, di dunia ini ada dua orang yang punya cerita personal sangaaaat mirip. Dari A to Z. Bahkan sampai cerita soal suami dan orang tua juga bisa kembar banget. Atau jangan-jangan dia kembaranku dari belahan bumi lainnya? Wkwk.
Aku sendiri tahu kalau tulisanku dicopas saat aku jadi fasilitator kelas matrikulasi batch #6. Ada peserta kelas yang konfirm ke aku bahwa dia menemukan artikel yang isinya mirip banget sama artikelku.
Langsung cuzz lah aku ke blog sesembak tersebut, eh iya dong… mirip banget. Bedanya cuma di penggunaan AKU dan SAYA. Artikel blogku pakai kata AKU, dan di artikel doi diubah jadi SAYA.
Kok bisa yakin kalau artikel-artikel itu dicopas? Karena setelah kutelusuri, doi ikut matrikulasi IP batch 5, sementara aku sudah lulus matrikulasi batch 4.
Kalau Google dah notice, terus artikel kita dianggap punya value sama ‘Si Mbah’, semoga aja doi mau mereferensikan blog kita kepada penggunanya. Sekaligus cara biar tanpa blogwalking, blog kita tetep ada pengunjungnya gitu.
Sejujurnya pemahamanku soal SEO juga masih cethek banget sih. Sampai detik ini pun masih kudu belajar SEO lagi dan lagi. Apalagi selalu ada algoritma baru, update ini dan itu. Sesekali capek sih cari tahu maunya Si Mbah Google terus-terusan, tapi lebih banyak rasa tertantangnya.
9. Jika Tulisan Anda Diambil/ Copas, Apa yang Anda Lakukan?
Aku pernah mengalaminya sih. Ada beberapa artikelku tentang Nice Home Work (NHW) Kelas Matrikulasi Ibu Profesional (IP) dicopas habis-habisan sama seseorang. Pada masanya artikel-artikel itu sempat mendulang banyak PV di blogku. Apalagi kalau pas kelas matrikulasi batch baru dibuka, ramai banget deh yang baca.Padahal artikelnya organic banget, karena berupa tugas dari kelas-kelas yang ada di IP. Saking organiknya tuh, isinya kebanyakan curhat yang ada sisi-sisi personalnya gitu.
Kan agak nggak masuk akal ya, di dunia ini ada dua orang yang punya cerita personal sangaaaat mirip. Dari A to Z. Bahkan sampai cerita soal suami dan orang tua juga bisa kembar banget. Atau jangan-jangan dia kembaranku dari belahan bumi lainnya? Wkwk.
Aku sendiri tahu kalau tulisanku dicopas saat aku jadi fasilitator kelas matrikulasi batch #6. Ada peserta kelas yang konfirm ke aku bahwa dia menemukan artikel yang isinya mirip banget sama artikelku.
Langsung cuzz lah aku ke blog sesembak tersebut, eh iya dong… mirip banget. Bedanya cuma di penggunaan AKU dan SAYA. Artikel blogku pakai kata AKU, dan di artikel doi diubah jadi SAYA.
Kok bisa yakin kalau artikel-artikel itu dicopas? Karena setelah kutelusuri, doi ikut matrikulasi IP batch 5, sementara aku sudah lulus matrikulasi batch 4.
Yang aku lakukan saat itu adalah menegurnya baik-baik dengan mengirimkan direct messages lewat Instagram. Kulampirkan link artikel blogku yang doi copas dan link artikel blog doi.
Nggak direken bo! Nggak ditanggapi sama sekali, padahal doi baca pesan itu. Bahkan kata maaf pun nggak terlontar sedikit pun.
Saat itu rada emosi juga sih. Akhirnya sempat keluar kalimat, “Kalau saya mau, saya bisa bawa ini ke tim pengurus pusat lo. Bahwa ada peserta matrikulasi yang nyontek 100% tulisan orang lain.”
Kenapa sempat emosi, karena kami sama-sama pengurus IP aktif di wilayah masing-masing. Menurutku nggak etis aja seorang member aktif, apalagi pengurus, melakukan plagiasi karya semacam itu.
Setelah rada ngegas, besoknya kucek artikel-artikel NHW doi sudah hilang dari peredaran alias di-take down sama doi. Meski begitu, tetep lo nggak ada permintaan maaf atau basa-basi gimana gitu, wkwk.
Sebenarnya aku sadar diri kok, apa yang sudah publish di dunia digital memang rentan untuk dicopas. Kalau aku nggak tahu orangnya, nggak tahu dicopas di blog mana, aku selow aja sih.
Namun kalau ngerti orangnya ya, aku bakal melakukan cara di atas. Menegurnya baik-baik entah lewat medsos atau email. Jika nggak ada tanggapan, ya udah… berarti artikelku sebagus itu sampai dicopas wkwk.
So far belum pernah ngalamin artikel dicuri dengan sistem AGC. Jadi aku juga nggak tahu harus apa kalau itu yang terjadi. Katanya sih mengajukan banding ke Google bisa ya?
Kalau ikhtiarku saat ini sih memasang badge DMCA Protected aja di blog. Entah apa ada pengaruhnya atau nggak, karena gratisan.
Betapa antara otak dan hati sudah nggak sinkron. Ada banyak orang yang hidup dari hotel tersebut, tapi secara operasional mempertahankan semua pegawai saat pandemi adalah hal yang susah sekali. Sementara merumahkan karyawan pun terasa melukai hati nurani.
Lalu mereka juga bercerita bagaimana bahagianya bisa didukung dan berkolaborasi dengan para blogger. Berbeda dengan selebgram, yang tingkat lokal sekalipun, biasanya kalau diundang udah langsung kasih rate card tinggi. Seringkali bahkan brand pun nggak sanggup membayar.
Ketika akhirnya dibayar, kadang para selebgram yang punya follower tinggi ini, engagenya pun kurang. Berbeda dengan blogger yang ringan tangan saat diajak kolaborasi.
Bukan berarti “blogger is cheap” ya, diundang dan disuguhi makanan terus mau nulis review. Buatku, dari sini aku justru merasa betapa peranan blogger di Indonesia masih sangat dibutuhkan.
Ada banyak brand, baik itu yang skala besar, lokal ataupun skala rumahan yang butuh blogger. Blogger bisa berkolaborasi dengan brand-brand ini entah dengan sistem apapun, barter, berbayar ataupun free sekalipun.
Nggak direken bo! Nggak ditanggapi sama sekali, padahal doi baca pesan itu. Bahkan kata maaf pun nggak terlontar sedikit pun.
Saat itu rada emosi juga sih. Akhirnya sempat keluar kalimat, “Kalau saya mau, saya bisa bawa ini ke tim pengurus pusat lo. Bahwa ada peserta matrikulasi yang nyontek 100% tulisan orang lain.”
Kenapa sempat emosi, karena kami sama-sama pengurus IP aktif di wilayah masing-masing. Menurutku nggak etis aja seorang member aktif, apalagi pengurus, melakukan plagiasi karya semacam itu.
Setelah rada ngegas, besoknya kucek artikel-artikel NHW doi sudah hilang dari peredaran alias di-take down sama doi. Meski begitu, tetep lo nggak ada permintaan maaf atau basa-basi gimana gitu, wkwk.
Sebenarnya aku sadar diri kok, apa yang sudah publish di dunia digital memang rentan untuk dicopas. Kalau aku nggak tahu orangnya, nggak tahu dicopas di blog mana, aku selow aja sih.
Namun kalau ngerti orangnya ya, aku bakal melakukan cara di atas. Menegurnya baik-baik entah lewat medsos atau email. Jika nggak ada tanggapan, ya udah… berarti artikelku sebagus itu sampai dicopas wkwk.
So far belum pernah ngalamin artikel dicuri dengan sistem AGC. Jadi aku juga nggak tahu harus apa kalau itu yang terjadi. Katanya sih mengajukan banding ke Google bisa ya?
Kalau ikhtiarku saat ini sih memasang badge DMCA Protected aja di blog. Entah apa ada pengaruhnya atau nggak, karena gratisan.
10. Menurut Anda, Apa Peranan Seorang Blogger di Indonesia?
Hari Jumat, 1 April 2022 lalu, aku diundang oleh The Wujil untuk menghadiri showcase Kampung Wujil Ramadan. Di situ aku sempat ngobrol-ngobrol sama General Manager dan tim marketingnya bagaimana jatuh bangun hotel di masa pandemi.Betapa antara otak dan hati sudah nggak sinkron. Ada banyak orang yang hidup dari hotel tersebut, tapi secara operasional mempertahankan semua pegawai saat pandemi adalah hal yang susah sekali. Sementara merumahkan karyawan pun terasa melukai hati nurani.
Lalu mereka juga bercerita bagaimana bahagianya bisa didukung dan berkolaborasi dengan para blogger. Berbeda dengan selebgram, yang tingkat lokal sekalipun, biasanya kalau diundang udah langsung kasih rate card tinggi. Seringkali bahkan brand pun nggak sanggup membayar.
Ketika akhirnya dibayar, kadang para selebgram yang punya follower tinggi ini, engagenya pun kurang. Berbeda dengan blogger yang ringan tangan saat diajak kolaborasi.
Bukan berarti “blogger is cheap” ya, diundang dan disuguhi makanan terus mau nulis review. Buatku, dari sini aku justru merasa betapa peranan blogger di Indonesia masih sangat dibutuhkan.
Ada banyak brand, baik itu yang skala besar, lokal ataupun skala rumahan yang butuh blogger. Blogger bisa berkolaborasi dengan brand-brand ini entah dengan sistem apapun, barter, berbayar ataupun free sekalipun.
Menurutku setiap blogger pasti punya pertimbangan pribadi dalam mengambil jenis kolaborasi yang datang kepadanya. Antara blogger dan brand menurutku saling membutuhkan sih. Blogger butuh konten, brand butuh engagement. Jadi ya saling paham aja deh.
Lebih dari itu, blogger juga bisa jadi corong khusus untuk kasus-kasus tertentu. Berbeda dengan media-media besar yang nggak bisa beropini, blogger itu punya sentuhan personal. Kita bebas beropini, kita bebas menyuarakan kegelisahan dan suara hati.
Video memang makin mencuri perhatian. Nggak bisa dipungkiri, video memang jauh lebih menarik dan komunikatif dibanding tulisan.
Ada kalanya apa yang ingin disampaikan lewat tulisan ditanggapi berbeda oleh pembaca. Namun apakah era blog sudah berakhir dengan makin banyaknya platform video?
Menurutku sih nggak ya. Tetep ada kok orang-orang yang lebih suka baca daripada nonton video. Lebih dari itu, antara YouTube, Instagram dan TikTok bisa dioptimalkan juga untuk sarana promosi postingan blog.
Jadi ya, kalau bisa dikolaborasikan antara video dan blog, kenapa harus takut tersaingi?
Lebih dari itu, blogger juga bisa jadi corong khusus untuk kasus-kasus tertentu. Berbeda dengan media-media besar yang nggak bisa beropini, blogger itu punya sentuhan personal. Kita bebas beropini, kita bebas menyuarakan kegelisahan dan suara hati.
11. Apakah Blogger Masih Bisa Bertahan dengan Adanya Youtuber?
Konten audio visual memang lagi digandrungi ya saat ini. Bukan hanya YouTube, Instagram pun sekarang punya Reels, belum lagi TikTok.Video memang makin mencuri perhatian. Nggak bisa dipungkiri, video memang jauh lebih menarik dan komunikatif dibanding tulisan.
Ada kalanya apa yang ingin disampaikan lewat tulisan ditanggapi berbeda oleh pembaca. Namun apakah era blog sudah berakhir dengan makin banyaknya platform video?
Menurutku sih nggak ya. Tetep ada kok orang-orang yang lebih suka baca daripada nonton video. Lebih dari itu, antara YouTube, Instagram dan TikTok bisa dioptimalkan juga untuk sarana promosi postingan blog.
Jadi ya, kalau bisa dikolaborasikan antara video dan blog, kenapa harus takut tersaingi?
12. Pandangan Anda tentang Dunia Blogger di Indonesia saat ini?
Ramaaaai! Makin banyak blogger dengan segala mahzabnya, hehe. Beda komunitas, beda style. Beda guru, beda pemahaman.Ada kalanya perbedaan ini melahirkan jurang pemisah, terus jadi ribut dhewe-dhewe. Ada yang bilang ngeblog zaman now nggak santuy, karena harus ngejar PV, DA, DR dsb.
Ada pula pendapat yang menyatakan, yang cuma ngejar PV, DA, DR, suka lupa mengimbangi dengan kualitas tulisan. Lalu saling perang ini dan itu.
Kadang suka puyeng yaaa.. tapi ya sama halnya kaya arisan ibu PKK, makin banyak kepala, ya makin banyak cerita. Inilah warna-warni dunia blogger saat ini, seru!
Lalu bagaimana dengan kompetisi? Bukankah makin banyak blogger, maka ‘kue’ yang ada pun direbutkan oleh banyak orang?
Kalau soal ini sih, aku nggak terlalu pusing. Menurutku, rezeki nggak pernah tertukar. Jadi mau sebanyak apapun jumlah blogger, yakin aja kalau Allah sudah menaruh rezekinya masing-masing.
13. Harapan Anda untuk Dunia Blogger?
Hmm, apa ya…Semoga semakin berkurang intrik-intriknya. Setiap blogger punya kebutuhan dan pilihannya masing-masing. Yang milih untuk tetap santuy tanpa musingin SEO, DA/ PA, DR dll, ya silakan.
Yang milih untuk terus belajar dalam rangka meningkatkan kapasitas diri dan blognya, ya hayuuk. Baik itu dari sisi kualitas konten, SEO On Page dan Off Page. Jika bisa dikolaborasikan, kenapa nggak to ya?
Intinya sih, mari saling hargai pilihan masing-masing. Nggak perlu ramai dan saling menusuk di belakang. Semoga blogger di Indonesia makin solid dan makin seru dengan persaingan karya, tanpa perlu saling menjatuhkan. Semangaaat!
14. Menurut Anda, Apa itu Site Audit?
Nah ini, aku sejujurnya juga masih bingung sih. Karena bingung dan kurang paham, makanya mau ikut pelatihan site audit yang bakal digelar sama Coach Irwin.Ya, sepemahamanku sih site audit itu meneliti blog yang kita punya, dilihat masih ada ‘borok-borok’nya nggak. Kalau udah ketemu ‘boroknya,’ tentu saja tahapan berikutnya adalah mencari obat yang tepat biar ‘boroknya’ sembuh dan hilang.
Site audit sendiri bisa dilakukan dengan banyak tool. Kalau nggak salah pakai MOZ dan Ahrefs juga bisa. Namun pelatihan yang insya Allah mau kuikuti ini pakai Screaming Frog sebagai medianya.
Mungkin tanpa harus ikut pelatihan, bisa aja ngecek sendiri pakai Screaming Frog. Masalahnya, kalau nggak dipandu, bisa jadi nggak akan menyadari ‘boroknya’ yang mana. Lebih dari itu, ‘borok’ ketemu, tapi nggak ngerti gimana ngobatinnya.
Nah, aku berharap dengan pelatihan site audit, Coach Irwin bakal memandu dan membantu mengenali aneka ragam ‘penyakit’ di blog ini. Sekaligus mengajari bagaimana cara menemukan obat yang tepat.
Syukur-syukur nanti dari pelatihan itu, aku bisa juga membagikan ke teman-teman kongkow yang nggak ikut pelatihannya. Biar jadi ‘MLM kebaikan’ gituh.
Coach Irwin kan bikin pelatihannya gratis nih. Pesertanya dapat ilmu, coachnya insya Allah dapat pahala. Kalau ilmu yang dibagikan lewat pelatihan dishare lagi ke orang lain, semoga pahala untuk coach juga akan terus mengalir. Aamiin.
Dueeeng, sampai 3000an kata nih artikelnya. Mohon maaf ya, pals.. kalap jawab 15 todongan pertanyaan dari Coach Irwin. Doakan semoga aku lolos penyaringan pelatihan site audit ya. Sampai jumpa di celotehku lainnya!
Site audit sendiri bisa dilakukan dengan banyak tool. Kalau nggak salah pakai MOZ dan Ahrefs juga bisa. Namun pelatihan yang insya Allah mau kuikuti ini pakai Screaming Frog sebagai medianya.
15. Kenapa Anda Harus Ikut Pelatihan Site Audit ini?
Sebagai blogger yang mengawali ngeblog dengan asal-asalan, sadar diri banget kalau blogku ini banyaaaaak banget ‘borok’nya. Bisa jadi ‘borok’ itulah yang bikin blog ini jadi lama loadingnya, jadi lama terindexnya, dan masih banyak lah penyakit lainnya.Mungkin tanpa harus ikut pelatihan, bisa aja ngecek sendiri pakai Screaming Frog. Masalahnya, kalau nggak dipandu, bisa jadi nggak akan menyadari ‘boroknya’ yang mana. Lebih dari itu, ‘borok’ ketemu, tapi nggak ngerti gimana ngobatinnya.
Nah, aku berharap dengan pelatihan site audit, Coach Irwin bakal memandu dan membantu mengenali aneka ragam ‘penyakit’ di blog ini. Sekaligus mengajari bagaimana cara menemukan obat yang tepat.
Syukur-syukur nanti dari pelatihan itu, aku bisa juga membagikan ke teman-teman kongkow yang nggak ikut pelatihannya. Biar jadi ‘MLM kebaikan’ gituh.
Coach Irwin kan bikin pelatihannya gratis nih. Pesertanya dapat ilmu, coachnya insya Allah dapat pahala. Kalau ilmu yang dibagikan lewat pelatihan dishare lagi ke orang lain, semoga pahala untuk coach juga akan terus mengalir. Aamiin.
Dueeeng, sampai 3000an kata nih artikelnya. Mohon maaf ya, pals.. kalap jawab 15 todongan pertanyaan dari Coach Irwin. Doakan semoga aku lolos penyaringan pelatihan site audit ya. Sampai jumpa di celotehku lainnya!
Pertanyaannya seputar blogger cukup membuat aku mikir sih jadi mengingat kembali perjalanan dari awal ngeblog. Mantep ini acaranya keren, pencapainnya juga wah semangat terus pokoknya!
ReplyDelete