Creative Writing seringkali diidentikkan dengan tulisan-tulisan bergenre fiksi yang membutuhkan imajinasi dan pilihan kata menarik. Bahkan di beberapa sumber menyebutkan bahwa contoh dari creative writing adalah puisi, cerpen, novel dan sejenisnya. Namun aku lebih setuju dengan infografis di bawah ini:
Bahwasanya penulisan kreatif tidak melulu bergenre fiksi, tulisan non fiksi yang dibuat tidak untuk tujuan akademik juga bisa disebut sebagai creative writing, termasuk juga blogging. Bukankah saat ngeblog kita harus mampu mengembangkan ide agar tulisan tidak berkesan biasa-biasa saja? Blog dibuat agar pembaca bisa ikut merasakan pengalaman yang kita bagikan, tidak hanya seperti sedang membaca buku panduan teknis ataupun buku pelajaran.
Coba menurut teman-teman, dari dua kalimat ini mana yang lebih menarik?
- Aku mengunjungi Hotel The Wujil pada pekan lalu. Hotel ini terkenal asri. Letaknya ada di Ungaran.
- Bersama suami dan anakku, aku mengunjungi sebuah hotel yang terkenal dengan keasriannya di ujung Kota Ungaran pekan lalu. Pastinya kalian sudah bisa menebak kan hotel apa yang kumaksud? Ya, bener banget, The Wujil.
Duh, menulis dengan bahasa Indonesia saja aku masih tergagap-gagap, apalagi menulis dalam bahasa Inggris, mbak.Di tahun 2020, adakah yang masih mengeluhkan hal di atas? Wah, kalau masih ada, sebaiknya segera ambil kursus di TBI deh.
Kenalan dengan TBI
Ada yang belum tahu TBI? Hmm, jujur ya, aku pun baru kenal TBI beberapa waktu lalu. Mainku kurang jauh nih. Padahal institusi pendidikan ini sudah didirikan sejak 18 Februari 1984.TBI merupakan singkatan untuk The British Institute. Berusia 36 tahun dan masih berdiri tegak hingga saat ini merupakan bukti bahwa TBI adalah tempat kursus Bahasa Inggris yang berkualitas. Mau tahu nggak kenapa kita harus memilih TBI dibandingkan tempat kursus lainnya?
- TBI merupakan tempat kursus Bahasa Inggris pertama dan paling terdepan di Indonesia.
- Proses belajar dan mengajar di TBI selalu dijaga dan dipertahankan kualitasnya.
- Para pengajar di TBI harus memenuhi syarat kualifikasi berstandar internasional.
- TBI merupakan satu-satunya institusi pelatihan Bahasa Inggris di Indonesia yang memiliki sertifikasi dari the University of Cambridge English untuk menjalankan kursus pelatihan CELTA (Certificates in Teaching English to Speakers of Other Languages).
- TBI selalu melakukan updating di setiap pelatihan gurunya, sehingga metodologi pengajarannya selalu terdepan.
Kompetisi tersebut digelar dengan tujuan agar para murid menjadi lebih bersemangat dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dengan cara yang fun.
Berdasarkan pengalamanku, mengajar bahasa Inggris terutama untuk anak-anak dan remaja, penting banget untuk ikut nyemplung ke dunia mereka. Sudah kubayangkan murid-murid TBI pasti antusias sekali mengikuti kompetisi ini.
Dengan kualitas yang dimiliki TBI, aku heran kenapa baru kenal sekarang ya? Setelah aku mencari tahu, ternyata TBI baru bisa ditemukan di beberapa lokasi berikut:
Di era digital seperti sekarang, apalagi masih dilanda pandemi, kita bisa tetap belajar bahasa Inggris secara online bareng TBI. Alhamdulillah, beberapa waktu lalu aku mendapat kesempatan untuk merasakan serunya kursus singkat bersama TBI Malang. Nggak harus tinggal di Malang lo, bahkan pengajarnya saja ada yang tinggal di Bali. Mau tahu bagaimana keseruanku belajar bahasa Inggris bareng TBI?
Sewaktu aku mendapat info adanya kursus singkat ini dari WAG Komunitas ISB, tanpa pikir panjang aku segera mendaftar. Mungkin kalau teman-teman kuliahku tahu, mereka bakal mengernyitkan keningnya, ngapain lulusan Sastra Inggris ikutan kursus.
Berdasarkan pengalamanku, mengajar bahasa Inggris terutama untuk anak-anak dan remaja, penting banget untuk ikut nyemplung ke dunia mereka. Sudah kubayangkan murid-murid TBI pasti antusias sekali mengikuti kompetisi ini.
Dengan kualitas yang dimiliki TBI, aku heran kenapa baru kenal sekarang ya? Setelah aku mencari tahu, ternyata TBI baru bisa ditemukan di beberapa lokasi berikut:
- Jakarta: Pondok Indah / Kuningan / Kelapa Gading
- Cibubur
- Depok
- Tangerang: BSD / Gading Serpong
- Bandung: Dago / Festlink / Jatinangor
- Malang
Di era digital seperti sekarang, apalagi masih dilanda pandemi, kita bisa tetap belajar bahasa Inggris secara online bareng TBI. Alhamdulillah, beberapa waktu lalu aku mendapat kesempatan untuk merasakan serunya kursus singkat bersama TBI Malang. Nggak harus tinggal di Malang lo, bahkan pengajarnya saja ada yang tinggal di Bali. Mau tahu bagaimana keseruanku belajar bahasa Inggris bareng TBI?
Short Course with TBI Malang, Terasa Mengulang Masa-masa Kuliah
Berlangsung selama tiga hari, kursus singkat Creative Writing bersama TBI Malang meninggalkan kesan yang kuat di hati. Pengennya sih ditambah waktunya, belum puas…Sewaktu aku mendapat info adanya kursus singkat ini dari WAG Komunitas ISB, tanpa pikir panjang aku segera mendaftar. Mungkin kalau teman-teman kuliahku tahu, mereka bakal mengernyitkan keningnya, ngapain lulusan Sastra Inggris ikutan kursus.
Eits, jangan salah… meski punya gelar Sarjana Sastra dari jurusan Sastra Inggris. Bahkan sempat merasakan jadi guru Bahasa Inggris selama tiga tahunan, aku berhenti update wawasanku di bidang ini sejak 2012. Ya, sudah 8 tahun aku tak lagi berkecimpung di dunia ini. Tak lagi belajar dan mengajar bahasa Inggris, padahal namanya ilmu kalau mau tetap melekat ya harus digunakan dan terus diperbaharui.
Itulah kenapa aku tertarik mengikuti kursus singkat bareng TBI Malang. Sejujurnya aku sedang mengetes diriku apakah keilmuan bahasa Inggrisku masih melekat dengan baik atau justru sudah menguap habis-habisan.
Tibalah waktu Placement Test, ada 100 soal yang harus dikerjakan oleh para peserta. Aku pun hanya nyengir kuda menatap soal-soal yang harus dikerjakan secara online tersebut. Etdaah, dulu kerjaannya ngajarin orang mengerjakan soal beginian, sekarang aku lupa dong bagaimana mengerjakannya, wkwk.
Ada beberapa sih yang masih nyanthol. Meski sebagian besar sudah menguap entah ke mana itu ilmunya. Akhirnya hasil tes penempatan dibagikan, eng ing eng… cuma dapat 67.
Duh, malu-maluin bener. Jauh banget dari targetku sih. But, it’s okay… masih mending lah dapat segitu, setidaknya masih lebih banyak yang nyanthol daripada yang aus, wkwk.
Sepekan setelah tes penempatan dilakukan, short course pun digelar. Tepatnya pada tanggal 21, 23 dan 24 September 2020. Kami menggunakan platform Google Classroom dan Zoom sebagai sarana belajar.
Lewat Google Classroom, para teacher memberikan umpan sebelum memulai kelas, membagikan materi dan juga tugas. Sedangkan via Zoom, kami bisa berinteraksi langsung dengan teacher. Tentu saja kami menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Hmm, seru banget. Jadi terkenang masa-masa kuliah.
Sekarang nggak ada yang bisa diajak ngobrol pakai Bahasa Inggris, hehe. Anak-anak mulai tertarik sih ngomong bahasa Inggris karena hobinya nonton Youtube Channel Ryan’s World. Aku malah kadang terkagum-kagum dengan kosa kata anak-anak yang terus bertambah. Minat anak-anak pada bahasa Inggris ini pula yang melecutku untuk belajar lagi.
Pada hari pertama kursus kami berjumpa dengan Mr. Ryan Pucher. Pria asal Australia yang telah tinggal di Malang selama 15 tahun ini bergabung dengan TBI sejak 3 tahun lalu. Awalnya Mr. Pucher tidak ingin berlama-lama stay di Indonesia. Rencananya hanya akan tinggal selama setahun dan berpindah ke negara lainnya. Namun Malang telah mencuri hatinya.
Aku sempat berpikir apakah mengikuti kelas bahasa Inggris online bisa mengasikkan? Ternyata pikiranku salah. Mr. Pucher mampu menghidupkan kelas dengan ciamik. Sebagai kelas pembuka, Mr. Pucher mampu mengajak 10 peserta kursus singkat belajar secara aktif.
Menggunakan metode gamifikasi, Mr. Pucher mengajak kami untuk menyebutkan kosa kata yang terlintas di pikiran. Start from A to Z. Seru… sekaligus menyadarkanku betapa banyak vocabulary yang telah menguap, wkwk.
Setelah asik bermain Alphabet Game, Mr. Pucher mengajak kami untuk membaca dan membandingkan dua travel writing yang ada di lembaran materi.
Dari proses belajar tersebut, secara tidak langsung kami belajar bagaimana membuat travel writing yang menarik. Sebelum sesi belajar berakhir, Mr. Pucher memberikan PR kepada kami untuk menuliskan travel writing sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah diajarkan.
Di hari kedua dan ketiga, bukan Mr. Putcher lagi yang menemani kami belajar. Ada sesosok perempuan muda cantik yang tinggal di Bali, namanya Ms. Mega. Walau bukan native, tak perlu meragukan kualitas speaking Ms. Mega. Cas cis cus…
Di hari kedua, Ms. Mega mengajak 10 peserta untuk saling membaca dan memberikan masukan atas tulisan perjalanan peserta lainnya. Kesalahan paling umum yang banyak ditemukan dalam tulisan kami adalah penggunaan tenses yang tidak tepat. Seringnya sih harusnya pakai Past Tense, malah menggunakan Present Tense.
Seusai belajar membuat travel writing, Ms. Mega mengajak kami untuk belajar untuk membuat ulasan restoran. Karena waktu yang hampir habis, Ms. Mega memberikan kami PR. Yaitu menuliskan daftar informasi terkait restoran favorit atau yang sering dikunjungi.
Namun entah saking rajinnya para peserta, atau kami yang kurang menangkap maksud dari Ms. Mega, sebagian besar dari kami malah sudah membuat ulasan restoran dalam paragraf lengkap. Di hari berikutnya, Ms. Mega memuji kami sebagai murid yang maju selangkah. Belum diminta membuat tulisan utuh, tapi sudah dikerjakan. Beginilah kalau semangat belajarnya tinggi, hehe.
Sama halnya dengan tahap belajar menulis travel writing, sebelum diminta menulis ulasan restoran, Ms. Mega mengajarkan kami untuk paham terlebih dahulu hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam membuat sebuah ulasan yang baik. Kami juga diajak untuk menentukan dan mengembangkan ide yang utuh.
Baru setelah poin-poin penting tersebut dipahami, PR terakhir dari kelas ini adalah membuat review sebuah restoran. Mau ngintip hasil tugasku dan penilaian yang diberikan oleh Ms. Mega? Ini dia:
Not bad lah ya…
3 hari yang istimewa. Terasa begitu singkat dan cepat. Aku menemukan kembali passion lama yang sempat hilang. Rasanya seperti dihidupkan kembali dan jadi semangat untuk upgrade keilmuan di bidang yang pernah sangat kucintai ini.
Kursus singkat bersama TBI Malang benar-benar istimewa. Meski sempat putus nyambung saat sesi belajar online via Zoom, namun tidak mengurangi keseruan belajarnya kok. Untuk kelas-kelas berikutnya, mungkin bisa dipertimbangkan untuk menggunakan Google Meet dibandingkan dengan Zoom, biar nggak putus-putus gitu.
Manfaat Creative Writing untuk Blogger
Ngobrolin soal creative writing, seperti yang sempat kusinggung sedikit di bagian pembukaan artikel ini. Bahwasanya ngeblog pun butuh kreativitas yang tinggi dalam pengolahan ide dan pemilihan kata-kata, agar artikel yang dihasilkan enak dan nyaman dibaca.Hasil belajar bersama TBI Malang pekan lalu mengajarkanku tentang beberapa hal penting terkait penulisan blog, khususnya dalam menulis travel blog and places review.
Membuat Catatan Perjalanan yang Menarik
Untuk menulis travel blog alias catatan perjalanan yang asik dan bikin pembaca seakan-akan bisa merasakan langsung pengalaman kita, Mr. Pucher membagikan tips berikut:- Ceritakanlah pengalaman kita sejujurnya, hal baik dan hal buruk.
- Gunakan indera kita semaksimal mungkin. Ceritakan apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasa, kita baui dan juga apa-apa saja yang kita sentuh.
- Tambahkan beberapa fakta terkait tempat yang kita kunjungi, misalnya tentang sejarah tempat tersebut.
- Gunakan kata sifat yang tidak biasa-biasa saja. Misalnya ganti kata interesting menjadi extaordinary, smart menjadi outstanding, dsb.
Menulis Ulasan Restoran yang Ciamik
Sementara untuk menyusun ulasan restoran yang baik, Ms. Mega memberikan beberapa kunci berikut:- Kembangkan ide dengan jelas, jangan membingungkan pembaca.
- Kita bisa memulai artikel dengan menyebutkan nama dan lokasi restoran, ataupun bisa menggunakan kalimat tanya yang akan menarik perhatian pembaca.
- Berikan gambaran yang jelas tentang jenis makanan dan minuman yang disediakan, suasana restoran, pelayanannya, demografi pengunjungnya (apakah lebih banyak anak muda atau keluarga?), harga dan lokasi.
- Tambahkan juga beberapa info penting yang bisa membedakan restoran ini dengan lainnya, seperti apakah harus reservasi dulu atau tidak, atau ada dress code tertentu.
- Pada akhir artikel, berikan score pada restoran yang kita ulas agar pembaca bisa memutuskan apakah restoran itu cocok untuk mereka kunjungi atau tidak.
- At last but not least, berikan informasi kontak restoran secara lengkap. Baik itu alamat ataupun nomor telepon yang bisa dikunjungi.
Alasannya nggak pede dan takut salah. Kalau yang lulusan fakultas bahasa aja takut salah, apa kabar yang nggak pernah belajar Bahasa Inggris sama sekali ya? Padahal nih, melakukan kesalahan adalah salah satu proses belajar. Dari kesalahan yang kita lakukan, kita bisa belajar bagaimana sih hal yang benar.
So, jangan malas untuk belajar bahasa Inggris, karena di dunia content writing masih banyak membutuhkan penulis-penulis artikel yang berani dan bisa menulis dalam bahasanya Ratu Elizabeth ini. Semangat, pals!
Yuk, Cas Cis Cus Berbahasa Inggris bareng TBI Malang
Buat teman-teman yang setelah membaca artikel ini jadi semangat belajar Bahasa Inggris, jangan ragu untuk mengambil kursus di TBI Malang. Bagi warga Malang, bisa langsung menuju ke lokasinya yaitu di Jalan Soekarno Hatta Kav A2. Tempatnya sangat strategis, karena dekat sekali dengan Universitas Brawijaya Malang, Politeknik Negeri Malang, dan Universitas Negeri Malang.Beberapa kelas yang tersedia di TBI Malang antara lain:
- Children
- Pre Teen
- Teen
- Global English
- Exam Preparation for TOEFL or IELTS test
- In-House Training / Private Class
- Online Learning
Nggak perlu khawatir kalau teman-teman masih ragu untuk keluar rumah di masa adaptasi kebiasaan baru ini, karena TBI Malang memiliki fasilitas digital learning. Fasilitas tersebut memungkinkan para muridnya untuk belajar secara online, sepertiku dan kesembilan temanku dari ISB beberapa waktu lalu. Enak kan?
Biaya kursus TBI Malang sangat terjangkau. Bahkan sering banget lo ada diskon dan promo spesial di waktu-waktu tertentu. Biar kalian nggak ketinggalan info-info penting dari TBI Malang, catat dulu kontak yang bisa dihubungi berikut ini:
Creative Writing bisa menjadi jalan buat kita untuk tetap berkarya di rumah saja. Terutama buat blogger, belajar penulisan kreatif adalah modal untuk menjaga kualitas tulisan. Agar karya kita bisa mendunia, mampu menulis dalam bahasa Inggris juga akan menambah value diri. So, jangan ragu untuk belajar Creative Writing bersama TBI Malang ataupun di cabang-cabang lainnya ya!
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com