Sudah hampir 9 tahun menjadi ibu, aku baru tahu makna STOP Pneumonia pada 12 November 2020 yang lalu. Miris banget kan? Bagaimana dengan teman-teman, sudah tahukah segala hal terkait pneumonia, dari penyebab, gejala hingga cara pengobatannya?
Jika belum, yuk belajar bareng-bareng tentang penyakit yang ternyata merupakan penyebab kematian tertinggi kedua pada anak setelah kelahiran prematur. Pneumonia ternyata nggak bisa disepelekan, pals. Menurut data yang disampaikan oleh situs official edukasi STOP Pneumonia, setiap 1 menit ada anak yang meninggal karena penyakit ini.
Pengalamanku Mengenal Pneumonia
Ingatanku lalu melayang pada sebuah pengalaman yang tak akan bisa kulupakan tiga tahun lalu. Saat harus membawa Affan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena panas tinggi yang tak kunjung turun. Biasanya jika anak-anak panas, aku memberikan parasetamol dan tak lama kemudian panasnya akan berkurang.Saat itu berbeda, suhu badan Affan terus naik bahkan hampir mencapai 40 derajat celcius. Sebuah kondisi yang tak pernah kutemui sebelumnya. Biasanya meski dia sedang demam, ia tetap bisa ceria dan mau makan. Namun kali itu, tubuhnya sangat lemas dan tak mau melakukan aktivitas apapun.
Melihat situasi yang tak pernah kutemui sebelumnya, aku dan suami memutuskan membawanya ke IGD. Dari hasil evaluasi yang didapat, selain diare yang menyerang, Affan juga menderita bronchopneumonia dilihat dari hasil rontgennya. Memang sebelum mengalami panas tinggi, anak keduaku ini mengalami batuk yang tak sembuh-sembuh.
Wah, cukup bikin jantung empot-empotan. Melihat anak harus dipasang infus berkali-kali, mendengar tangisannya karena meronta-ronta karena tak nyaman saat nebulizer, sungguh membuat hatiku teriris-iris. Alhamdulillah tak perlu waktu lama untuk rawat inap di rumah sakit, tiga hari yang meski tak terlalu buruk, tetapi tak akan pernah mau kualami lagi.
Saat dokter melakukan visit ke ruangan, beliau menanyakan apakah ada keluarga yang menderita TB, apakah punya hewan peliharaan di rumah, bagaimana sirkulasi udara di rumah, dan yang paling menohok adalah pertanyaan terakhir; apakah ada perokok di rumah?
Aku melirik ke ayahnya dan doi hanya tersenyum malu, lalu menyampaikan pembelaan yang biasa dilakukannya. Sang dokter yang mendengar pembelaan suami, mengingatkan bahwa meski suamiku termasuk perokok yang beretika alias tidak pernah merokok di dalam rumah, asap rokok yang menempel di tubuhnya tetap bisa menjadi pemicu terjadinya bronkopneumoni pada anak. Apalagi mengingat dulu Affan lahir dalam keadaan premature pada 36 minggu dan termasuk bayi dengan berat badan rendah. Si ayah pun manggut-manggut.
Apakah setelah kejadian hari itu ayahnya lalu berhenti merokok? Aaah, tentu saja tidak. Hanya sebelum pegang anaknya, ia jadi lebih berhati-hati. Setiap kali pulang kerja tak berani pegang anak, langsung mandi dan ganti baju terlebih dahulu. Saat di rumah, sama sekali tak menyentuh rokok.
Saat dokter melakukan visit ke ruangan, beliau menanyakan apakah ada keluarga yang menderita TB, apakah punya hewan peliharaan di rumah, bagaimana sirkulasi udara di rumah, dan yang paling menohok adalah pertanyaan terakhir; apakah ada perokok di rumah?
Aku melirik ke ayahnya dan doi hanya tersenyum malu, lalu menyampaikan pembelaan yang biasa dilakukannya. Sang dokter yang mendengar pembelaan suami, mengingatkan bahwa meski suamiku termasuk perokok yang beretika alias tidak pernah merokok di dalam rumah, asap rokok yang menempel di tubuhnya tetap bisa menjadi pemicu terjadinya bronkopneumoni pada anak. Apalagi mengingat dulu Affan lahir dalam keadaan premature pada 36 minggu dan termasuk bayi dengan berat badan rendah. Si ayah pun manggut-manggut.
Apakah setelah kejadian hari itu ayahnya lalu berhenti merokok? Aaah, tentu saja tidak. Hanya sebelum pegang anaknya, ia jadi lebih berhati-hati. Setiap kali pulang kerja tak berani pegang anak, langsung mandi dan ganti baju terlebih dahulu. Saat di rumah, sama sekali tak menyentuh rokok.
Sekarang setelah Affan hampir 4 tahun, doi sudah mulai berani merokok lagi di luar rumah. Meski asap rokok tak masuk ke dalam rumah, sepertinya si ayah harus mulai diingatkan kembali bahaya merokok buat orang-orang di sekelilingnya, terutama buat anak-anak nih.
Mendapat pemaparan tentang bahaya pneumonia beberapa waktu lalu, aku merasa harus mulai kasih warning pada si ayah untuk stop merokok selamanya, bukan hanya saat di rumah saja. Doakan ya, pals semoga suami terbuka hatinya untuk bisa berhenti merokok. Padahal dulu udah sempat lo bisa nggak merokok selama tiga bulanan. Entah apa yang merasukinya kok kembali merokok. Emang susah ya kalau udah nyandu, huff.
Fyi, saat mendapat pemaparan tentang bahaya pneumonia pada 12 November 2020 lalu, aku baru tahu kalau bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia. Untungnya saat itu kondisi Affan tidak terlampau parah sehingga tidak memerlukan pengobatan lanjutan.
Mendapat pemaparan tentang bahaya pneumonia beberapa waktu lalu, aku merasa harus mulai kasih warning pada si ayah untuk stop merokok selamanya, bukan hanya saat di rumah saja. Doakan ya, pals semoga suami terbuka hatinya untuk bisa berhenti merokok. Padahal dulu udah sempat lo bisa nggak merokok selama tiga bulanan. Entah apa yang merasukinya kok kembali merokok. Emang susah ya kalau udah nyandu, huff.
Fyi, saat mendapat pemaparan tentang bahaya pneumonia pada 12 November 2020 lalu, aku baru tahu kalau bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia. Untungnya saat itu kondisi Affan tidak terlampau parah sehingga tidak memerlukan pengobatan lanjutan.
Apa Itu Pneumonia?
Selama ini aku nggak tahu kalau pneumonia bisa sangat membahayakan anak-anak, khususnya balita. Aku pikir anak yang mengidap pneumonia, ya sekadar mengalami batuk berkepanjangan, tapi pasti akan sembuh pada waktunya. Ternyata fakta mencengangkan yang kudengar pada saat mengikuti webinar pada Hari Pneumonia Dunia menyatakan kalau dalam sehari ada 2.000 balita di dunia yang meninggal dikarenakan pneumonia.Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kematian balita dikarenakan penyakit lain. Jika pneumonia terus dianggap sepele, dikhawatirkan pada 2030, akan ada kurang lebih 11 juta balita yang meninggal karena penyakit tersebut.
Hal miris lainnya, negara tercinta kita adalah salah satu negara yang memiliki angka kematian balita tertinggi!
Bukan hal yang aneh jika penyakit ini sampai dibuatkan hari spesial. Sebagai pembunuh nomor satu balita setelah kelahiran premature, patut diperlukan edukasi kepada masyarakat secara menyeluruh. Dengan dicanangkan satu hari sebagai Hari Pneumonia diharapkan awareness terhadap penyakit ini bisa meningkat.
Hal miris lainnya, negara tercinta kita adalah salah satu negara yang memiliki angka kematian balita tertinggi!
Pneumonia merupakan kondisi sel-sel paru yang terinfeksi oleh virus, bakteri, jamur atau mikroba lainnya. Infeksi tersebut mengakibatkan peradangan akut. Gejala awal biasanya berupa kesulitan bernapas ringan, demam tinggi, dan batuk yang tak kunjung sembuh. Jika tak segera ditangani bisa berakhir pada kematian.Kasus pneumonia di Indonesia masih menjadi kasus tertinggi pada balita dikarenakan awareness terhadap penyakit ini belum terlalu baik. Masih banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, tidak diberikan imunisasi lengkap, dan masih banyak balita terpapar asap rokok dari orang-orang terdekatnya.
Hari Pneumonia Dunia 2020
12 November dicanangkan sebagai Hari Pneumonia Dunia (HPD). Di Indonesia sendiri, pada tanggal yang sama, dikenal juga sebagai Hari Kesehatan Nasional. Sejujurnya, aku baru tahu kalau setiap tanggal ini ada hari khusus tentang pneumonia.Bukan hal yang aneh jika penyakit ini sampai dibuatkan hari spesial. Sebagai pembunuh nomor satu balita setelah kelahiran premature, patut diperlukan edukasi kepada masyarakat secara menyeluruh. Dengan dicanangkan satu hari sebagai Hari Pneumonia diharapkan awareness terhadap penyakit ini bisa meningkat.
Contohnya aku yang awalnya tak tahu kalau ada Hari Pneumonia, melalu webinar pada 12 November yang lalu jadi lebih concern tentang bahaya penyakit ini. Harapannya tentu saja jika ada satu orang yang sadar tentang bahaya pneumonia, satu orang ini akan membagikannya pada orang-orang di dekatnya sehingga semakin banyak orang tersadar untuk hidup lebih sehat.
Seperti yang kulakukan saat ini membagikan informasi lewat postingan blog, berharap teman-teman yang tadinya belum tahu bisa jadi tahu. Dan teman-teman yang sudah tahu bisa semakin tahu. Karena perubahan tidak bisa dilakukan sendirian, kan?
Aku merasa beruntung bisa hadir pada webinar yang diselenggarakan oleh Save The Children dalam rangka peringatan HPD. Webinar tersebut adalah salah satu rangkaian dari Festival Anak Sehat Indonesia.
Kegiatan ini adalah upaya dari Save The Children dalam rangka mengkampanyekan Stop Pneumonia pada anak. Sejak 2019, kampanye ini sudah dilaksanakan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. Mengingat pandemi belum berakhir, puncak acara dari Festival Anak Sehat Indonesia ini dilakukan melalui media digital.
Seperti yang kulakukan saat ini membagikan informasi lewat postingan blog, berharap teman-teman yang tadinya belum tahu bisa jadi tahu. Dan teman-teman yang sudah tahu bisa semakin tahu. Karena perubahan tidak bisa dilakukan sendirian, kan?
Aku merasa beruntung bisa hadir pada webinar yang diselenggarakan oleh Save The Children dalam rangka peringatan HPD. Webinar tersebut adalah salah satu rangkaian dari Festival Anak Sehat Indonesia.
Kegiatan ini adalah upaya dari Save The Children dalam rangka mengkampanyekan Stop Pneumonia pada anak. Sejak 2019, kampanye ini sudah dilaksanakan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. Mengingat pandemi belum berakhir, puncak acara dari Festival Anak Sehat Indonesia ini dilakukan melalui media digital.
Tidak main-main, webinar ini mendatangkan banyak narasumber keren. Mau tahu siapa saja, berikut ini beberapa nama yang sempat aku catat:
- Ibu Hj. Wury Ma’ruf Amin yang merupakan istri dari bapak wakil presiden Indonesia,
- Menteri Kesehatan RI, Bpk. Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) RI,
- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ibu. I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E, M.Si.
- 21 orang dari Organisasi Aksi Solidaritas Kabinet Kerja (OASE Kabinet Kerja)
- Ketua TP PKK Pusat, 3 Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Salah satu dari 3 ketua TP PKK ini yaitu Arumi Bachsin yang semakin bersinar. Lalu ada pula 1 ketua TP PKK dari Kabupaten Sumba Barat.
- CEO Save The Children, Ibu Selina Patta Sumbung
- Dokter Spesialis Anak, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), MSi.
Selain pemaparan kece dari pak dokter dan para pejabat terkait, kehadiran 3 orang artis yang memiliki influence baik di masyarakat juga menambah semarak acara hari itu. Ada Atiqah Hasiholan serta pasangan suami istri Surya Saputra dan Cynthia Lamusu yang membagikan pentingnya menjaga gaya hidup sehat di dalam keluarga, khususnya bagi keluarga dengan anak balita yang rentan terhadap pneumonia.
Namun yang paling seru justru kehadiran 3 orangtua penyintas anak dengan pneumonia. Dari kisah yang mereka ceritakan, terutama dari 2 orang bapak, memperlihatkan betapa masyarakat kita masih jauh dari kesadaran tentang bahaya pneumonia. Kejujuran dan kepolosan kedua bapak yang diundang untuk menceritakan penyebab anaknya terkena pneumonia ini mengingatkanku pada pembelaan suami saat ditanya dokter pas Affan rawat inap tiga tahun lalu, hehe.
Kehadiran dua bapak tersebut juga menguatkan tentang peran penting para ayah dalam pengasuhan, termasuk juga pada kampanye Stop Pneumonia. Tahu sendiri kan, masih banyak orang yang beranggapan bahwa pengasuhan anak, termasuk dalam hal ini terkait kesehatan anak, adalah kewajiban para ibu. Padahal nggak bisa seperti itu.
Kedua orangtua, baik ayah dan juga ibu, memiliki peran yang sama penting dan besarnya dalam pengasuhan anak. Termasuk dalam mewujudkan rumah yang sehat bagi anak-anak. Kan nggak lucu kalau ibunya sudah sadar bahwa merokok bisa menjadi salah satu pemicu pneumonia, tapi bapaknya tetap saja ngebul di dekat anak-anaknya.
Namun yang paling seru justru kehadiran 3 orangtua penyintas anak dengan pneumonia. Dari kisah yang mereka ceritakan, terutama dari 2 orang bapak, memperlihatkan betapa masyarakat kita masih jauh dari kesadaran tentang bahaya pneumonia. Kejujuran dan kepolosan kedua bapak yang diundang untuk menceritakan penyebab anaknya terkena pneumonia ini mengingatkanku pada pembelaan suami saat ditanya dokter pas Affan rawat inap tiga tahun lalu, hehe.
Kehadiran dua bapak tersebut juga menguatkan tentang peran penting para ayah dalam pengasuhan, termasuk juga pada kampanye Stop Pneumonia. Tahu sendiri kan, masih banyak orang yang beranggapan bahwa pengasuhan anak, termasuk dalam hal ini terkait kesehatan anak, adalah kewajiban para ibu. Padahal nggak bisa seperti itu.
Kedua orangtua, baik ayah dan juga ibu, memiliki peran yang sama penting dan besarnya dalam pengasuhan anak. Termasuk dalam mewujudkan rumah yang sehat bagi anak-anak. Kan nggak lucu kalau ibunya sudah sadar bahwa merokok bisa menjadi salah satu pemicu pneumonia, tapi bapaknya tetap saja ngebul di dekat anak-anaknya.
Save The Children memutuskan tetap menggelar peringatan HPD 2020 lewat online dikarenakan saat pandemi dikhawatirkan kasus pneumonia akan semakin meningkat. Data yang didapat hingga 5 Oktober 2020 menyatakan bahwa ada 31.633 anak yang terindeksi virus Corona (10,3% dari total) dan 191 diantaranya meninggal (1,7%).
Selain untuk meningkatkan awareness terhadap bahaya pneumonia, lewat acara ini diharapkan masyarakat mengetahui bahwa Kementerian Kesehatan telah menandatangani Kerjasama dengan UNICEF untuk pembelian vaksin dan obat yang terjangkau pada tanggal 16 September 2020. Salah satunya adalah vaksin PCV untuk Pneumonia. Kerjasama tersebut diharapkan bisa menyelamatkan 10.000 anak tiap tahun dari Pneumonia.
Tema yang diambil pada HPD 2020 adalah dorongan pemenuhan hak-hak anak, khususnya terkait hak untuk hidup yang tertera pada Konvensi Hak Anak Pasal 6. Selain itu juga mendorong pemenuhan hak anak untuk mendapatkan kesehatan dan perawatan medis yang terbaik, air bersih, makanan bergizi, dan lingkungan tinggal yang bersih dan aman. Hal ini tercantum pada Konvensi Hak Anak pasal 24. Agar hak ini terpenuhi, semua orang dewasa di sekitar anak-anak perlu mendapat akses pada terkait informasi kesehatan yang tepat.
Hal menarik lainnya dari webinar yang dipandu oleh dokter sekaligus artis cantik, Lula Kamal, yaitu kehadiran 2 orang juru bahasa isyarat. Tujuannya tentu agar informasi-informasi penting yang dibagikan lewat webinar ini tetap bisa menjangkau para peserta webinar berkebutuhan khusus.
Selain untuk meningkatkan awareness terhadap bahaya pneumonia, lewat acara ini diharapkan masyarakat mengetahui bahwa Kementerian Kesehatan telah menandatangani Kerjasama dengan UNICEF untuk pembelian vaksin dan obat yang terjangkau pada tanggal 16 September 2020. Salah satunya adalah vaksin PCV untuk Pneumonia. Kerjasama tersebut diharapkan bisa menyelamatkan 10.000 anak tiap tahun dari Pneumonia.
Tema yang diambil pada HPD 2020 adalah dorongan pemenuhan hak-hak anak, khususnya terkait hak untuk hidup yang tertera pada Konvensi Hak Anak Pasal 6. Selain itu juga mendorong pemenuhan hak anak untuk mendapatkan kesehatan dan perawatan medis yang terbaik, air bersih, makanan bergizi, dan lingkungan tinggal yang bersih dan aman. Hal ini tercantum pada Konvensi Hak Anak pasal 24. Agar hak ini terpenuhi, semua orang dewasa di sekitar anak-anak perlu mendapat akses pada terkait informasi kesehatan yang tepat.
Hal menarik lainnya dari webinar yang dipandu oleh dokter sekaligus artis cantik, Lula Kamal, yaitu kehadiran 2 orang juru bahasa isyarat. Tujuannya tentu agar informasi-informasi penting yang dibagikan lewat webinar ini tetap bisa menjangkau para peserta webinar berkebutuhan khusus.
Semoga saja dengan adanya webinar yang mengundang kurang lebih 500 peserta, termasuk para kader PKK dari berbagai wilayah Indonesia, kesadaran tentang bahaya pneumonia pada anak bisa ditingkatkan. Termasuk juga aku dan para pembaca blog ini. Aamiin.
Save The Children fokus pada masalah kesejahteraan anak di Indonesia, meliputi pendidikan, kesehatan, kemiskinan, respon bencana dan perlindungan anak. Sudah ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh program keren ini. Dalam rangka kampanye Stop Pneumonia di saat pandemi, mereka membagikan 2000 masker pada anak-anak di Indonesia yang dilakukan secara bertahap.
Tentang Save the Children
Save The Children adalah lini dari Yayasan Sayangi Tunas Cilik. Juga merupakan bagian dari gerakan global Save The Children Internasional yang bergerak di 120 negara untuk memperjuangkan hak-hak anak.Save The Children fokus pada masalah kesejahteraan anak di Indonesia, meliputi pendidikan, kesehatan, kemiskinan, respon bencana dan perlindungan anak. Sudah ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh program keren ini. Dalam rangka kampanye Stop Pneumonia di saat pandemi, mereka membagikan 2000 masker pada anak-anak di Indonesia yang dilakukan secara bertahap.
Saat ini Save The Children telah menjalankan aktivitasnya di 12 provinsi, 79 kabupaten, 701 kecamatan dan 918 desa di Indonesia. Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, NTT, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat adalah wilayah cakupan kerja dari program ini. Semoga saja ke depannya bisa menyebar ke semua wilayah di Indonesia ya, pals.
Angka kematian karena pneumonia sangat mungkin untuk ditekan, asalkan:
STOP Pneumonia dan #PulihBersama
Hal terpenting yang perlu digarisbawahi lewat webinar HPD 2020 yang bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional yaitu adanya 3P yang harus dilakukan dalam upaya pengendalian pneumonia:- Perlindungan (Protection) melalui pemberian ASI eksklusif dan asupan gizi yang cukup.
- Pencegahan (Prevention) melalui Imunisasi seperti Campak, Diphteri-Pertusis Tetanus (DPT), Haemophilus Influenzae tipe B (Hib) dan Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV), praktek hidup bersih, menghindari polusi di dalam rumah.
- Pengobatan (Treatment) seperti akses terhadap layanan kesehatan dan deteksi dini di tingkat keluarga.
- Orangtua sadar untuk memberikan ASI eksklusif pada anaknya
- Memberikan imunisasi dasar lengkap dan PCV
- Masyarakat sadar akan bahaya stunting
- Kesadaran BAB (buang air besar) pada tempatnya ditingkatkan, khususnya di beberapa wilayah pelosok Indonesia
- Kesadaran masyarakat untuk melengkapi rumahnya dengan fasilitas cuci tangan yang memadai dan melakukan praktek cuci tangan secara efektif
- Tersedianya layanan kesehatan di wilayah-wilayah terpencil
- Edukasi berkelanjutan terkait bahaya pneumonia di lingkup RT, RW, kelurahan dan kecamatan
Dampak dari pandemi Covid-19 adalah peningkatan terjadinya pneumonia pada anak dikarenakan menurunnya akses layanan kesehatan anak seperti imunisasi dan monitoring tumbuh kembang. Meski sekarang banyak rumah sakit yang sudah mulai membuka layanannya, banyak orangtua yang masih ketakutan membawa anaknya untuk imunisasi dan berobat ke fasilitas-fasilitas kesehatan.
Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA (K), MSi dalam pemaparannya di webinar HPD 2020 menyatakan bahwa orangtua tidak perlu takut mendatangi fasilitas kesehatan di masa pandemi. Tentu saja tetap harus mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.
Posyandu yang biasanya dilaksanakan setiap bulan pun selama pandemi terpaksa ditiadakan karena khawatir terjadi kerumunan. Padahal posyandu adalah pusatnya deteksi dini tumbuh kembang anak. Saat ini diharapkan pada wilayah berzona hijau dan kuning, Posyandu sudah bisa mulai dijalankan kembali. Di RW-ku sendiri, mulai bulan ini Posyandu sudah mulai dijalankan kembali dengan aktivitas yang sangat terbatas.
Kalaupun Posyandu belum bisa dijalankan seperti semula, kita bisa menduplikasi cara PKK di wilayah Sumba Barat. Disampaikan oleh Dra. Metty H W Monteiro, Ketua Tim Penggerak PKK NTB Sumba Barat, selama pandemi dilakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk memastikan jadwal imunisasi tetap berjalan. Keren ya, pals? Tim penggerak PKK-nya berdedikasi banget.
HPD 2020 juga menjadi bagian dari kampanye #PulihBersama. Dari data yang didapatkan Save The Children, ada 7 kelompok risiko yang menjadi fokus dari kampanye ini:
Mudah kok, pals. Mari ikut serta dalam membagikan informasi tentang STOP Pneumonia kepada orang-orang terdekat kita, meliputi:
- Kehilangan orang tua karena COVID-19.
- Orang tua kehilangan mata pencaharian.
- Sulit mengakses layanan pendidikan yang berkualitas.
- Rentan mendapat kekerasan dan eksploitasi.
- Sulit mengakses layanan kesehatan dasar.
- Tinggal di kawasan rawan bencana.
- Terbatasnya dukungan bagi anak dengan disabilitas.
Mudah kok, pals. Mari ikut serta dalam membagikan informasi tentang STOP Pneumonia kepada orang-orang terdekat kita, meliputi:
S - ASI Eksklusif enam bulan, menyusui ditambah MPASI sampai 2 tahun.Bagi teman-teman yang aktif di komunitas, organisasi kemasyarakatan, menjadi pengurus PKK di lingkup RT, RW, kelurahan ataupun kecamatan, yuk spread the important information. Mari bangun kesadaran di masyarakat tentang bahaya pneumonia agar semakin banyak orang yang melek tentang hal ini.
T - Tuntaskan imunisasi untuk anak.
O - Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit.
P - Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih sehat.
Sebagai orangtua, kuy kita juga harus ikut serta dalam perubahan perilaku pengasuhan yang mendukung anak agar dapat bertahan hidup dan bertumbuhkembang secara berkualitas sejak awal kehidupannya, serta memastikan agar hak-hak anak terpenuhi secara baik sesuai dengan mandat UU Perlindungan Anak No 35/2014 RI.
Khususon para ayah, STOP Pneumonia tidak akan berarti tanpa dukungan kalian. Karena anak-anak bukan hanya tanggungjawab ibunya, justru ayah sebagai kepala sekolah dan imam keluarga yang memiliki tanggungjawab terbesar dalam kehidupan anak-anaknya, termasuk juga terkait kesehatannya. Jadi, siap untuk ambil bagian dalam kampanye ini, pals?
Khususon para ayah, STOP Pneumonia tidak akan berarti tanpa dukungan kalian. Karena anak-anak bukan hanya tanggungjawab ibunya, justru ayah sebagai kepala sekolah dan imam keluarga yang memiliki tanggungjawab terbesar dalam kehidupan anak-anaknya, termasuk juga terkait kesehatannya. Jadi, siap untuk ambil bagian dalam kampanye ini, pals?
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com