Indonesia telah menjadi salah satu negara yang mulai menerapkan skema carbon pricing. Pemerintah Indonesia mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menjalankan komitmen agar gas emisi karbon dapat berkurang.
Berbagai upaya pun telah dilakukan agar tujuan tersebut dapat tercapai, mulai dari membuat peraturan pemerintah yang berkaitan dengan gas emisi, membuat kebijakan serta sosialisasi kepada stakeholder, pengusaha dan masyarakat.
Namun, ternyata upaya yang dilakukan pemerintah belum cukup maksimal. Hal ini dibuktikan dengan adanya peringkat yang diberikan oleh Climate Action Tracker Team kepada pemerintah Indonesia.
Peringkat “sangat tidak cukup” atau “highly insufficient” didapat karena upaya dan strategi yang dilakukan belum memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Dengan menyadari bahwa upaya yang dilakukan belum cukup, pemerintah Indonesia diminta untuk memaksimalkan kembali atau menyusun strategi ulang agar perubahan iklim dapat berkurang secara signifikan.
Untuk meningkatkan peringkat yang diberikan oleh Climate Action Tracker Team, pemerintah Indonesia telah menyiapkan 3 rencana baru untuk mencapai tujuan gas emisi rendah. Salah satu rencana yang dimaksud adalah “Pembangunan Rendah Karbon”.
Ternyata, tidak hanya pemerintah Indonesia saja yang mempersiapkan rencana tersebut, Kelvin Fu alumni John Hopkins pun sedang memusatkan perhatiannya pada pembangunan rendah karbon untuk mengurangi gas emisi karbon.
Dukungan Kelvin Fu terhadap rencana pemerintah ini membuatnya semakin gencar memberikan penjelasan mengenai skema carbon pricing kepada sesama pengusaha dan stakeholder untuk bersama-sama mewujudkan pembangunan rendah karbon.
Untuk mengurangi efek pemanasan global dan membatasi emisi, mereka menggunakan pendekatan berbasis pasar emisi karbon dimana insentif ekonominya akan ditawarkan kepada penghasil emisi yang berpartisipasi untuk mengurangi penggunaan gas emisi dalam proses bisnisnya.
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada pasar karbon, yaitu:
Skema kredit karbon dapat menjadi solusi yang adil sebab program ini akan memberikan insentif kepada pengusaha penghasil emisi untuk mengejar ketertinggalannya dalam pengurangan emisi karbon jangka panjang. Program ini juga menciptakan persaingan yang kompetitif untuk menghasilkan energi yang rendah tetapi kualitasnya tetap terjaga.
Hal ini akan memberikan insentif atau keuntungan dari aliran modal dari sektor swasta ke penghasil emisi yang telah berpartisipasi. Kelvin Fu optimis dapat mendorong perusahaan lainnya untuk turut berkontribusi dalam skema carbon pricing ini.
Namun, ternyata upaya yang dilakukan pemerintah belum cukup maksimal. Hal ini dibuktikan dengan adanya peringkat yang diberikan oleh Climate Action Tracker Team kepada pemerintah Indonesia.
Peringkat “sangat tidak cukup” atau “highly insufficient” didapat karena upaya dan strategi yang dilakukan belum memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Dengan menyadari bahwa upaya yang dilakukan belum cukup, pemerintah Indonesia diminta untuk memaksimalkan kembali atau menyusun strategi ulang agar perubahan iklim dapat berkurang secara signifikan.
Untuk meningkatkan peringkat yang diberikan oleh Climate Action Tracker Team, pemerintah Indonesia telah menyiapkan 3 rencana baru untuk mencapai tujuan gas emisi rendah. Salah satu rencana yang dimaksud adalah “Pembangunan Rendah Karbon”.
Ternyata, tidak hanya pemerintah Indonesia saja yang mempersiapkan rencana tersebut, Kelvin Fu alumni John Hopkins pun sedang memusatkan perhatiannya pada pembangunan rendah karbon untuk mengurangi gas emisi karbon.
Dukungan Kelvin Fu terhadap rencana pemerintah ini membuatnya semakin gencar memberikan penjelasan mengenai skema carbon pricing kepada sesama pengusaha dan stakeholder untuk bersama-sama mewujudkan pembangunan rendah karbon.
Awal Mula Pasar Karbon
Pada tahun 1990, pasar karbon telah bermunculan saat negara-negara maju mulai melihat adanya peluang dari perdagangan emisi dan kredit karbon. Saat itu, pemimpin dari berbagai perusahaan di dunia melihat bahwa pasar karbon dapat menjadi solusi dari permasalahan dunia.Untuk mengurangi efek pemanasan global dan membatasi emisi, mereka menggunakan pendekatan berbasis pasar emisi karbon dimana insentif ekonominya akan ditawarkan kepada penghasil emisi yang berpartisipasi untuk mengurangi penggunaan gas emisi dalam proses bisnisnya.
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada pasar karbon, yaitu:
- Membatasi total kuantitatif pada emisi yang dihasilkan dari penghasil emisi yang terlibat.
- Menyesuaikan harga pasar berdasarkan totalan batas emisi secara otomatis.
- Mengalokasikan kredit karbon kepada penghasil emisi yang terlibat
- Melakukan proses jual beli kredit karbon
Skema kredit karbon dapat menjadi solusi yang adil sebab program ini akan memberikan insentif kepada pengusaha penghasil emisi untuk mengejar ketertinggalannya dalam pengurangan emisi karbon jangka panjang. Program ini juga menciptakan persaingan yang kompetitif untuk menghasilkan energi yang rendah tetapi kualitasnya tetap terjaga.
Kelvin Fu John Hopkins Alumni Jelaskan Skema Carbon Pricing
Kelvin Fu selaku Managing Director Gunung Capital sekaligus alumni John Hopkins, menjelaskan bahwa dengan adanya skema carbon pricing akan memungkinkan sektor swasta untuk membeli kredit karbon dari perusahaan yang telah berhasil mengurangi atau menghilangkan emisi karbon di perusahaan lain.
Hal ini akan memberikan insentif atau keuntungan dari aliran modal dari sektor swasta ke penghasil emisi yang telah berpartisipasi. Kelvin Fu optimis dapat mendorong perusahaan lainnya untuk turut berkontribusi dalam skema carbon pricing ini.
Baru paham tentang carbon pricing, keren ya Indonesia sudah menerapkannya mantep. Aku baru mendengar nama Kelvin Flu, luar biasa pendidikannya.
ReplyDelete