Tahukah teman-teman kongkow kalau tahun 2020 lalu seharusnya menjadi timeline penting menuju Indonesia bebas kusta? Sayangnya bukannya hilang, justru ditemukan 17ribu penyakit kusta baru di seluruh Indonesia. Miris ya. Mungkin karena efek pandemi juga, jadi pemerintah fokusnya teralihkan.
Nah, di artikel ini aku akan banyak ngobrolin tentang kusta dan bagaimana kita bisa mendukung pemerintah dalam mengkampanyekan bebas kusta di Indonesia. Namun sebelumnya, aku mau tanya dulu nih, seberapa kenal teman-teman kongkow pada kusta?
Jujur ya, aku terakhir mendengar istilah ini mungkin zaman masih sekolah. Entah itu SD atau SMP. Setelahnya aku kurang menyadari keberadaannya. Bahkan kupikir kusta sudah tidak ada di Indonesia atau pun belahan bumi lainnya.
Bersyukur pada hari Rabu, 14 April 2021, aku mendapat kesempatan mengikuti workshop via zoom bertajuk “Media yang Mengedukasi dan Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas.”Dari situlah aku jadi tahu kalau kusta masih ada, pals. Coba deh tengok peta penyebaran kusta di Indonesia berikut ini:
Ternyata penyakit yang disebut sebagai Neglected Tropical Disease alias penyakit tropis terabaikan ini dekat dengan diri kita ya? Namun jangan takut, pals. Kusta memang menular. Namun termasuk dalam kategori penyakit yang penularannya susah dan jarang. Selain itu kusta bukanlah kutukan dan sangat bisa diobati.
Agar kita lebih memahami tentang kusta, yuk cari tahu lebih dalam tentang penyakit ini.
Penyakit ini sudah ada sejak 1400 SM. Iya, sebelum masehi! Jadi bisa bayangkan seberapa tuanya penyakit ini kan?
Di beberapa tempat kusta juga dikenal sebagai lepra. Nggak salah kok. Keduanya merupakan penyakit yang sama. Istilah lepra sendiri mengacu pada nama bakteri penyebab lepra, yaitu Mycobacterium Leprae.
Agar kita lebih memahami tentang kusta, yuk cari tahu lebih dalam tentang penyakit ini.
Kenal Lebih Dekat dengan Kusta
Kusta termasuk salah satu penyakit yang umurnya cukup tua. Bahkan bisa dibilang buyutnya para penyakit kali ya. Kenapa aku sebut seperti itu?Penyakit ini sudah ada sejak 1400 SM. Iya, sebelum masehi! Jadi bisa bayangkan seberapa tuanya penyakit ini kan?
Di beberapa tempat kusta juga dikenal sebagai lepra. Nggak salah kok. Keduanya merupakan penyakit yang sama. Istilah lepra sendiri mengacu pada nama bakteri penyebab lepra, yaitu Mycobacterium Leprae.
Dilansir dari informasi yang tersedia di web NLR Indonesia;
Namun tak perlu takut, kasus penularan ini sangat kecil kok. Dan masih bisa ditekan terus jumlahnya, asal para penderita kusta mau berobat. Masalahnya banyak mereka yang menderita kusta takut untuk berobat disebabkan stigma yang berkembang di masyarakat.
Beberapa stigma yang perlu diluruskan yaitu:
Nah, agar semakin aware pada penyakit ini, yuk cari tahu apa saja sih gejala, jenis, cara pencegahan, dan pengobatannya!
Ternyata UT adalah salah satu perusahaan yang memiliki komitmen dalam membantu para penyandang disabilitas untuk tetap berkarya dan berdaya. Tentunya termasuk penyandang disabilitas yang disebabkan oleh penyakit kusta.
Diceritakan oleh mbak Monika Sinta, team leader CSR PT UT, sejak 3 tahun lalu UT berusaha menjalankan peran mereka sebagai perusahaan swasta sesuai dengan UU No 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Dari UU tersebut disampaikan bahwa perusahaan swasta harus memberikan kesempatan pekerjaan sebesar 1% kepada disabilitas. UT memulainya dengan memberikan edukasi kepada karyawannya mengenai hal ini. Awalnya tentu tak mudah, banyak yang underestimate para penyandang disabilitas.
Namun karena komitmen UT untuk membangun tempat kerja yang inklusif, mereka terus mencoba melakukan persiapan-persiapan terbaiknya. Pertama, mereka membuka kesempatan magang kepada para disabilitas. Biasanya ditempatkan di bagian umum/ general affair.
Sekarang NLR sudah tersebar di seluruh dunia. Mereka menjalankan misinya dengan tiga pendekatan yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Saat ini NLR beroperasi di Mozambique, India, Nepal, Brazil dan Indonesia.
Btw, buat teman-teman kongkow yang memiliki ketertarikan pada dunia sosial, bisa banget lo bergabung sebagai relawan NLR. Caranya bisa tengok di website official NLR Indonesia.
Buat teman-teman kongkow pencinta podcast, boleh lo merapat ke aneka podcast yang digelar oleh KBR, antara lain podcast tentang perempuan disabilitas (bertujuan agar tidak mengasihani, namun memberikan dukungan, dsb), Uang Bicara (tentang ekonomi, akses kepada teman-teman disabilitas), podcast humanity (cerita tentang perempuan-perempuan di Papua), Love Buzz (podcast untuk minoritas seksual), Disko (Diskusi Psikologi - terkait isu kesehatan mental) dan masih banyak lagi.
Membicarakan isu-isu sensitif, tim KBR membutuhkan pengetahuan dan wawasan yang cukup. Oleh karenanya KBR tidak bisa berdiri sendiri. Salah satunya terkait kusta. KBR menyambut baik uluran tangan dari NLR. Kolaborasi antara NLR dan KBR melahirkan Podcast SUKA. Apa itu SUKA, sabar ya, nanti aku akan ceritakan lebih lengkap.
Kasus kusta pada anak di Indonesia telah mencapai angka 8 %, masih ada banyak orang di Indonesia kena kusta, 8 provinsi di Indonesia belum bebas kusta. Jika publik teredukasi dengan baik tentang kusta, harapannya awareness bisa tinggi dan bisa saling mendukung. Kusta memang menular tapi bukan berarti orang dengan kusta harus dihindari.
NLR paham bahwa untuk mengedukasi masyarakat terkait hal ini tidak mungkin berdiri sendiri. Oleh karenanya, mereka merangkul KBR yang telah banyak melahirkan podcast-podcast bernas dan berkualitas.
So, buat kalian yang mau ikut serta mendukung Indonesia bebas kusta, jangan lupa dengarkan SUKA lewat jaringan KBR atau kepoin aja Youtube Channel Berita KBR ya!
Nah, sekarang saatnya teman-teman kongkow memilih cara ber-DUKA nya masing-masing. Kalau masih bingung, bisa dimulai dengan membaca, memahami dan menyebarkan artikel ini. Agar semakin banyak yang teredukasi bahwasanya kusta bukan kutukan.
Jangan lupa juga untuk menonton video podcast “Melihat Potret Kusta di Indonesia” agar stigmatisasi pada kusta bisa diberantas hingga tuntas. Buat yang malas klak-klik, nih videonya sudah kusematkan di bawah ya:
kusta adalah penyakit infeksi kronis yang menyerang kulit dan syaraf tepi. Meski menular, tapi penularannya hanya bisa dilakukan oleh penderita kusta yang sama sekali belum pernah berobat.Jika terlambat diobati, kusta bisa menyerang saraf tepi dan menyebabkan disabilitas/ cacat pada bagian mata, tangan dan kaki.
Namun tak perlu takut, kasus penularan ini sangat kecil kok. Dan masih bisa ditekan terus jumlahnya, asal para penderita kusta mau berobat. Masalahnya banyak mereka yang menderita kusta takut untuk berobat disebabkan stigma yang berkembang di masyarakat.
Beberapa stigma yang perlu diluruskan yaitu:
- Kusta adalah penyakit kutukan, sehingga penderitanya harus dijauhi.
- Kusta disebabkan oleh guna-guna dan dosa penderitanya.
- Kusta disebabkan oleh makanan, sehingga banyak orang takut makan bersama penderita kusta.
- Kusta disebabkan oleh keturunan. Ortu yang berpenyakit kusta akan melahirkan anak yang berpenyakit kusta.
Hal-hal di atas hanyalah sebagian kecil dari stigma yang bertebaran di masyarakat. Masih banyak yang lainnya. Jika kita ingin jadi bagian pendukung menuju Indonesia bebas kusta, maka harus banget menginformasikan bahwa stigma di atas salah alias hoax!
Kusta memang sangat bisa menular, namun kemungkinannya sangat kecil. Disampaikan oleh dr. Udeng Daman, perwakilan dari NLR Indonesia pada acara Ruang Publik di Channel Youtube Berita KBR bertajuk Melihat Potret Kusta di Indonesia, dari 100 orang yang terpapar kusta, 95 orang tidak terjangkit. Sementara dari 5 orang yang terjangkit, 3 orang sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan obat, dan yang 2 orang tertular dan butuh pengobatan.
Nah, agar semakin aware pada penyakit ini, yuk cari tahu apa saja sih gejala, jenis, cara pencegahan, dan pengobatannya!
Gejala Kusta
Penyakit muncul tidak tiba-tiba, pasti ada gejala yang menyertai. Termasuk juga kusta, berikut ini gejala-gejalanya:- Timbul bercak di kulit, bisa berwarna keputihan seperti panu atau kemerah-merahan.
- Penebalan saraf tepi sehingga menyebabkan mati rasa pada bagian-bagian tertentu. Jika semakin parah akan terjadi gangguan fungsi syaraf baik motorik, sensorik ataupun otonom.
- Ditemukannya bakteri atau Basil Tahan Asam (BTA) pada pemeriksaan kulit. Untuk gejala yang ketiga ini tidak ditemukan di semua penderita. Biasanya hanya pada penderita kusta basah.
Jika penderita kusta baru mengalami bercak-bercak dan langsung mendapat penanganan yang tepat, ia bisa sembuh lebih cepat. Namun jika telat menanganinya dan sudah sampai pada tahap terjadinya gangguan fungsi, hal ini bisa menyebabkan disabilitas pada penderita.
Setelah tahu gejala-gejala penyakit kusta, cuzz jangan ditunda-tunda jika ada anggota keluarga atau tetangga yang mengalami hal tersebut, segera dibawa ke Puskesmas terdekat ya.
Berikut ini hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah kusta dan cacat yang disebabkan oleh kusta:
Pengobatan yang diberikan pada penderita kusta memiliki tujuan untuk memutus mata rantai penularan, menyembuhkan penderita, dan mencegah kecacatan baru atau menjadi lebih berat.
Setelah tahu gejala-gejala penyakit kusta, cuzz jangan ditunda-tunda jika ada anggota keluarga atau tetangga yang mengalami hal tersebut, segera dibawa ke Puskesmas terdekat ya.
Tipe Kusta
Berdasarkan gejalanya, kusta memiliki dua tipe sebagai berikut:1. Kusta Kering
Disebut juga dengan PB yang merupakan singkatan dari Pausi Basiler. Seseorang dikatakan terjangkit kusta kering jika ditemukan 1-5 bercak kusta, saraf tepi yang rusak hampir tidak ada, dan tidak ditemukannya BTA.2. Kusta Basah
Sementara tipe kedua disebut dengan MB atau Multiple Basiler. Tanda-tandanya yaitu memiliki bercak kusta lebih dari 5, saraf tepi yang rusak lebih dari 1 dan ditemukannya BTA pada kerokan kulit.Pencegahan Kusta
Sampai sini, aku yakin kalau sebagian teman kongkow ada yang bertanya-tanya, apakah kusta ini bisa dicegah. Jawabannya, tentu saja!Berikut ini hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah kusta dan cacat yang disebabkan oleh kusta:
- Memberikan imunisasi BCG pada bayi untuk mengurangi kemungkinan tertular kusta.
- Segera berobat ke Puskesmas jika mengalami kelainan kulit berupa bercak kulit yang menyebabkan mati rasa.
- Cacat karena kusta bisa dicegah dengan minum obat secara teratur dan kontrol kesehatan ke Puskesmas minimal sebulan sekali.
Pengobatan Kusta
Seperti yang sudah kusampaikan di awal, pals. Penyakit kusta bisa banget disembuhkan. Bahkan obatnya pun bisa didapatkan secara gratis di Puskesmas.Pengobatan yang diberikan pada penderita kusta memiliki tujuan untuk memutus mata rantai penularan, menyembuhkan penderita, dan mencegah kecacatan baru atau menjadi lebih berat.
Obat yang digunakan untuk mengobati penderita kusta yaitu blister pack MDT (multi drug therapy). Untuk tipe kusta kering diberikan 2 jenis obat, yaitu Rifampicin dan DDS. Diberikan selama kurun waktu 6 bulan secara rutin. Sementara untuk tipe kusta basah diberikan 3 jenis obat. Selain Rifampicin dan DDS, ditambah satu obat lagi bernama Lamprene. Diberikan secara rutin selama 1 tahun.
Agar pengobatan bisa berjalan maksimal, maka penting untuk segera membawa penderita atau orang yang memiliki gejala kusta ke Puskesmas. Semakin cepat ditangani, semakin cepat diobati. Keberhasilan pengobatan juga bergantung pada kepatuhan pasien untuk berobat secara teratur.
Dukungan keluarga dan masyarakat juga sangat diperlukan agar pengobatan kusta bisa berjalan optimal. Selain itu dibutuhkan pula tenaga kesehatan yang cakap dan terampil untuk mencegah terjadinya kecacatan.
Dukungan keluarga dan masyarakat juga sangat diperlukan agar pengobatan kusta bisa berjalan optimal. Selain itu dibutuhkan pula tenaga kesehatan yang cakap dan terampil untuk mencegah terjadinya kecacatan.
Dampak Kusta
Selain dampak penularan, kusta juga membawa dampak lain yang tak kalah besar. Yaitu dampak sosial. Berikut ini beberapa masalah sosial yang terjadi berkaitan dengan kusta:- Dikucilkan dari masyarakat.
- Bercerai dari pasangan.
- Tidak diterima di sekolah.
- Diusir dari rumah dan kampungnya, sehingga OYPMK (Orang yang Pernah Menderita Kusta) biasanya lebih nyaman tinggal di penampungan dang nggak ingin pulang ke rumah.
- Mencoba bunuh diri karena mengalami cacat sehingga merasa tak memiliki harapan hidup.
Menuju Indonesia Bebas Kusta, ATM Cara 3 Lembaga Ini Yuk!
Semoga sampai di sini teman-teman kongkow sudah cukup melek soal penyakit kusta ya. PRnya sekarang adalah bagaimana cara kita agar bisa menjadi bagian yang aktif dalam menghapus stigmatisasi kusta di masyarakat. Jika masih bingung, mungkin kita bisa mengamati, meniru dan memodifikasi cara-cara yang dilakukan oleh 3 lembaga di bawah ini.United Tractors (UT)
Siapa tak kenal perusahaan alat berat yang berada di bawah manajemen Astra ini? Saat aku menyimak acara Ruang Publik pada hari Senin, 19 April 2021 yang lalu di Youtube Channel KBR, keningku berkerut. Apa hubungannya kusta dengan UT. Mungkin teman-teman juga ada yang sepertiku?Ternyata UT adalah salah satu perusahaan yang memiliki komitmen dalam membantu para penyandang disabilitas untuk tetap berkarya dan berdaya. Tentunya termasuk penyandang disabilitas yang disebabkan oleh penyakit kusta.
Diceritakan oleh mbak Monika Sinta, team leader CSR PT UT, sejak 3 tahun lalu UT berusaha menjalankan peran mereka sebagai perusahaan swasta sesuai dengan UU No 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Dari UU tersebut disampaikan bahwa perusahaan swasta harus memberikan kesempatan pekerjaan sebesar 1% kepada disabilitas. UT memulainya dengan memberikan edukasi kepada karyawannya mengenai hal ini. Awalnya tentu tak mudah, banyak yang underestimate para penyandang disabilitas.
Namun karena komitmen UT untuk membangun tempat kerja yang inklusif, mereka terus mencoba melakukan persiapan-persiapan terbaiknya. Pertama, mereka membuka kesempatan magang kepada para disabilitas. Biasanya ditempatkan di bagian umum/ general affair.
Setelah program magang ini dibuka, barulah para karyawan bisa melihat kalau penyandang disabilitas juga bisa bekerja dengan baik. Bahkan banyak yang punya ide-ide kreatif. Oleh karenanya para karyawan tak ada lagi yang memandang sebelah mata para pemagang tersebut.
Setelah program magang berhasil, UT mulai membuka lowongan yang khusus diperuntukkan bagi penyandang disabilitas, sesuai dengan UU No 8 Tahun 2016. Yaitu 1 % dari jumlah keseluruhan karyawan.
Mengerti bahwa 1% terlalu sedikit, maka pihak CSR UT bekerjasama dengan NGO dan komunitas-komunitas terkait memberikan pelatihan-pelatihan kepada para penyandang disabilitas. Diharapkan dari pelatihan tersebut, mereka bisa meningkatkan soft skill dan bisa tumbuh menjadi pengusaha-pengusaha baru.
Setelah program magang berhasil, UT mulai membuka lowongan yang khusus diperuntukkan bagi penyandang disabilitas, sesuai dengan UU No 8 Tahun 2016. Yaitu 1 % dari jumlah keseluruhan karyawan.
Mengerti bahwa 1% terlalu sedikit, maka pihak CSR UT bekerjasama dengan NGO dan komunitas-komunitas terkait memberikan pelatihan-pelatihan kepada para penyandang disabilitas. Diharapkan dari pelatihan tersebut, mereka bisa meningkatkan soft skill dan bisa tumbuh menjadi pengusaha-pengusaha baru.
Mbak Monika Sinta juga berpesan kepada teman-teman penyandang disabilitas agar jangan menyerah dengan keadaan. Bekali diri dengan kompetensi, soft skill dan attitude, sehingga kesempatan untuk berkarya dan berdaya bisa terbuka lebar.
Buat teman-teman kongkow yang mungkin memiliki bisnis atau usaha, bisa nih cara UT di-ATM. Nggak harus jadi perusahaan besar dulu kan untuk mendukung para penyandang disabilitas?
NLR
Jika lembaga pertama berupa perusahaan besar. Maka lembaga yang kedua ini adalah sebuah organisasi non-pemerintah alias NGO. Berdiri di Belanda pada 1967 dengan tujuan untuk menanggulangi kusta dan konsekuensinya. Jangan bertanya apa kepanjangan NLR ya, karena memang nggak ada akronimnya.Sekarang NLR sudah tersebar di seluruh dunia. Mereka menjalankan misinya dengan tiga pendekatan yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Saat ini NLR beroperasi di Mozambique, India, Nepal, Brazil dan Indonesia.
Video ini mungkin bisa memberi gambaran kita terhadap kusta dan kinerja NLR:
Di Indonesia, NLR mulai bekerja pada tahun 1975 bersama Pemerintah Republik Indonesia. Pada 2018 NLR bertransformasi menjadi entitas nasional dengan maksud untuk membuat kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta. Sama halnya dengan Aliansi NLR Internasional, NLR Indonesia memiliki tagline berikut:
Hingga kita bebas dari kusta.Untuk mencapai tujuannya, NLR Indonesia memiliki program-program sebagai berikut:
1. Stop Transmisi Kusta
Tujuannya untuk menekan terjadinya kasus kusta baru hingga ke angka nol. Program ini dilakukan melalui Upaya Pencarian Kasus Intensif (ICF), Desa Sahabat Kusta, Mobile Leprosy (MLEP), Leprosy post-exposure prophylaxis (LPEP) dan Post Exposure Prophylaxis (PEP)++, serta teknologi SkinApp untuk pendeteksian dini kusta.2. Pencegahan Disabilitas
Melakukan pendekatan kepada orang dengan disabilitas akibat kusta dan limfatik filariasis, memberikan rehabilitasi dan pengecekan kesehatan secara teratur kepada penderita kusta.3. Inklusivitas Kaum dengan Disabilitas
Bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para penyandang disabilitas. Dengan memberikan beasiswa, pelatihan, pemberdayaan ekonomi, pendidikan kepada anak-anak disabilitas dan masih banyak lagi.4. Stop Stigma dan Diskriminasi
Program ini adalah jurus pamungkas dan pelengkap dari ketiga program di atas. Dilakukan dengan cara memberikan edukasi dan advokasi mengenai kusta lewat artikel di media massa, survery, riset, dsb. Salah satu proyek dalam program ini yaitu SUKA yang dilaksanakan bekerjasama dengan KBR.Btw, buat teman-teman kongkow yang memiliki ketertarikan pada dunia sosial, bisa banget lo bergabung sebagai relawan NLR. Caranya bisa tengok di website official NLR Indonesia.
KBR
Lembaga yang ketiga ini pasti juga sudah banyak yang tahu kan? Buat yang belum tahu, ini dia secuil informasi tentang KBR yang kuambil dari YouTube Channelnya:KBR adalah penyedia konten berita berbasis jurnalisme independen yang berdiri sejak 1999. Dengan dukungan reporter dan kontributor terbaik di berbagai kota di tanah air dan Asia, produk KBR telah digunakan lebih dari 500 radio di Nusantara dan 200 radio di Asia dan Australia. Berita-berita KBR juga bisa disimak lewat website KBR.id, juga di media sosial di Facebook dan Twitter.Nah, selain menyajikan berita-berita berkualitas, KBR juga membuat podcast-podcast yang lain daripada yang lain. Bisa disimak lewat KBRprime.id.
Sepanjang usianya, KBR telah meraih beragam penghargaan nasional dan internasional untuk sepak terjangnya sebagai media serta karya-karya jurnalistik berkualitas. KBR adalah salah satu media yang sudah mendapat verifikasi dari Dewan Pers. KBR adalah satu-satunya media di dunia yang pernah mendapat penghargaan dari Raja Belgia, King Baudouin Award.
Program podcast dari KBR selalu memiliki tujuan voicing the voiceless, alias menyuarakan orang-orang yang terpinggirkan. Disampaikan oleh Citra Dyah Prastuti, Pemred KBR, pada workshop media, stigma dan diskriminasi adalah nyata. Oleh karenanya harus mendapat perhatian lebih banyak orang.
Buat teman-teman kongkow pencinta podcast, boleh lo merapat ke aneka podcast yang digelar oleh KBR, antara lain podcast tentang perempuan disabilitas (bertujuan agar tidak mengasihani, namun memberikan dukungan, dsb), Uang Bicara (tentang ekonomi, akses kepada teman-teman disabilitas), podcast humanity (cerita tentang perempuan-perempuan di Papua), Love Buzz (podcast untuk minoritas seksual), Disko (Diskusi Psikologi - terkait isu kesehatan mental) dan masih banyak lagi.
Membicarakan isu-isu sensitif, tim KBR membutuhkan pengetahuan dan wawasan yang cukup. Oleh karenanya KBR tidak bisa berdiri sendiri. Salah satunya terkait kusta. KBR menyambut baik uluran tangan dari NLR. Kolaborasi antara NLR dan KBR melahirkan Podcast SUKA. Apa itu SUKA, sabar ya, nanti aku akan ceritakan lebih lengkap.
Program SUKA dari NLR dan KBR
SUKA merupakan bagian dari program NLR untuk menghapus stigmatisasi dan diskriminasi terhadap pasien kusta dan OYPMK.Kasus kusta pada anak di Indonesia telah mencapai angka 8 %, masih ada banyak orang di Indonesia kena kusta, 8 provinsi di Indonesia belum bebas kusta. Jika publik teredukasi dengan baik tentang kusta, harapannya awareness bisa tinggi dan bisa saling mendukung. Kusta memang menular tapi bukan berarti orang dengan kusta harus dihindari.
NLR paham bahwa untuk mengedukasi masyarakat terkait hal ini tidak mungkin berdiri sendiri. Oleh karenanya, mereka merangkul KBR yang telah banyak melahirkan podcast-podcast bernas dan berkualitas.
SUKA adalah kepanjangan dari Suara untuk Indonesia yang Bebas Kusta.Disiarkan melalui jaringan KBR yang luas, diharapkan SUKA nantinya bisa menjadi corong informasi dan edukasi terkait kusta. Semakin banyak orang yang paham bahwa kusta tidak perlu ditakuti, stigma dan diskriminasi terhadap pasien kusta dan OYPMK bisa semakin berkurang.
So, buat kalian yang mau ikut serta mendukung Indonesia bebas kusta, jangan lupa dengarkan SUKA lewat jaringan KBR atau kepoin aja Youtube Channel Berita KBR ya!
Cara Blogger Ber-DUKA
Disampaikan oleh Pak Asken Sinaga, direktur NLR Indonesia, di mana ada suka pasti ada duka. Begitu juga program SUKA, agar bisa berjalan optimal, dibutuhkan DUKA dari banyak orang.Yang dimaksud dengan DUKA yaitu Dukungan untuk Indonesia yang Bebas Kusta.Pastinya kalau DUKA yang ini, teman-teman kongkow juga mau ikut berkontribusi dong ya. Nah, sebagai blogger aku punya cara ber-DUKA sendiri nih. Mau tahu?
1. Menulis informasi Sesuai Etika Jurnalistik
Aku belajar banyak sekali saat mengikuti workshop media yang digelar oleh NLR dan KBR, dari situ aku jadi tahu bahwa ada etika jurnalistik terkait penyusunan artikel yang memuat informasi mengenai penyandang disabilitas. Berikut ini beberapa etika yang harus diperhatikan:- Meminta ijin saat mengambil gambar.
- Menerbitkan gambar dan berita sesuai persetujuan.
- Menampilkan kegiatan positif, tidak lagi berbau charity atau memburu simpati. Misal menceritakan tentang prestasinya.
- Beritakan dan visualisasikan disabilitas secara positif dan layak.
2. Membagikannya pada Masyarakat
Setelah informasi yang disusun berdasarkan etika jurnalistik selesai, maka saatnya membagikan ke media sosial agar semakin banyak orang yang paham mengenai kusta. Aku juga akan membagikan informasi terkait kusta di komunitas-komunitas yang kuikuti, serta di lingkup perumahan yang kutinggali. Kebetulan aku didapuk sebagai salah satu ketua Dawis di RT, sehingga terbuka untuk berbagi info lebih luas.Nah, sekarang saatnya teman-teman kongkow memilih cara ber-DUKA nya masing-masing. Kalau masih bingung, bisa dimulai dengan membaca, memahami dan menyebarkan artikel ini. Agar semakin banyak yang teredukasi bahwasanya kusta bukan kutukan.
Jangan lupa juga untuk menonton video podcast “Melihat Potret Kusta di Indonesia” agar stigmatisasi pada kusta bisa diberantas hingga tuntas. Buat yang malas klak-klik, nih videonya sudah kusematkan di bawah ya:
Selamat menikmati dan mari ber-SUKA DUKA menuju Indonesia bebas kusta! Jangan lupa, pals.. dukung terus para penyandang disabilitas dan stop stigmatisasi, no hoax-hoax ya. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di lain kesempatan.
Di Indonesia sendiri, rata-rata penyebab kusta karena apa ya Mbak? Maksudku biar terhindar dari bakteri penyebab kusta itu? Apa karena lingkungan yang kurang bersih, atau gimana?
ReplyDeleteIni rentang usia kena kusta antara brp kak? Ngeri yah ternyata penyebabnya dari bakteri. Kudu waspada sama penyakit kusta ini. Semoga aja kt semua terhindarkan
ReplyDeleteJangan sampai ada kusta lagi di antara kita. Inilah pentingnya edukasi dan edukasi serta pemeriksaan dini. Tugas kita bersama untuk membasmi penyakit kusta ini. Krn negara kita juga masih mengontribusikan penderita penyakit ini dengan nominal besar. Yuk kita bisa tekan penyakit ini ya.
ReplyDeleteMemang harus banyak edukasi seputar kusta ini ya Mba
ReplyDeletejangan sampai salah kaprah atau misleading ttg serba serbi kusta
Duu kirain di Indonesia sudah gak ada lagi kusta, udah lama banget ga denger penyakit ini
ReplyDeleteSemoga bisa segera teratasi dan yang mengalami sakit mau berobat sedini mungkin sehingga menghindari akibat pada tubuh yang lebih parah
Zaman saya kecil, di Makassar kusta terkenal Lepra, Mbak Marita. Dan memang, anak-anak disuruh menjauhi penderita kusta. Takut menuliar. Padahal justru ini stigma yang salah.
ReplyDeleteSemoga dengan pemahaman masyarakat Indonesia yang semakin luas seputar kusta, penyakit kusta akan semakin sedikit dan penderitanya segera sembuh.
Penyebaran informasi yg jelas tentang kusta dan segala seluk beluknya seperti ini tentu sangat membantu masyarakat awam untuk mengetahui lebih dalam tentang kusta. Berdasarkan informasi itu, masyarakat kemudian dapat bersikap agar bisa membantu para penyintas dapat menjalani kehidupan seperti orang normal.
ReplyDeleteSemoga setelah sesi sharing dari KBR dan NLR ini, blogger dapat turut berperan mengedukasi masyarakat supaya engga takut lagi dengan penyandang kusta.
ReplyDeleteIndonesia dan seluruh dunia harus bebas kusta yaah...
Penanganan cepat saat diketahui adanya gejala tersebut bisa lekas disembuhkan ya mbak. Makanya perlu pemahaman nih tentang kusta yang lebih jelas
ReplyDeletePenting banget ini, blogger berperan penting untuk menyampaikan informasi-informasi yang valid (bukan berita hoax) lewat literasi agar mereka paham hal-hal penting seperti penyakit kusta ini.
ReplyDeleteDulu tu saya emang gak tau menau ttg kusta, taunya ya itu katanya itu penyakit turunan atau penyakit kutukan dan seringnya yang kena ini kalangan kelas bawah yang tidak punya uang untuk berobat, syukurlah sekarang sudah ada gerakan untuk penyakit ini
ReplyDeleteSedih ya kalau ada orang terkena penyakit malah dijauhi padahal mreka butuh support dan penanganan cepat ya seperti penyakit kusta ini
ReplyDeleteah iya ya mbak, kusta ini sudah ada dari dulu ya mbak
ReplyDeletebahkan disebut sbg penyakit tropis terabaikan
butuh perhatian bersama ya mbak
Dulu zaman masih SD gitu edukasi kusta lumayan sering diberikan di sekolah tapi setelah itu nggak ada lagi. Saya kira udah hilang penyakitnya di Indonesia. Ternyata belum, ya. Jadi ini momen yang tepat untuk memanfaatkan peran sebagai bloger ngasih informasi yang tepat tentang kusta sebagai bentuk DUKA.
ReplyDeleteJadi kepengen gabung untuk ambil bagian "duka" nih. Pengen juga nulis tentang kusta ini agar masyarakat tidak lagi salah persepsi tentang kusta dan mitos tentangnya.
ReplyDeleteMari kita hentikan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap pasien kusta dan OYPMK di Indonesia. Kita wajib tangani bersama dan serba cepat untuk penangananya..
ReplyDeleteAku tahu tentang penyakit Kusta dari pelajaran sekolah. Nah, itu aku udah bayangin yang enggak2 dong. Misalnya, kalo terkena penyakit Kusta, perlahan-lahan anggota tubuh seperti jari akan merotoli. Astagfirullah.
ReplyDeleteTapi lalu tahu ada semacam "tempat penampungan penderita Kusta di Jawa Tengah kalo gak salah. Mereka ibadahnya kenceng banget. Meskipun enggak kerja, dan hidup dari sumbangan, tapi mereka tetep usaha bisa sedekah.
Saat mereka makan, sebagian nasinya sengaja dijemur jadi karak dan dijual. Hasilnya buat sedekah. Masya Allah.
Dulu waktu aku kecil pun punya pemikiran yang sama begitu kak. Seakan yang kena kusta itu adalah zombie ya..
DeleteTernyata banyak persepsi yang salah yang diterima masyarakat.
pasti indonesia bisa, aku juga baru tahu lebih detail kalau kusta itu sepert ini
ReplyDeleteAku pun baru dengar lg penyakit kusta setelah bertahun2 ga denger penyakit ini mbak. Ngeri banget ya, ternyata di Indonesia masih ada penyakit kusta. Semoga aja banyak yg aware dg kusta ini, biar segera ditangani dg tepat dan cepat
ReplyDeleteSalah satu stigma yang perlu diluruskan, "Kusta disebabkan oleh keturunan. Ortu yang berpenyakit kusta akan melahirkan anak yang berpenyakit kusta." Tetapi di tempat saya faktanya begitu, Mbak. Orangtua dan anak-anaknya sama-sama pengidap kusta.
ReplyDeleteTetapi yang terlanjur lengket di tengah kekurangpahaman sebagian masyarakat adalah menuding bahwa penderita kusta itu kena kutukan.
Edukasi yang bagus nih bun, sebelum baca ini saya juga gak tahu kalau kusta itu masih ada dan ada organisasi-organisasi yang menginisiasi pemberantasan kusta. Well written 👍
ReplyDeleteDapat banyak ilmu dan informasi. Memang sedih banget masih banyak yg belum teredukasi masalah kusta ini. Tetangga teman saya ternyata ada yg masih kena kusta dan yaa dikucilkan gitu.
ReplyDeleteSaya tuh penasaran, karena pernah dengar kalau orang kena kusta karena pola hidupnya yang kurang bersih. Betul enggak sih demikian Mbak?
ReplyDeleteBener banget Mbak, pernah dengar soal kusta pas SD, menurutku udah nggak ada lagi di Indonesia, eh, masih ada ternyata. Semoga program SUKA dan DUKA akan terus ada dalam masyarakat kita yaa.
ReplyDeletePas kecil aku kira kusta itu penyakit kulit (sekelas panu), ternyata penyakit syaraf donk
ReplyDeleteKalo ga salah ingat jamannya Nabi Isa banyak yang menderita kusta trus blio bisa mengobati. Tuh 'kan saya juga sudah lupa sejarahnya, saking sudah lama tidak terdengar gaungnya tentang penyakit ini. Semoga saja dengan adanya SUKA DUKA, jenis penyakit ini kembali terpikirkan oleh pemerintah sehingga semakin berkurang dan menghilang.
ReplyDeleteKusta ini, adalah penyakit yang bikin badan jadi jelek dan mental jadi down. Gimana enggk kalau penderitanya lngsung dikucilkan dari masyarakat. Miris banget ya solidaritas manusia ini. Padahal kalau gak segera diatasi. Kusta bisa menyebabkan disabilitas. Kasian.
ReplyDeletelengkap bangeet... baru tau juga kalau vaksin BCG juga bisa mencegah tertular kusta...
ReplyDeletedulu pas masih kecil pernah lihat sih , tapi sekarang udah enggak...
Sudah lama banget kusta ini, ternyata masih ada di sekitar kita yang kalau abai bisa makin banyak lagi penderitanya, ya Mbak.
ReplyDeleteKusta bukan kutukan dan bukan penyakit turunan. Dulu saya sering dengar kata itu di kampanyenya
ReplyDeleteSepengetahun saya penderita kusta ini selalu mendapatkan stigma negarif dari masyarakat. Paling penting pemahaman untuk pengenalan ciri-ciri, langkah penyembuhan dan penangannya harus terus disosialosasikan. Era digital sekarang bisa bikin konten terkait penyakit kusta ini
ReplyDeleteSemoga tujuan dari organisasi itu tercapai, yaitu Indonesia bebas kusta. Kusta ini kan masih saudaraan sama penyakit lepra. Kalau teringat lepra, aku teringat sama orang-orang dulu yang diasingkan gara-gara lepra. Katanya, kutukan. Bahkan, dulu, wabah lepra sangat mengerikan. Kuharap, ini nggak terjadi lagi.
ReplyDeleteLengkap banget informasinya mam. Kusta masih kerap diabaikan. Namun semoga setelah inj masyarakat bisa lebih aware dengan kusta. Siap menuju Indonesia bebas kusta !
ReplyDeleteTerimakasih ulasannya mbak, sangat mengedukasi. Stigma Kusta ini memang dai dulu cenderung negatif ya untuk para penderitanya. Semoga banyak yang baca tulisan ini.
ReplyDeleteartikel yang sangat lengkap tentang kusta
ReplyDeletebenar ya mbak, atasi kusta butuh kolaborasi bersama..
mau melewati suka dan duka bersama-sama
Duh miris banget ya kalau sekarang masih ada penyebaran kusta gitu, ternyata di daerahku malah ada kampungnya segala ya. Mudah-mudahan sih dengan adanya edukasi penderita gak malu lagi untuk berobat ya
ReplyDeletePemaparannya lengkap sekali, kak..
ReplyDeleteAku gak nyangka kalau masih ada stigma bahwa kusta adalah penyakit karena guna-guna. Tapi melalui edukasi yang masif, semoga semakin banyak masyarakat yang memahami dan segera berobat ke dokter untuk mencegah kusta yang lebih parah lagi.
wah iyaaa ternyata kusta tuh bukan penyakit guna2 ya mbak 😅 di masyarakat sering bgt tuh begituu. tahap awal brrti pd bayi diberikan imunisasi BCG yaaa
ReplyDeleteSudah ada sejak tahun 1400 SM? Ya ampun udah lama banget itu. Mirisnya, edukasi tentang penyakit kusta ini masih sangat minim yaa mbak
ReplyDeleteAku blm banyak tahu soal kusta sebelumnya. Alhamdulillah nemu artikel ini. Pengetahuan baru buatku..
ReplyDeleteSaatnya kita memperlakukan OYPMK sama seperti anggota masyarakat lainnya ya Mbak... mendukung NGO seperti NLR Indonesia dan KBR dalam menyuarakan tentang edukasi penyakit kusta agar terbebas dari mitos dan stigma negatif selama ini ya
ReplyDeleteRuwet memang kalau penyakit dihubungkan sama mitos. Orang jaman dulu pasti percaya begituan, insyaallah masyarakat sekarang kalau udah melek informasi bisa lebih mudah di edukasi
ReplyDeleteKarena ini penyakit termasuk penyakit yang udah lama ada, mungkin itu juga penyebabnya yang lekat dengan stigma ya. Padahal jika ditreatment dengan baik dapat mencapai kesembuhan juga. Pun ternyata stigma masih ada meskipun skrg sudah beranjak modern, nah ini jgn sampai abai kita ya sbg menyebarkan kesadaran dan edukasi
ReplyDeleteKusta ini ternyata penyakit yang ada sejak sebelum masehi ya mbak..jadi ingat dulu ada tetangga yg diungsikan enath kemana sampai kini ga kedengaran kabarnya padahal masih muda kasihan deh,..semoga kedepannya semakin banyk orang peduli dengan penyandang penyakit kusta
ReplyDeleteternyata penyakit ini ada tipenya basah dan kering ya saya baru tahu. kirain saya hanya yang basah saja. dan ternyata penyakit ini sudah ada sejak 1400 SM ya udah lama sekali ada sejak dulu
ReplyDeleteBetul sekali mba,
ReplyDeleteAsumsi bahwa kusta selama salah satu penyakit kutukan membuat pemberantasan kusta jadi tidak maksimal. Sebagian masyarakat menjadi antipati dan mengucilkan penderita kusta
Ini informasi penting yang harus disebar luaskan ke masyarakat. Masyarakat jadi lebih tahu seperti apa penyakit ini dan cara menangani. Terlebih lagi tidak mengucilkan penderitanya. Terimakasih sharing nya, Mbak ��
ReplyDeleteSaya jadi ingat dulu kalo orang kena kusta dibilang kena kutukan. Itu penyakit kutukan, gak bisa hilang. Eh ternyata sekarang udah bukan penyakit yang menakutkan lagi. Sayangnya masih jadi tantangan di Indonesia ya mba.
ReplyDelete