Manfaat membaca mungkin sudah banyak yang tahu, tapi bagaimana dengan manfaat read aloud, adakah teman-teman kongkow yang tahu?
Atau malah bertanya-tanya read aloud itu jenis makanan apa, wkwk. Bedanya sama membaca biasa itu bagaimana.
Aku pun awalnya juga mempertanyakan hal yang sama. Itulah kenapa ketika mbak Hamimeha berbagi tentang read aloud di Whatsapp Group The Cupuers - Blogspedia, aku makin tertarik untuk mengetahuinya lebih dalam.
Bersyukur akhirnya diberi rezeki berupa kesempatan untuk bergabung dengan Training of Trainers Read Aloud Semarang (TOT RAS) Batch #1. Bu Roosie Setiawan, founder Reading Bugs (Komunitas Read Aloud Indonesia) langsung menjadi pembicara tunggal dalam TOT RAS ini.
TOT RAS ini berlangsung via Zoom setiap Sabtu tiga pekan berturut-turut pada bulan November 2021. Tepatnya pada 13, 20 dan 27 November 2021, setiap jam 14.00 - 16.00 WIB.
Sesi pertama telah berlangsung pekan lalu, 13 November 2021. Pada sesi pertama ini bu Roosie mengajak kami untuk membedah dua buku yang menjadi panduan belajar selama TOT RAS berlangsung.
Buku tersebut adalah The Read-Aloud Handbook karya Jim Trelease dan Membacakan Nyaring karya Bu Roosie Setiawan.
Oh ya, teman-teman kongkow yang mau mengikuti kelas serupa, bisa cek saja infonya di Instagram @readingbugs atau akun-akun Instagram komunitas Read Aloud di kotamu masing-masing.
Cek aja di Instagram ada banyak sekali ternyata komunitas Read Aloud. Kalau buat wilayah Semarang dan sekitarnya, cuzz bisa gabung di @readaloudsemarang.
Bedah Buku The Read-Aloud Handbook by Jim Trelease
Ketika menjelajahi lembar demi lembar The Read-Aloud Handbook, aku langsung ingat sebuah buku karya Ustaz M. Fauzil Adhim yang berjudul Membuat Anak Gila Membaca.Banyak sekali poin-poin yang ada di buku karya Jim Trelease juga kutemukan pada buku Ustaz M. Fauzil Adhim.
Akhirnya karena penasaran, aku cari buku Membuat Anak Gila Membaca di rak buku. Kubuka daftar pustaka tapi tak ketemu. Soalnya buku itu sering sekali kubaca, sampai kondisinya harus diisolasi gitu, mungkin lembar daftar pustakanya tanpa sengaja tersingkirkan.
Lalu kubaca di bagian pembukaan, ternyata di dalam buku tersebut, Ustaz M. Fauzil Adhim menyebutkan The Read-Aloud Handbook karya Jim Trelease sebagai salah satu referensinya.
Aaah, pantas saja aku tidak begitu asing dengan isi buku ini. Meski sejujurnya aku kurang nyaman membaca buku ini.
Well, udah lama nggak baca buku terjemahan. Jadi kek ada yang kurang ngalir aja gitu dari bukunya. But so far so good, ada banyak insight yang bisa dipetik dari buku setebal 360 halaman itu.
Oya, versi terjemahan The Read-Aloud Handbook ini sudah masuk cetakan ke-3. Cetakan pertamanya sendiri rilis pada Juli 2017.
Hal istimewa dari buku Jim Trelease ini adalah sudah dibuat sampai edisi ketujuh, sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan edisi pertama rilis pada 1979!
Tahun 1979 di Amerika sono sudah ada seorang Jim Trelease yang prihatin tentang kebiasaan membaca di negaranya, yang makin hari makin menurun.
Apa kabar di Indonesia saat ini? Memasuki tahun 2021 saja tingkat bacanya masih sangat mengkhawatirkan.
Jadi ingat kemarin sore saat technical meeting bersama rekan-rekan Ruang Bicara untuk persiapan webinar Melepas KDRT, kami dibuat gemes oleh beberapa orang yang menanyakan cara daftar acaranya gimana.
Padahal nih, sudah amat jelas di dalam caption pengumuman acara dijabarkan syarat pendaftarannya apa saja dan ke mana harus mendaftar.
Yess, arti kata read aloud dalam bahasa Indonesia adalah membaca nyaring. Sederhananya, kegiatan membaca yang disuarakan dengan intonasi dan ekspresi yang tepat.
Aku nggak akan membahas panjang kali lebar tentang manfaat membaca, karena aku sudah beberapa kali menuliskannya. Cuzz saja bisa tengok di artikel Manfaat Membacakan Buku untuk Bayi.
Kali ini aku akan lebih bercerita banyak tentang buku The Read-Aloud Handbook dan kenapa sih para orang tua, calon orang tua dan guru wajib banget punya buku ini.
Buku ini berisi 10 bab. Namun sebelum masuk ke bab pertama, kita akan diajak untuk membaca pengantar penerbit tentang Siapakah Jim Trelease dan bab pendahuluan yang menurutku seperti rangkuman dari keseluruhan buku.
Dari situlah kemudian, Jim ingin meneruskan pengalaman membacanya ke anak-anak. Tak berhenti di situ, Jim juga ingin mengajak lebih banyak orang untuk merutinkan aktivitas membaca di dalam keluarga karena manfaatnya yang luar biasa.
Aaah, pantas saja aku tidak begitu asing dengan isi buku ini. Meski sejujurnya aku kurang nyaman membaca buku ini.
Well, udah lama nggak baca buku terjemahan. Jadi kek ada yang kurang ngalir aja gitu dari bukunya. But so far so good, ada banyak insight yang bisa dipetik dari buku setebal 360 halaman itu.
Oya, versi terjemahan The Read-Aloud Handbook ini sudah masuk cetakan ke-3. Cetakan pertamanya sendiri rilis pada Juli 2017.
Hal istimewa dari buku Jim Trelease ini adalah sudah dibuat sampai edisi ketujuh, sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan edisi pertama rilis pada 1979!
Tahun 1979 di Amerika sono sudah ada seorang Jim Trelease yang prihatin tentang kebiasaan membaca di negaranya, yang makin hari makin menurun.
Apa kabar di Indonesia saat ini? Memasuki tahun 2021 saja tingkat bacanya masih sangat mengkhawatirkan.
Jadi ingat kemarin sore saat technical meeting bersama rekan-rekan Ruang Bicara untuk persiapan webinar Melepas KDRT, kami dibuat gemes oleh beberapa orang yang menanyakan cara daftar acaranya gimana.
Padahal nih, sudah amat jelas di dalam caption pengumuman acara dijabarkan syarat pendaftarannya apa saja dan ke mana harus mendaftar.
Benar-benar deh Indonesia Darurat Membaca!Nah, makannya penting banget buat semua orang tua, calon orang tua, para guru untuk join ke Training of Trainers Read Aloud. Karena di sini kita akan diajak untuk melek tentang pentingnya membaca. Bukan hanya sekadar membaca, tapi bagaimana membaca nyaring untuk anak-anak.
Yess, arti kata read aloud dalam bahasa Indonesia adalah membaca nyaring. Sederhananya, kegiatan membaca yang disuarakan dengan intonasi dan ekspresi yang tepat.
Aku nggak akan membahas panjang kali lebar tentang manfaat membaca, karena aku sudah beberapa kali menuliskannya. Cuzz saja bisa tengok di artikel Manfaat Membacakan Buku untuk Bayi.
Kali ini aku akan lebih bercerita banyak tentang buku The Read-Aloud Handbook dan kenapa sih para orang tua, calon orang tua dan guru wajib banget punya buku ini.
Buku ini berisi 10 bab. Namun sebelum masuk ke bab pertama, kita akan diajak untuk membaca pengantar penerbit tentang Siapakah Jim Trelease dan bab pendahuluan yang menurutku seperti rangkuman dari keseluruhan buku.
Siapakah Jim Trelease?
Beliau adalah seorang seniman lulusan dari University of Massachusetts. Sekaligus ayah dari dua orang anak yang punya pengalaman tentang indahnya dan bergunanya aktivitas membaca untuk hidupnya.Dari situlah kemudian, Jim ingin meneruskan pengalaman membacanya ke anak-anak. Tak berhenti di situ, Jim juga ingin mengajak lebih banyak orang untuk merutinkan aktivitas membaca di dalam keluarga karena manfaatnya yang luar biasa.
Di beberapa bagian dalam buku ini dijabarkan beberapa data dan fakta terkait kemerosotan minat baca pada kalangan remaja Amerika jika dibandingkan dengan Finlandia.
Setelah umur 14 tahun, anak-anak Amerika mulai membaca buku hanya karena tugas, bukan karena benar-benar ingin membaca dari lubuk hatinya.
Kemerosotan minat membaca ini ditelusuri menjadi akibat dari sistem pendidikan yang mulai bergeser. Makin banyak orang tua dan guru yang tidak membacakan buku kepada anak-anaknya. Bahkan tak sedikit yang merasa membaca buku sudah ketinggalan zaman.
That’s why lahirlah The Read-Aloud Handbook sampai 7 edisi. Tak hanya itu buku ini menjadi satu dari 75 buku paling penting yang pernah diterbitkan dalam sejarah 75 tahun Penerbit Penguin.
Sekilas berkenalan dengan Jim Trelease, kini saatnya mengulik satu per satu bab yang ada di dalam buku panduan buat siapapun yang pengen kenal lebih lanjut tentang membaca nyaring.
Tugas pada sesi pertama TOT RAS adalah memilih salah satu bab paling favorit dan membuat ringkasannya. Namun menurutku setiap bab dalam The Read-Aloud Handbook istimewa, dan aku nggak bisa memilih salah satu.
So, kita kepoin satu per satu dan akan kuceritakan apa saja yang kusukai dari setiap bab di buku ini.
Jim juga mengkritisi sistem pendidikan di sekolah yang mulai menjauh dari aktivitas membaca. Namun sebagai orang tua, kita tidak boleh menyerah pada sistem pendidikan yang ada.
Fakta membaca no 2, membaca adalah suatu keahlian yang didapat perlahan-lahan. Maka anak harus diberikan tingkatan demi tingkatan untuk menaikkan level kemampuan membaca mereka.
Namun di bab ini dijelaskan bahwa sebaiknya kita tidak tergesa-gesa untuk mengakhiri membacakan buku, bahkan meski si anak sudah membaca sendiri. Ada baiknya tetap punya satu jadwal membaca nyaring untuk anak.
Selain sebagai bonding, kita juga bisa mengecek seberapa pemahaman anak terhadap buku yang sedang dibaca.
Sementara untuk memulai membaca, dari dalam kandungan pun sudah bisa. Di sini Jim juga menuliskan data dan fakta yang terkait dengan hal ini.
Pada bab ini, Jim menjabarkan tentang pemilihan buku yang tepat sesuai usia anak. Lalu bagaimana tahapan membacakan nyaring pada usia-usia yang berbeda.
Hal yang boleh antara lain;
Aku menjawab, “Lagi baca dong.”
Ifa penasaran kenapa aku membaca tapi tidak bersuara.
Di buku The Read-Aloud Handbook juga menjabarkan tentang pentingnya mengembangkan kemampuan membaca dalam hati bagi anak-anak.
Sayangnya kemampuan ini seringkali tidak berkembang maksimal karena saat proses belajar membaca dalam hati, anak-anak tidak diawasi dengan benar.
Oleh karenanya penting untuk mengadakan diskusi tentang isi buku setelah anak selesai membaca dalam hati.
Karena ibu seorang guru, beliau sering membawakan buku-buku dari perpustakaan. Setiap satu buku selesai kubaca, ibu akan membawakan judul yang baru.
Secara tidak langsung hal tersebut menancap dalam diriku. Ketika punya anak aku juga ingin mereka punya minat membaca.
Nah, di bab keenam ini Jim menuliskan beberapa hal tentang membuat perpustakaan baik di sekolah atau di rumah dengan dana terbatas.
Sejatinya bukan sekadar banyak-banyakan buku, tapi sudah seberapa berkualitas kita membacakan buku ke anak?
Ada buku kalau nggak pernah dibacakan ke anak ya sama aja bohong kan?
Sekali lagi kuncinya adalah jangan berlebihan dalam menggunakan sesuatu. Jim Trelease juga memberi contoh beberapa batasan atau rules yang bisa diterapkan di rumah terkait penggunaan TV dan gadget.
Setelah umur 14 tahun, anak-anak Amerika mulai membaca buku hanya karena tugas, bukan karena benar-benar ingin membaca dari lubuk hatinya.
Kemerosotan minat membaca ini ditelusuri menjadi akibat dari sistem pendidikan yang mulai bergeser. Makin banyak orang tua dan guru yang tidak membacakan buku kepada anak-anaknya. Bahkan tak sedikit yang merasa membaca buku sudah ketinggalan zaman.
That’s why lahirlah The Read-Aloud Handbook sampai 7 edisi. Tak hanya itu buku ini menjadi satu dari 75 buku paling penting yang pernah diterbitkan dalam sejarah 75 tahun Penerbit Penguin.
Sekilas berkenalan dengan Jim Trelease, kini saatnya mengulik satu per satu bab yang ada di dalam buku panduan buat siapapun yang pengen kenal lebih lanjut tentang membaca nyaring.
Tugas pada sesi pertama TOT RAS adalah memilih salah satu bab paling favorit dan membuat ringkasannya. Namun menurutku setiap bab dalam The Read-Aloud Handbook istimewa, dan aku nggak bisa memilih salah satu.
So, kita kepoin satu per satu dan akan kuceritakan apa saja yang kusukai dari setiap bab di buku ini.
Bab Pendahuluan
Dibuka dengan quote yang benar-benar indah.Tugas utama pendidikan adalah untuk menanamkan sebuah keinginan dan fasilitas untuk belajar, bukan untuk menghasilkan orang-orang terpelajar melainkan orang-orang yang terus belajar. Peradaban sejati manusia adalah peradaban pembelajaran, ketika kakek-nenek, orangtua, dan anak-anak sama-sama menjadi murid. (Eric Hoffer).Selain quote yang memotivasi tersebut, pada bab pendahuluan ini Jim Trelease banyak menceritakan kisah tentang orang-orang yang berhasil mendidik anaknya menjadi cinta membaca dengan membiasakan membaca nyaring di rumah.
Jim juga mengkritisi sistem pendidikan di sekolah yang mulai menjauh dari aktivitas membaca. Namun sebagai orang tua, kita tidak boleh menyerah pada sistem pendidikan yang ada.
Bagaimanapun pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab orangtuanya. Jadi apapun yang terjadi, orang tua harus selalu punya cara untuk mengubah habit di dalam rumah.
Buku ini bukan mengajari anak bagaimana caranya membaca. Ini buku tentang mengajari anak supaya mau membaca
Tidak hanya dalam membaca, saat aku mengawal Blogspedia Coaching, materi pertama yang harus dilalui peserta adalah menemukan big why ngeblog.
Sama halnya dengan Jim Trelease di buku ini, dia mengajak pembaca untuk menggali lebih dalam tentang pentingnya membaca nyaring.
Pendidikan itu bukan seperti mengisi ember, tetapi seperti menyalakan api. (William Butler Yeats)
Ada banyak manfaat membaca nyaring yang disampaikan pada bagian ini, yang paling menarik buatku adalah;
Fakta membaca no 1, manusia suka hal yang menyenangkan. Maka buatlah kegiatan membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan, sehingga anak dengan suka rela melakukannya.
Buku ini bukan mengajari anak bagaimana caranya membaca. Ini buku tentang mengajari anak supaya mau membaca
Investasi keuangan terbaik sejatinya adalah menghabiskan waktu dan energi untuk membesarkan seorang pembaca. Jika seorang anak memutuskan untuk tidak mengikuti kuliah, tetapi seorang pembaca yang lahap, dia akan tetap mengambil keputusan yang lebih bijak dalam kehidupan pribadi dan bisnisnya, dan tentu saja menjadi pemilih yang terinformasi dengan baik juga menjadi juri. Kesimpulannya, membesarkan seorang pembaca adalah kondisi yang saling menguntungkan. Kita hanya perlu meningkatkan kepedulian terhadap hal itu.
Bab 1 Mengapa Membacakan Nyaring?
Big why adalah hal yang sangat penting dalam setiap aktivitas. Bisa dibilang ini adalah kunci konsistensi.Tidak hanya dalam membaca, saat aku mengawal Blogspedia Coaching, materi pertama yang harus dilalui peserta adalah menemukan big why ngeblog.
Sama halnya dengan Jim Trelease di buku ini, dia mengajak pembaca untuk menggali lebih dalam tentang pentingnya membaca nyaring.
Pendidikan itu bukan seperti mengisi ember, tetapi seperti menyalakan api. (William Butler Yeats)
Ada banyak manfaat membaca nyaring yang disampaikan pada bagian ini, yang paling menarik buatku adalah;
Seperti halnya tonggak kayu yang sangat penting sebagai penyokong utama berdirinya sebuah rumah, kata-kata adalah strukutur utama untuk pembelajaran. Hanya ada dua cara efisien memasukkan kata ke dalam benak seseorang: melalui mata atau melalui telinga.Membacakan buku kepada anak punya alasan yang sama seperti saat berbicara pada anak: membangun bonding, memberikan informasi, memberi inspirasi, tapi juga sekaligus membangun kosa kata, mengkondisikan otak si anak, memberikan sosok panutan dan menanam kegemaran membaca.
Fakta membaca no 1, manusia suka hal yang menyenangkan. Maka buatlah kegiatan membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan, sehingga anak dengan suka rela melakukannya.
Fakta membaca no 2, membaca adalah suatu keahlian yang didapat perlahan-lahan. Maka anak harus diberikan tingkatan demi tingkatan untuk menaikkan level kemampuan membaca mereka.
Bab 2 Kapan Memulai (dan Mengakhiri) Membacakan?
Bagian ini paling jleb sih buat aku. Waktu kakak sudah bisa membaca sendiri, aku merasa bebas dan bahagia karena akhirnya nggak perlu lagi membacakan buku.Namun di bab ini dijelaskan bahwa sebaiknya kita tidak tergesa-gesa untuk mengakhiri membacakan buku, bahkan meski si anak sudah membaca sendiri. Ada baiknya tetap punya satu jadwal membaca nyaring untuk anak.
Selain sebagai bonding, kita juga bisa mengecek seberapa pemahaman anak terhadap buku yang sedang dibaca.
Sementara untuk memulai membaca, dari dalam kandungan pun sudah bisa. Di sini Jim juga menuliskan data dan fakta yang terkait dengan hal ini.
Bab 3 Tahapan Membacakan Nyaring
Tidak banyak anak-anak yang belajar mencintai buku dari dirinya sendiri. Harus ada orang yang memancing mereka masuk ke dalam dunia bahasa tertulis yang indah; seseorang harus menunjukkan jalan pada mereka. (Orville Prescott, A Father Reads to His Children)Menarik kesimpulan dari kutipan di atas, seseorang itu tentu saja lebih afdol adalah orang tuanya, bisa ayahnya, ibunya atau akan lebih baik jika keduanya.
Pada bab ini, Jim menjabarkan tentang pemilihan buku yang tepat sesuai usia anak. Lalu bagaimana tahapan membacakan nyaring pada usia-usia yang berbeda.
Bab 4 Yang Boleh dan Tidak Boleh Ketika Membacakan Nyaring
Setelah menjabarkan bagaimana memilih buku yang sesuai usia anak dan tahapan membaca nyaring, di bab ini Jim Trelease menerangkan tentang hal-hal boleh dan tidak boleh saat membaca nyaring.Hal yang boleh antara lain;
- Menggunakan rima dan lagu
- Berhenti pada kosa kata baru yang ingin diajarkan, dan ajak anak untuk mengulanginya kembali
- Baca buku sesering mungkin bersama anak
- Mulailah dari buku bergambar, lalu meningkat sedikit demi sedikit
- Ajak anak terlibat, misal dengan memintanya membalik halaman buku dan biarkan anak menebak alur cerita
- Variasikan panjang dan topik bacaan
- Jangan lupa untuk menyebutkan nama pengarang, ilustrator dan penerbitnya, sebagai bentuk penghormatan atas karya tersebut, dsb.
- Memilih buku yang tidak kita sukai, karena ketidaksukaan kita akan tampak dan merugikan tujuan membacakan nyaring ke anak-anak
- Jangan buat persaingan antara buku dan televisi/ gadget
- Jangan gunakan buku sebagai ancaman
- Jangan samakan kuantitas dengan kualitas, dsb.
Bab 5 Membaca dalam Hati: Mitra Alami Membaca Nyaring
Jadi ingat waktu Ifa masih seumuran Affan, dia melihatku memegang buku tapi tidak bersuara, ia bertanya, “Bunda lagi ngapain?”Aku menjawab, “Lagi baca dong.”
Ifa penasaran kenapa aku membaca tapi tidak bersuara.
Di buku The Read-Aloud Handbook juga menjabarkan tentang pentingnya mengembangkan kemampuan membaca dalam hati bagi anak-anak.
Sayangnya kemampuan ini seringkali tidak berkembang maksimal karena saat proses belajar membaca dalam hati, anak-anak tidak diawasi dengan benar.
Oleh karenanya penting untuk mengadakan diskusi tentang isi buku setelah anak selesai membaca dalam hati.
Bab 6 Pengaruh Buku di Rumah, Sekolah dan Perpustakaan
Tidak ada bentuk kejahatan yang lebih membahayakan bagi anak-anak di kota selain tidak adanya perpustakaan sekolah yang memadai. (Jonathan Kozol)
Memiliki perpustakaan di rumah adalah impianku sejak kecil. Ibuku memang tidak terlalu sering membaca nyaring untukku, namun aku sering melihat ibu membaca buku, majalah dan tabloid-tabloid.
Begitu juga bapak. Meski beliau jarang di rumah, tapi sekalinya di rumah selalu membawa koran dan membacanya sampai tuntas.Karena ibu seorang guru, beliau sering membawakan buku-buku dari perpustakaan. Setiap satu buku selesai kubaca, ibu akan membawakan judul yang baru.
Secara tidak langsung hal tersebut menancap dalam diriku. Ketika punya anak aku juga ingin mereka punya minat membaca.
Nah, di bab keenam ini Jim menuliskan beberapa hal tentang membuat perpustakaan baik di sekolah atau di rumah dengan dana terbatas.
Sejatinya bukan sekadar banyak-banyakan buku, tapi sudah seberapa berkualitas kita membacakan buku ke anak?
Ada buku kalau nggak pernah dibacakan ke anak ya sama aja bohong kan?
Bab 7 Pembelajaran Media Digital: Berita Baik dan Buruk
Sebenarnya sejak pandemi melanda Indonesia dan pembelajaran online jadi hal yang umum, Bab 7 ini tidak diulas. Karena mau nggak mau kini kita berdekatan dengan media digital kan.Intinya sih, jangan berlebihan dalam menggunakan media digital. Harus ada porsi dan jadwal yang sesuai.
Bab 8 TV, Audio, dan Teknologi: Merugikan atau Membantu Kemampuan Membaca
Bab delapan ini masih berhubungan dengan bab tujuh, yaitu tentang bahayanya benda elektronik dan digital yang merangsek ke dalam kehidupan kita. Alhasil kita banyak yang terlena dengan segala kemudahan yang diberikan.Sekali lagi kuncinya adalah jangan berlebihan dalam menggunakan sesuatu. Jim Trelease juga memberi contoh beberapa batasan atau rules yang bisa diterapkan di rumah terkait penggunaan TV dan gadget.
Sebagai bentuk hiburan dan informasi, televisi tidak berbahaya - dengan dosis yang tepat. Media itu ibarat obat dalam lemari obat-obatan di rumah. Sangat berguna, tetapi jika berkaitan dengan anak-anak harus dengan pengawasan dan kendali orang tua.
Bab 9 Ayah - Berapa Nilainya?
Meski semua bab menarik, tapi bab sembilan ini memang super istimewa. Melibatkan ayah dalam parenting itu masih jadi PR bagi sebagian besar keluarga, apalagi meminta ayah mendampingi aktivitas membaca.Di bab ini Jim Trelease mengajak para ayah untuk memahami pentingnya kehadiran mereka pada aktivitas membaca bersama anak.
Selain kedua orang tua, ada seorang guru yang membuat Jim merasa dirinya istimewa. Hal inilah yang terus memacu semangat Jim untuk tidak menghentikan aktivitas membacanya.
Membaca nyaring sejatinya bukan hal asing buatku dan keluarga. Meski mungkin kini porsinya nggak sebanyak waktu Kak Ifa masih kecil, tetapi dalam sehari kami masih menyempatkan untuk baca buku bareng anak-anak.
Jika sang ayah hadir, maka anak-anak akan lebih terlibat dan lebih sukses. Ketika si pria dewasa itu hilang, begitu juga pencapaian anak-anak itu.Cuzz lah mari kita menggugat para ayah untuk menjalani perannya, salah satunya dengan mendampingi anak-anak membaca. Alhamdulillah, kalau di rumah kami sih, ayahnya mau terlibat. Kalau di rumah kalian gimana, pals?
Bab 10 Perjalanan Membaca Seorang Anak Hiper
Pada bab ini Jim Trelease menceritakan pengalaman paling berkesannya tentang membaca. Tentang hal apa saja yang memotivasinya untuk terus membaca.Selain kedua orang tua, ada seorang guru yang membuat Jim merasa dirinya istimewa. Hal inilah yang terus memacu semangat Jim untuk tidak menghentikan aktivitas membacanya.
Seperti yang pernah dikatakan Maya Angelou, “Orang akan melupakan perkataan Anda. Mereka akan melupakan perbuatan Anda. Namun merekat tidak akan melupakan bagiamana cara Anda membuat mereka merasakan.”Dan itulah perasaan yang bisa kita berikan ke anak lewat pengasuhan yang luar biasa, pengajaran yang luar biasa dan aktivitas membaca yang luar biasa sehingga bisa mengubah hidup anak-anak.
Membaca nyaring sejatinya bukan hal asing buatku dan keluarga. Meski mungkin kini porsinya nggak sebanyak waktu Kak Ifa masih kecil, tetapi dalam sehari kami masih menyempatkan untuk baca buku bareng anak-anak.
Buat yang pengen tahu bagaimana caranya aku menumbuhkan kebiasaan membaca di keluarga, bisa tengok di artikel Let's Read ya.
Btw, setelah menamatkan buku The Read-Aloud Handbook by Jim Trelease, aku mendapat lebih banyak wawasan baru tentang bagaimana membaca nyaring yang tepat. Aku sarankan sih teman-teman kongkow baca sendiri buku ini dan temukan perasaan yang kini mengalir di dadaku. Happy reading with your family, pals!***
Btw, setelah menamatkan buku The Read-Aloud Handbook by Jim Trelease, aku mendapat lebih banyak wawasan baru tentang bagaimana membaca nyaring yang tepat. Aku sarankan sih teman-teman kongkow baca sendiri buku ini dan temukan perasaan yang kini mengalir di dadaku. Happy reading with your family, pals!***
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com