Pengertian Self Love
Self love menjadi materi pertama dalam rangkaian kegiatan Semeleh. Bukan tanpa alasan jika skill mencintai diri sendiri menjadi hal pertama yang dijadikan perhatian. Bagaimana mungkin seseorang bisa mencapai self acceptance, jika dirinya belum berhasil mencintai dirinya sendiri?Dikutip dari penjelasan Cikgu Julie Artha;
Definisi self love bisa berbeda-beda, dan setiap orang boleh memiliki definisinya masing-masing. Kalau dalam definisi saya, self love itu adalah memperlakukan diri kita sendiri sama baiknya dengan saat kita memperlakukan orang lain.Coba tengok ke dalam jiwa, sudah seberapa cintakah kita pada diri sendiri? Kebanyakan dari kita, lebih sering berat sebelah. Kepada orang lain, kita bersikap baik, mau mendengarkan, mau membantu memecahkan masalah, dan mau berkata positif. Namun kita justru kejam pada diri sendiri.
Kita menghardik, kita menyesali, kita tidak puas, dan kita menuntut diri kita sendiri agar sempurna. Bahkan seringnya, kita bahkan menuntut diri sendiri hingga ke titik di mana kondisinya nggak lagi sehat, karena tubuh, pikiran, hati, dan perasaan kita dituntut untuk memenuhi sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai untuk diri kita.
Banyak sekali contohnya. Orang-orang yang terpengaruh iklan, influencers, dan lingkungan pergaulan tertentu, akhirnya memaksakan diri mendapatkan hal serupa tanpa menimbang apakah itu benar-benar cocok atau tidak dengan diri mereka sendiri. Kita pasti sedikit banyak pernah mengalami hal serupa, kan? Nah, jika itu yang dialami, maka itu bukanlah self love, melainkan keegoisan kita yang bicara.
3 Faktor yang Harus Ada dalam Self Love
Selain tentang memperlakukan diri sendiri sama baiknya dengan saat memperlakukan orang lain, untuk mencapai kondisi self love, ada 3 faktor yang harus ada di dalamnya:1. Mengerti tentang Diri Kita Sendiri
Kita harus benar-benar mengerti dan memahami siapa sih sebenarnya diri kita, bagaimana cara kita berpikir, kepribadian kita seperti apa, keinginan kita itu apa, visi kita itu apa, kemudian apa saja kemampuan yang telah diberikan oleh Allah kepada kita, dan apa yang bisa kita lakukan dengan segala kemampuan dan anugerah itu.Pendek kata, kita mengerti siapa diri kita luar dan dalam. Bukan hanya kulitnya saja, tapi juga seperti apa inner self kita. Untuk bisa menggali dan menemukan hal ini, kita bisa rutin melakukan self talk, lalu join beberapa tes psikologi, juga mengikuti kelas-kelas pengembangan diri.
Lakukan sebanyak-banyaknya aktivitas yang kita sukai, hingga nanti kita benar-benar menemukan sesuatu yang benar-benar klik klik dan merasa “Ah, ini dia… gue banget!”
2. Menerima Keseluruhan Pengalaman Hidup tanpa Syarat
Poin kedua ini memang termasuk berat, namun sangat penting. Sebab, jika kita hanya menerima yang sesuai dengan kehendak kita, maka kita bisa jadi kejam terhadap diri sendiri. Bahkan kita bisa jadi nggak mau belajar dari pengalaman, dan menolak untuk menerimanya.Namun manusiawi kok, kalau di awal kita nggak langsung bisa menerima. Tentunya di dunia ini nggak ada manusia yang mau ditimpa pengalaman buruk atau mengalami kenyataan pahit kan? Nggak usah jauh-jauh, aku pun kek gitu.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa menerima berbagai kenyataan yang tak sesuai harapan. Bahkan berkali-kali pula aku berharap bisa menghapus semua hal dan kenangan buruk tadi dari hidup. Sempat berpikir, kalau amnesia mungkin enak kali ya?
Tentu saja itu hanyalah pikiran bodoh semata. Semakin aku bersikeras untuk menolak menerima hal-hal buruk yang kualami, justru semakin kuat efek dari memori buruk tersebut terhadap diriku. Barulah ketika aku sudah bisa memutuskan untuk menerima hal-hal buruk itu sebagai bagian dari warna-warni kehidupan, dan tidak lagi berusaha menghapusnya, di saat itulah hati dan pikiran menjadi lebih damai, lebih tenang.
3. Proaktif dan Memiliki Mindset yang Tepat
Self love itu berada dalam tataran energi yang positif. Karenanya, untuk bisa menerapkan prinsip ini, kita pun perlu berada dalam tataran energi yang serupa. Salah satunya adalah dengan bersikap proaktif, mau jemput bola, mau menjalani proses, dan tidak menunggu dimotivasi.Kemudian kita juga perlu melatih diri untuk memiliki mindset yang tepat. Kita perlu untuk mengubah cara berpikir. Karena untuk bisa menciptakan perubahan positif, kita perlu mengarahkan pikiran ke arah sana.
Nggak mungkin kita akan mencapai bahagia, jika terus mengeluh, kan? Nggak mungkin juga kita bisa memperlakukan diri sendiri dengan baik, jika setiap hari yang kita lontarkan adalah kecaman, ketidakpuasan ataupun celaan terhadap diri sendiri.
3 Hal yang Harus Dihindari untuk Membangun Self Love
Ada tiga hal umum yang jika terus-terusan dilakukan akan bisa menghambat kita dalam mencintai dan menghargai diri sendiri. Apa sajakah itu?1. Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain
Selalu melihat orang lain lebih hebat ketimbang diri kita bisa menjadi toxic yang meredupkan jiwa. Selalu membanding-bandingkan apa yang kita miliki dan nggak kita miliki dengan orang lain. Misalnya orang lain punya handphone Samsung S21 atau iPhone 12, sementara kita hanya memiliki handphone Xiomi.Saat melakukan perbandingan tersebut, muncullah rasa tidak puas dengan diri sendiri, juga rasa iri dan dengki terhadap apa yang dimiliki orang lain, bahkan bisa jadi muncul rasa tamak ingin memiliki hal tersebut dengan cara apapun.
Tentu saja yang seperti ini nggak sehat buat diri sendiri, sebab bisa membuat kita lupa untuk bersyukur. Kita juga jadi lupa untuk melihat bahwa sudah banyak hal yang sudah dan bisa dilakukan dengan berbekal handphone Xiomi tersebut. Kita lupa untuk mengingat, betapa selama ini handphone tersebut sudah banyak membantu untuk mendapatkan rezeki, bersilaturahmi online dengan kerabat dan sahabat.
Saat menunda telah menjadi kebiasaan, akhirnya segala macam perubahan yang kita harapkan tentu saja tak akan menjadi kenyataan. Sesungguhnya tidak ada istilah WAKTU YANG TEPAT. Itu khayalan saja.
Adanya perbedaan jawaban antara satu orang dengan lainnya, dikarenakan adanya perbedaan mindset. Sekarang kita analogikan gelas berisi air itu sebagai diri sendiri. Dalam diri kita, ada begitu banyak karunia berlimpah. Kita bisa memberi, kita bisa merawat, dan kita bisa mencintai orang lain.
Sayangnya, kita jarang diajari untuk menerima cinta, dan untuk mencintai diri sendiri. Karena itu dianggap egois. Akhirnya tanpa sadar kita selama ini dilatih untuk merasa malu dan bersalah, ketika ingin sejenak memanjakan diri dengan bersantai, misalnya.
Kita lebih sering diingatkan untuk segera melakukan pekerjaan, melakukan kewajiban, dan sebagainya. "Eh kamu ngapain nyantai ngopi-ngopi doang? Tuh, anak cepet diurus... tuh, tetangga butuh bantuan.... tuh pak boss lagi perlu bahan presentasi saat ini juga... tuh... tuh... dan tuh...."
Self love itu berbeda dengan narsis, karena narsis itu mengagumi diri sendiri. Narsis itu ada spektrum tertentu. Sedangkan self love berada pada tataran energi positif.
Self love itu nggak membuat kita lantas bisa jadi panen prestasi, tapi lebih jauh dari itu. Dengan self love, kita jadi lebih bisa peka terhadap hal-hal yang nggak baik. Dan tentunya ada perubahan baik dalam diri sendiri.
Masalahnya tak semua perubahan positif bisa menyenangkan orang lain. Tak masalah jika orang lain menganggap sombong gara-gara kita melakukan sebuah pilihan yang anti mainstream. Selama kita tahu hal tersebut adalah cara yang tepat untuk dilakukan, dan memang hal baik untuk diri kita, let it go.
Selain itu, self love bukan egois selama bisa dikomunikasikan dengan pihak-pihak terkait. Misal, aku biasanya minta kepada suami untuk diberikan me time khusus untuk bertemu sahabat. Saat izin diberikan, aku nggak lantas slonong boy pergi dong. Aku siapkan dulu makanan di rumah, agar selama kutinggal, anak dan suami tak kelaparan. Aku pun bisa pergi dengan tenang.
Tentu saja yang seperti ini nggak sehat buat diri sendiri, sebab bisa membuat kita lupa untuk bersyukur. Kita juga jadi lupa untuk melihat bahwa sudah banyak hal yang sudah dan bisa dilakukan dengan berbekal handphone Xiomi tersebut. Kita lupa untuk mengingat, betapa selama ini handphone tersebut sudah banyak membantu untuk mendapatkan rezeki, bersilaturahmi online dengan kerabat dan sahabat.
2. Kebiasaan Menunda
Kebiasaan menunda adalah hal kedua yang bisa menjadi penghambat self love. "Ah, besok aja lah, olahraganya.... ah, besok aja lah dietnya.... ah besok aja lah dandannya... ah, nanti saja mandinya, toh aku nggak ke mana-mana, toh aku di rumah saja...ah, nanti saja makan sehat. Ini indomie segambreng mau diapain? Sayang kan, kalau tidak dimakan...." dan seterusnya.Saat menunda telah menjadi kebiasaan, akhirnya segala macam perubahan yang kita harapkan tentu saja tak akan menjadi kenyataan. Sesungguhnya tidak ada istilah WAKTU YANG TEPAT. Itu khayalan saja.
Waktu yang tepat adalah di saat kita sudah punya keinginan untuk berubah, untuk mulai memperlakukan diri sendiri dengan baik, dilakukan saat itu juga tanpa nanti dan tapi.
3. Stigma Egois
Kemudian hal berikutnya yang juga bisa menjadi penghambat diri kita ber-self love yaitu adanya stigma bahwa mencintai diri sendiri adalah sikap egois, narsis, dan obsesif. Padahal self love nggak ada kaitannya dengan hal-hal itu.Memperhatikan diri sendiri dengan baik, bukanlah sikap egois. Justru sebaliknya, menolak memperhatikan diri sendiri sebenarnya adalah sikap egois.
Self Love Bukan Egois
Jika kita melihat gambar gelas yang berisi air setengahnya, apa yang akan kita katakan? Apakah gelasnya sudah terisi air separuh, atau gelasnya baru terisi separuh?Adanya perbedaan jawaban antara satu orang dengan lainnya, dikarenakan adanya perbedaan mindset. Sekarang kita analogikan gelas berisi air itu sebagai diri sendiri. Dalam diri kita, ada begitu banyak karunia berlimpah. Kita bisa memberi, kita bisa merawat, dan kita bisa mencintai orang lain.
Sayangnya, kita jarang diajari untuk menerima cinta, dan untuk mencintai diri sendiri. Karena itu dianggap egois. Akhirnya tanpa sadar kita selama ini dilatih untuk merasa malu dan bersalah, ketika ingin sejenak memanjakan diri dengan bersantai, misalnya.
Kita lebih sering diingatkan untuk segera melakukan pekerjaan, melakukan kewajiban, dan sebagainya. "Eh kamu ngapain nyantai ngopi-ngopi doang? Tuh, anak cepet diurus... tuh, tetangga butuh bantuan.... tuh pak boss lagi perlu bahan presentasi saat ini juga... tuh... tuh... dan tuh...."
Kita diajari untuk menolak menerima. Semisal menerima hadiah, menerima penghargaan, dan sebagainya. Kita diajari untuk merasa bersalah, tak layak dipuji, dan tak layak dihargai. Akibatnya, kita akhirnya terbiasa nggak mau menerima, dan hanya fokus memberi.Nah, seperti itulah. Jadi sudah paham ya kenapa self love bukan egois?
Padahal, kehidupan itu berjalan dalam hukum keseimbangan. Jika kita terus memberi dan menolak menerima, akhirnya kita kering-kerontang. Persis seperti tanaman yang tidak pernah disiram, atau bejana yang nggak pernah diisi air lagi. Apa yang mau kita berikan pada orang lain, jika kita nggak lagi punya apa-apa?
Self love itu berbeda dengan narsis, karena narsis itu mengagumi diri sendiri. Narsis itu ada spektrum tertentu. Sedangkan self love berada pada tataran energi positif.
Self love itu nggak membuat kita lantas bisa jadi panen prestasi, tapi lebih jauh dari itu. Dengan self love, kita jadi lebih bisa peka terhadap hal-hal yang nggak baik. Dan tentunya ada perubahan baik dalam diri sendiri.
Masalahnya tak semua perubahan positif bisa menyenangkan orang lain. Tak masalah jika orang lain menganggap sombong gara-gara kita melakukan sebuah pilihan yang anti mainstream. Selama kita tahu hal tersebut adalah cara yang tepat untuk dilakukan, dan memang hal baik untuk diri kita, let it go.
Selain itu, self love bukan egois selama bisa dikomunikasikan dengan pihak-pihak terkait. Misal, aku biasanya minta kepada suami untuk diberikan me time khusus untuk bertemu sahabat. Saat izin diberikan, aku nggak lantas slonong boy pergi dong. Aku siapkan dulu makanan di rumah, agar selama kutinggal, anak dan suami tak kelaparan. Aku pun bisa pergi dengan tenang.
Nikmati Prosesnya, Karena Setiap Orang Punya Tahapan Berbeda
Salah satu tumpuan self love adalah Penerimaan (Acceptance). Penerimaan ini yang menyebabkan self love bukan egois, sebab ia menghargai keunikan dan proses dari masing-masing individu.Jadi, kita bisa menjalani proses untuk mencintai dan menghargai diri sendiri dengan luwes, dengan baik, dengan ramah terhadap diri sendiri. Self love bukan kompetisi. Memahami diri sendiri itu tidak harus dicapai dengan goal yang saklek, semisal "30 Hari Dijamin Bisa Mengerti tentang Diri Sendiri".
Tidak demikian. Diri kita itu kompleks. Pengalaman hidup kita berbeda dengan orang lain. Pengetahuan kita berbeda. Lingkungan juga berbeda. Circumstance di mana kita lahir dan dibesarkan juga berbeda.
Be nice to ourselves. Hindari menghukum diri sendiri seandainya saat ini masih belum bisa menerima suatu hal. Katakan pada diri sendiri, "Tidak apa-apa. Aku menghargai setiap pencapaianku. Aku mencintai kehidupanku".
No competition dalam proses membangun self love. Yang ada hanyalah Understanding, Acceptance dan Practice. Mengerti, Menerima, dan Menerapkan.
Prosesnya harus diawali dengan mengetahui di mana letak masalah kita selama ini. Kemudian kita belajar menerima masalah tersebut sebagai bagian dari kehidupan yang dianugerahkan pada kita. Selanjutnya, kita mulai melakukan langkah pertama untuk mencintai diri sendiri.
Nggak perlu langkah yang besar. Cukup awali dengan baby step, langkah yang kecil. Sedikit demi sedikit, namun rutin. Enjoy the process, nikmati perjalanannya, dan nikmati perubahannya, sekecil apapun itu.
Self love itu holistik. Mencakup Tubuh, Pikiran, Jiwa, Hati.
Mengapa Self Love Relevan, dan Menjadi Trend?
Self love sekarang ini banyak dibicarakan orang, bukan semata-mata karena trend. Hal ini makin menguat karena memang banyak orang sedang membutuhkan ini.Kehidupan modern, selain mudah dan menyenangkan, juga punya problemnya sendiri. Diantaranya adalah soal keseimbangan hidup. Banyak sekali tuntutan untuk bekerja lebih keras, mengumpulkan uang lebih banyak, memposting foto-foto yang lebih indah, berkompetisi dengan orang lain, dan seterusnya.
Hal-hal tersebut yang kemudian membuat orang jadi kurang tidur, kurang olahraga, kurang waktu untuk anak-anak, hanya sempat makan kudapan instant, terlalu banyak duduk, terlalu banyak main game, terlalu banyak ini dan itu. Semakin lama, semakin banyak orang kena hipertensi, diabetes, sakit jantung, kegemukan, dan ujungnya pasti nggak bahagia.
Itulah mengapa orang mulai kembali ke asal, mencari jawaban melalui diri mereka sendiri, dan mulai memperhatikan apa yang sebenarnya lebih penting dan lebih tepat bagi diri mereka.Bagaimana denganmu, pals? Sudahkah berhasil dalam membangun self love? Kalau aku punya 7 cara untuk melakukan self love, sudah pernah kutulis dalam artikel bertajuk Stop Membandingkan Diri, Lakukan 7 Cara Self Love Ini!
Untuk meningkatkan self love, teman-teman kongkow juga bisa lo berlangganan self care box. Salah satunya dari TheraBox. Semua pilihan produknya menggemaskan dan bisa membantu kita untuk stress releasing secara optimal.
TheraBox adalah kotak kebahagiaan no #1. Prosesnya pembuatannya tidak main-main. Setiap kotak dikuratori oleh terapis dan mencakup aktivitas kebahagiaan yang terinspirasi oleh ilmu saraf dan penelitian psikologi positif. Begitu kita membuka kotaknya, akan ada perasaan bahagia dan nyaman yang muncul seketika. Cara pesannya mudah, kita tinggal menanti produknya dikirim langsung ke depan pintu rumah.
TheraBox bertujuan agar penggunanya bisa memiliki kehidupan yang lebih bahagia melalui aktivitas untuk meningkatkan kegembiraan secara praktis dan sejumlah produk perawatan diri yang menenangkan. Satu kotak yang akan membawa kesehatan berukuran penuh untuk pikiran, tubuh, dan jiwa. Karena TheraBox yakin bahwa self care adalah bagian dari self love.
Buat kalian yang masih ragu-ragu untuk mencintai diri sendiri, ucapkan dengan lantang di dalam hati bahwasanya self love bukan egois! Kita justru membutuhkannya agar bisa menebar cinta pada sekitar lebih banyak lagi. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di celotehan berikutnya!
Bagus banget materinya, self love dan egois memang beda. Mencintai diri sendiri tentunya beda dengan memikirkan diri sendiri, let's self love.
ReplyDeleteMemotivasi sekali, patut dicoba mencintai sendiri agar tidak terpengaruh dengan orang lain dan buat diri kita tidak nyaman.
ReplyDeleteegois sama self love beda tipis kalau kita tidak memahaminya baik-baik, perlu mengubah mindset nih.
ReplyDeletewah, materinya bagus banget nih buat yang masih belum tahu bedanya egois dan self love. Terima kasih materinya bermanfaat banget.
ReplyDeletemencintai diri sendiri itu penting, tetapi jangan sampai memikirkan diri sendiri. Ubah mindset tentang self love-nya, terima kasih materinya.
ReplyDelete