Etdaah, menggali passion untuk bangsa judulnya… berat banget kak, wkkw. Sembari tersenyum simpul aku membaca judul yang kubuat sendiri. Sekaligus jauh di lubuk hati bertanya-tanya apa hubungannya passion diri sendiri dengan bangsa dan negara? Baiklah, mari diteruskan dulu tulisan ini, siapa tahu di akhir nanti aku bisa menemukan jawabannya.
Passion, Makanan Apa Itu?
Beneran deh, kalau aku nggak masuk ke Institut Ibu Profesional, kemungkinan besar aku nggak bakal tahu hal-hal begini. Manalah aku mau mikir dan baca-baca terkait seperti ini. Aku cukup pemilih soal bacaan, kalau bukan di ranah minatku, aku jarang membacanya. Memang nih parah banget minat bacaku sekarang.Makanya aku bersyukur sekali ada IIP, karena di sini aku dipaksa untuk belajar lagi dan lagi. Bukan hanya belajar untuk diri sendiri, namun juga belajar untuk bisa menjadi seorang manajer keluarga, hingga kini menuju sebagai seorang profesional di bidang yang sedang ditekuni.
Memasuki Hexagon City, aku sempat terengah-engah mengikuti segala informasi yang uwow buatku. Dibuat geleng-geleng dengan perempuan-perempuan cerdas di sekelilingku. Cerdasnya mereka ini lo, sungguh beragam.
Bukan hanya cerdas secara akademis, lulus magister atau doktoral saja. Tak sedikit juga yang mungkin secara akademis biasa-biasa aja, namun memiliki skill istimewa. Ada yang hebat di ranah kerajinan tangan, masak-memasak, fotografi, literasi dan masih banyak lagi.
Hebatnya lagi mereka pun ibu dan istri yang kiprahnya luar biasa di rumah. Memang sudah seharusnya yang tiba di titik Bunda Produktif adalah bunda-bunda yang urusan-urusan internal keluarganya sudah beres. Aku nih yang masih banyak PR nya jadi dibuat terkagum-kagum oleh mereka.
Menggeluti passion bagi perempuan yang telah menikah terkadang menjadi sebuah anugerah tersendiri. Kesibukan sebagai ibu dan istri, apalagi kalau ada amanah di ranah publik juga, kadang menjauhkan kita dari yang namanya passion.
Aah, omong kosong dengan passion, yang penting anak-anak bisa makan sehat dan suami nggak ngomel.
Adakah yang merasa seperti itu?
Bukankah menjalani hari-hari sebagai ibu dan istri juga membutuhkan passion? Apa jadinya ketika kita melakukan aktivitas harian sebagai ibu, istri dan individu tanpa passion? Garing dong hidup kita?
Dari segi bahasa, dikutip dari laman dictionary.com,
Bukankah menjalani hari-hari sebagai ibu dan istri juga membutuhkan passion? Apa jadinya ketika kita melakukan aktivitas harian sebagai ibu, istri dan individu tanpa passion? Garing dong hidup kita?
Dari segi bahasa, dikutip dari laman dictionary.com,
passion is a strong or extravagant fondness, enthusiasm, or desire for anything.
Sementara dari Wikipedia dijelaskan bahwasanya;
passion is a feeling of intense enthusiasm towards or compelling desire for someone or something. Passion can range from eager interest in or admiration for an idea, proposal, or cause; to enthusiastic enjoyment of an interest or activity; to strong attraction, excitement, or emotion towards a person.Intinya, passion itu layaknya bahan bakar yang akan membuat kita semangat menjalani hari-hari, meningkatkan wawasan dan kualitas diri serta memberikan kita dorongan untuk terus mau belajar.
Nah, kalau maknanya seperti itu, apa jadinya kalau kita tak memiliki passion sebagai ibu, istri dan individu? Kemungkinan besar kita akan jalan di tempat, menikmati aliran hidup yang begini-begini saja, tanpa ada keinginan untuk terus maju.
Mengenal Jenis-jenis Passion
Selama ini aku juga tak menyangka sih kalau passion bisa sedalam itu. Apalagi setelah mendengarkan pemaparan Ibu Septi terkait ragam passion, wow… kupikir passion itu ya sekadar sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan apa yang kita sukai. Ternyata tidaak…Tahukah ada 4 jenis passion seperti ini, pals?
1. Passion for knowledge
Passion ini perlu kita miliki sebagai amunisi saat kita mau mempelajari suatu keahlian atau pengetahuan.
Tanpa adanya passion for knowledge, tak akan muncul dalam diri keinginan untuk mencari tahu wawasan atau informasi-informasi terkait pengetahuan terbaru. Weh luweh istilahnya..
Jadi ibu ya udah menjalani seadanya aja. Nggak perlu tahu caranya mengatasi anak tantrum, gimana caranya toilet training, menyapih dengan cinta, dsb. Jalani sesuai dengan apa yang dilihat selama ini tanpa tahu itu tepat atau tidak dengan kebutuhan anak dan zaman.
Tentu sebagai ibu peletak pondasi peradaban, kita nggak termasuk pada golongan seperti di atas kan? Pengennya pasti terus update wawasan biar tahu bagaimana mengasuh anak dengan baik kan?
2. Passion for business
Jenis passion yang ini dianjurkan dimiliki agar kita bisa terdorong untuk menjadi mandiri dan tidak menjadi beban orang lain secara finansial.
Nah, kalau dipikir dan dirasakan sepertinya aku kurang punya passion di bidang ini. Bukannya lalu aku termasuk tipe yang nggak mandiri dan menikmati jadi beban buat orang lain, hanya saja bukan jadi prioritas utamaku dalam hidup.
Sejauh ini ya "mendulang emas" sebisanya aja gitu. Bahkan ada kalanya woles, mungkin karena ada yang menafkahi ya, wkwk. Namun kalaupun aku saat ini sedang belajar membangun bisnis, aku mau bisnisnya yang berkaitan dengan jenis passion di nomor 3. Apaan itu?
Namun, aku justru lebih suka mengajari temanku untuk bisa nyetting template sendiri. Rasanya lebih puas gitu ngajarin orang bisa mengatur templatenya sendiri daripada dibayar untuk menata templatenya doi, wkwk. Aku ikut happy kalau teman-temanku jadi berkembang skill-nya.
Sejauh ini ya "mendulang emas" sebisanya aja gitu. Bahkan ada kalanya woles, mungkin karena ada yang menafkahi ya, wkwk. Namun kalaupun aku saat ini sedang belajar membangun bisnis, aku mau bisnisnya yang berkaitan dengan jenis passion di nomor 3. Apaan itu?
3. Passion for service
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga secara naluriah ada dorongan untuk selalu terhubung dan melayani sesama.Jadi gini, misalnya… aku punya sedikit skill untuk mengutak-atik tampilan blog. Nggak sedikit teman yang meminta bantuanku untuk merombak tampilan blognya jadi lebih cantik. Nah, kalau passion bisnisku kece, pastinya kuambil aja dah semua kesempatan itu.
Namun, aku justru lebih suka mengajari temanku untuk bisa nyetting template sendiri. Rasanya lebih puas gitu ngajarin orang bisa mengatur templatenya sendiri daripada dibayar untuk menata templatenya doi, wkwk. Aku ikut happy kalau teman-temanku jadi berkembang skill-nya.
4. Passion for people
Jenis passion yang keempat banyak memengaruhi bagaimana kita membentuk, menjaga, dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Hmm, aku kurang tahu apakah passion-ku di sini cukup bagus. Yang kutahu aku suka mendukung orang lain, tapi untuk ngobrol atau berhubungan dengan intens, aku cukup pemilih sih, wkwk. Introvertnya keluar kalau kek gini.
Nah, kalau teman-teman di antara 4 jenis passion tersebut mana yang paling “gue banget”?
Nah, kalau teman-teman di antara 4 jenis passion tersebut mana yang paling “gue banget”?
Pengembangan Passion
Setelah mengenal jenis-jenis passion, ada baiknya kita juga tahu tahapan perkembangannya. Ini pun aku juga baru tahu kalau ternyata passion pun ada tahapannya macam begini. Thanks to Institut Ibu Profesional yang sudah membuatku kaya akan hal-hal baru.1. Fundamental Lifestage
Tahapan ini biasanya muncul di usia 0 - 20 tahun. Di tahapan dasar ini, kita biasanya sedang haus-hausnya mencari ilmu pengetahuan. Ya, kalau dilihat dari usianya pun memang masih usia sekolah kan? Aku aja lulus kuliah di usia 22.Seharusnya di tahapan dasar ini, kita mencekoki diri dengan banyak pengetahuan, tak terbatas hanya yang didapat dari sekolah atau bangku kuliah. Sayangnya seringkali kita hanya belajar yang disodori oleh ibu dan bapak guru. Tak punya kemauan untuk belajar hal-hal di luar itu, bahkan mungkin banyak yang belum mengenali passion sebenarnya apa.
2. Forefront Lifestage
Di tahapan kedua yang biasanya muncul di usia 20 - 40 tahun, kita akan mulai tertarik pada bisnis. Usia di mana orang-orang baru mulai bekerja atau membangun bisnis. Usia di mana mulai muncul keinginan untuk mandiri, tidak bergantung pada orang lain, dan produktif untuk diri sendiri.3. Foster Lifestage
Di usia 40 - 60 tahun, passion for service biasanya mulai muncul. Yaitu adanya keinginan untuk mengembangkan sesuatu, mendorong orang, dan berbagi melayani.4. Final Lifestage
Passion for people biasanya muncul di tahapan terakhir ini. Pada usia 60 tahun ke atas, ketika kita biasanya semakin memiliki keinginan untuk bermanfaat bagi banyak orang.Tahapan ini tidak bisa disamakan antar satu individu, bisa jadi ada anak muda di usia 25an sudah mencapai tahapan foster atau malah final. Sementara ada juga orang berusia 40an yang malah baru menemukan passion for knowledge. Nggak masalah juga sih, yang terpenting adalah keinginan kita untuk berproses.
Kalau kalian ada di tahap yang mana nih, pals? Lalu balik nanya ke diri sendiri, “aelah nanya-nanya orang lain, kamu sendiri udah sampai tahap mana, mak?”
Hmm, kasih tahu nggak ya…
My Passion Canvas as A Hexagonia
Seperti yang teman-teman tahu saat ini aku sedang berlabuh di Hexagon City. Di sini kami diajak untuk bisa produktif dengan passion yang dipilih. Agar lebih terarah, the founding mother meminta kami untuk membuat sebuah passion canvas.Aku bersyukur memulai perjalananku di Hexagon City ketika sudah sangat klik dengan passion yang kujalani. Bahkan ada beberapa proyek yang sedang kulakukan berbarengan dengan berjalannya Kelas Bunda Produktif ini. Seakan semesta mendukung setiap jalan yang kuambil, alhamdulillah.
Dan inilah passion canvas yang kususun...
- Passion
Passion yang kupilih belum berubah sejak di tahap Bunda Cekatan. Apalagi kalau bukan BLOGGING. Entahlah, semakin hari aku semakin menyenangi proses bersama blog-blogku tercinta. Nggak hanya ngeblog untuk diri sendiri, aku juga mulai merasa happy bisa membimbing teman-teman newbie belajar ngeblog. Padahal aku pun masih newbie lo, wkwk.- Lifestage Passion
Setelah membaca-baca pengertian tahapan pengembangan passion, aku merasa kakiku saat ini berpijak dalam tiga tahapan. Aku tak bisa bohong bahwa kaki ini masih menginjak fundamental lifestage. Semakin nyemplung ke dunia blog, aku merasa semakin banyak pula hal-hal baru yang harus dipelajari. Rasa-rasanya terus haus dengan hal-hal yang berkaitan dengannya.Namun di satu sisi aku pun juga sudah masuk ke forefront lifestage. Dari blog, aku sudah bisa menghasilkan rupiah. Bahkan dari blog juga, berkolaborasi dengan pengalamanku sebagai content writer, kini aku mulai mengembangkan Blogspedia Group. Bukan hanya sebagai manajemen pengelola blog-blog yang sedang kuternakkan, tapi juga sebuah rumah untuk para penulis konten mengais rezeki.
Selain bisnis, Blogspedia juga sebuah tahapan bagiku memasuki foster lifestage. Aku tidak ingin menghasilkan uang sendiri, ada keinginan besar untuk bisa memajukan orang lain. Senang rasanya bisa berbagi rezeki dan kesempatan belajar dengan orang lain, khususnya para ibu.
Saat ini aku juga sedang mengelola Blogspedia Coaching for Newbie batch #1. Sebuah kelas ngeblog untuk pemula yang dibuat karena rasa syukurku telah lulus dari Kelas Growth Blogger. Senangnya bisa berproses bersama 50 teman yang sedang belajar ngeblog dari 0. Ya, meski sekarang sudah tersisa 45 sih. Kita lihat nanti akan ada berapa orang yang berhasil hingga akhir ya?
- Hard Skill & Soft Skill
Dalam menekuni passion blogging, tentu saja ada banyak skill yang harus kupelajari dan kutingkatkan. Ada dua jenis skill, yaitu hard skill dan soft skill. Hard skill meliputi keterampilan yang bisa dipelajari lewat pelatihan dan pendidikan. Menurutku untuk mengembangkan passion blogging, aku harus mempelajari dan menguasai keterampilan sebagai berikut:- menulis artikel dengan berbagai niche
- keterampilan mengutak-atik tampilan blog yang artinya aku harus paham tentang html dan css, at least dasar-dasarnya saja
- SEO skill
- Manajemen waktu, tetaplah kunci segalanya adalah dalam pengelolaan waktu. Apalagi sepassionate apapun dengan blogging, aku tetap harus ingat ada anak dan suami yang harus selalu jadi fokus utama.
- Manajemen diri dan emosi. Tak bisa dipungkiri saat kondisi psikis sedang tak oke terkadang mau menulis pun jadi kurang nyaman. Jadi buatku penting sekali untuk mengelola emosi dan semangat untuk terus mau belajar.
- Komunikasi baik lisan dan tertulis, karerna bagaimanapun aku harus sering berhubungan dengan klien. Kalau nggak gape komunikasi dengan baik, bisa berabe kan?
Tantangan dan Solusi
Selama menjalani passion-ku ini, tentu saja tak semulus yang dikira. Ada banyak tantangan di depan mata, namun yang paling bahaya memang di bagian jam kerja dan konsistensi. Jiwa deadliner-ku ini kadang super garis keras. Jadi seringlah banyak proyek tertunda.Untuk mengatasi tantangan yang kuhadapi, membuat content planner dan berkomunitas adalah solusi terbaik saat ini. Dengan adanya content planner, aku jadi lebih tertata dalam mengelola jadwal ngeblogku.
Sementara berkomunitas membuatku jauh lebih kuat dan semangat ngeblog. Melihat teman-teman blogger lain yang berprestasi dan memiliki kualitas blog yang lebih baik membuatku lebih semangat untuk mengejar prestasi dan kualitas yang sama.
Btw, ada yang punya passion sama denganku? Punyakah tantangan yang sama juga? Mau dong share solusi ala kalian.
Tanpa dinyana aku bertemu dengan orang-orang yang memiliki passion sama di dunia digital, meski tidak melulu blogging. Ada yang fokus di micro blogging, ada yang ngeblog tapi nichenya khusus literasi digital untuk keluarga, ada yang sedang mendalami aeromodelling. Luar biasa…
Btw, ada yang punya passion sama denganku? Punyakah tantangan yang sama juga? Mau dong share solusi ala kalian.
Mengolaborasikan Passion di Klinik Analekta
Di Hexagon City, kami dikelompokkan ke dalam beberapa co-house. Aku sendiri masuk ke dalam co house gabungan 2. Ya, aku memang tak memilih literasi atau kepenulisan sebagai passion-ku. Karena buatku menulis itu masih terlalu luas, aku ingin spesifik ke blogging saja.Tanpa dinyana aku bertemu dengan orang-orang yang memiliki passion sama di dunia digital, meski tidak melulu blogging. Ada yang fokus di micro blogging, ada yang ngeblog tapi nichenya khusus literasi digital untuk keluarga, ada yang sedang mendalami aeromodelling. Luar biasa…
Awalnya aku sempat bingung juga, wah masuk ke cluster gabungan terus gimana ya nanti, pasti passion-nya macam-macam dong. Ternyata enggak… ada benang merah yang menghubungkan kami. Kalau kulihat benang merah di cluster gabungan 2 ini yaitu DUNIA DIGITAL.
Hmmm, lalu seperti apa ya kolaborasi passion antar anggota cluster gabungan ini? Penasaran?
Taraaaa….
Hmmm, lalu seperti apa ya kolaborasi passion antar anggota cluster gabungan ini? Penasaran?
Taraaaa….
KLINIK ANALEKTA, a literacy & digital clinic.Cakep kan, pals?
Dari tantangan-tantangan yang kami kumpulkan di grup, kami menyadari bahwa para emak yang menekuni dunia digital biasanya terbentur dengan manajemen waktu, konsistensi dan manajemen konten. Dari situlah terbersit ide untuk membangun Klinik Analekta.
Namun mengikuti pergerakan di Hexagon City yang ternyata sepertinya sedang berproses membangun web, marketplace dan media sosialnya sendiri, kami mulai mengerucutkan proyek bersama ini menjadi sebuah produk dan jasa.
Produknya kemungkinan besar akan berupa e book dan juga jasa berupa kulwap, kulgram ataupun kulzoom terkait berkarya di dunia digital. Hmm, jadi nggak sabar nih pengen segera berproses bersama teman-teman di Analekta. Ada kejutan apa lagi ya nanti ke depannya?
Yaitu sebuah ruang belajar dan berkarya untuk para ibu agar bisa produktif di era digital. Entah itu menjadi penulis, blogger, podcaster ataupun youtuber.Ada banyak ide muncul ketika kami ingin memilih bentuk dari si klinik ini. Ada yang memberi ide tentang proyek buku, e book, hingga akhirnya kami terpikir untuk membuat sebuah blog dan instagram yang berisi tentang tips-tips singkat terkait menjalani passion di dunia digital. Bahkan blognya pun udah jadi lo, wkwk.. tinggal diisi aja.
Namun mengikuti pergerakan di Hexagon City yang ternyata sepertinya sedang berproses membangun web, marketplace dan media sosialnya sendiri, kami mulai mengerucutkan proyek bersama ini menjadi sebuah produk dan jasa.
Produknya kemungkinan besar akan berupa e book dan juga jasa berupa kulwap, kulgram ataupun kulzoom terkait berkarya di dunia digital. Hmm, jadi nggak sabar nih pengen segera berproses bersama teman-teman di Analekta. Ada kejutan apa lagi ya nanti ke depannya?
Passion, proyek bersama dan bangsa… apa keterkaitannya? Menurutku seperti ini, dengan menggali passion, kita akan menemukan semangat untuk meningkatkan kualitas diri. Entah itu dalam rangka menambah pengetahuan, membangun bisnis ataupun berbagi dengan orang lain.
Apapun tujuannya, passion itu lambat laun akan menjadi amunisi bagi kita untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Meski kecil, dan bisa jadi tak terlihat… tanpa kita sadari kita telah turut membangun bangsa jika kita menekuni passion masing-masing dengan sebaik-baiknya. Jadi… apa passion kalian, pals? Yuk, bareng-bareng berproses menggali passion demi kemajuan bangsa!
Apapun tujuannya, passion itu lambat laun akan menjadi amunisi bagi kita untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Meski kecil, dan bisa jadi tak terlihat… tanpa kita sadari kita telah turut membangun bangsa jika kita menekuni passion masing-masing dengan sebaik-baiknya. Jadi… apa passion kalian, pals? Yuk, bareng-bareng berproses menggali passion demi kemajuan bangsa!
Sukses Mom Marita dg Analekta nya. Menarik banget konsep klinik pendampingan digital buat kaum emak.
ReplyDelete