Seberapa penting menyiapkan anggaran kesehatan? Hmm, pertanyaan yang menarik. Jujur saja, sudah 12 tahun menikah dan aku belum jago juga cara mengatur duit, wkwk. Aku dan suami memang termasuk orang yang cukup woles masalah keuangan. Alhamdulillah selama ini, kewolesan kami masih baik-baik saja. Kalaupun tiba-tiba ada kebutuhan mendadak, entah kenapa selalu ada saja rezekinya.
Tentu saja yang seperti ini nggak bisa terus-terusan dibiarkan. Kalau bisa direncanakan sejak awal tentu akan jauh lebih baik kan? Meski belum sepenuhnya kuterapkan, materi di Hijrah Finansial yang kudapatkan setahun lalu cukup membantuku mengatur duit lebih baik.
Pada acara tersebut, aku diingatkan tentang pentingnya:
- Kelola cashflow secara islami
- Hijrahlah dengan perbekalan yang cukup
- Siapkan dana darurat
- Pilih investasi sesuai syariat
Mengatur Anggaran Keuangan Rumah Tangga MarMar Couple
Sebagai pasangan woles, kadang aku dan suami suka terkekeh sendiri ketika menjelang akhir bulan nominal rupiah di rekening kami hanya tinggal beberapa puluh ribu. Sebelum rasa konyol berubah jadi khawatir, alhamdulillah ada saja rezeki yang masuk. Entah invoice yang dibayar, entah tiba-tiba ada keluarga yang ngirimin beras, atau gajian suami ditransfer agak awal.Begitu juga saat jatah bayar sekolah kakak, jangan dikira kami berani nyekolahin anak ke sekolah yang katanya mahal karena punya tabungan pendidikan yang berlimpah, wkwk. Sejak memutuskan untuk menutup semua asuransi, kami belum menyiapkan dana khusus pendidikan. Semua mengalir begitu saja.
Pas harus bayar iuran tahunan sekolah, pas fee proyek suami keluar atau kaya tahun ini pas aku menang lomba blog yang hadiahnya sejumlah yang harus kami bayarkan. Allahu akbar… sungguh benar Allah akan mencukupkan rizki hamba-hambaNya.. dengan catatan tetap berikhtiar semaksimal mungkin.
Namun tahun ini setelah sebuah tanggungan riba dituntaskan pembayarannya, kami sudah bertekad untuk memperbaiki cara kami mengelola keuangan rumah tangga. Berikut ini rancangannya, dan beberapa sudah kami lakukan juga sih:
1. Mengelola Cashflow Secara Islami
Di antara 4 poin yang dibahas di event Hijrah Finansial, sejujurnya baru ini yang sudah rutin dilakukan di keluarga kami. Begitu suami dapat gaji, aku selalu mengingatkan doi untuk berzakat dan bersedekah. Karena ada hak-hak orang lain di setiap penghasilan yang kita dapatkan. Zakat dan sedekah adalah cara-cara untuk menyucikan pendapatan kita.Saat aku mendapat fee nulis atau hadiah lomba, aku juga berusaha untuk menyisihkan semampuku. Biasanya sih aku lebih senang mengalokasikannya untuk wakaf buku yang dikelola temanku atau wakaf di sekolahnya kakak.
Selanjutnya setelah disisihkan untuk hal-hal terpenting, kami hitung biaya-biaya yang harus dibayar pada bulan tersebut, seperti tagihan PLN, PAM, internet, sekolah, arisan dawis/ PKK dan belanja bulanan. Udah deh kalau biaya-biaya itu udah dipos-poskan di awal bulan, aku nggak terlalu pusing menghadapi kehidupan, wkwk.
2. Menutup Hutang-hutang Ribawi
Alhamdulillah setelah 3 tahun bergelut dengan cicilan motor. Tahun ini motor kami sudah lunas. Sebagai manusia biasa, sebenarnya muncul godaan untuk ambil cicilan lainnya. Apalagi seperti biasa, ketika cicilan mau habis, selalu deh ada banyak sales kredit yang rajin banget kirim whatsapp dan pesan menawarkan banyak pinjaman.Pengennya sih ganti stang motor jadi setir bundar, wkwk. Tapi nggak ah, capek nyicil hutang melulu mau bernafas lega. Lagian rumah kami juga belum memadai untuk memarkir si setir bundar, mending renovasi rumah dulu deh.
3. Menyiapkan Dana Darurat
Nah, poin 3 dan 4 ini yang sekarang sedang menjadi perhatian kami. Maklum sebelumnya terlalu santuy. Kami nggak punya tuh yang namanya dana darurat kesehatan, wkwk. Selama ini terlalu dimanjakan dengan fasilitas BPJS dari kantor suami.Kalaupun harus lahiran, atau anak tiba-tiba harus dirujuk ke rumah sakit, kami cukup terbantu dengan adanya BPJS. Meski sebenarnya dana darurat kesehatan kan nggak hanya dibutuhkan untuk bayar rumah sakitnya ya?
Kalau dipikir-pikir, ketika ada anggota keluarga yang harus rawat inap di rumah sakit, pengeluaran yang besar bukan hanya untuk biaya rawat inapnya. Penunggu pun butuh biaya buat makan di luar, dan kadang ada obat yang nggak ditanggung BPJS, mau nggak mau harus merogoh kocek sendiri juga. Nah, yang kek gini ini kadang terlewat dari fokus kami.
Makanya setelah lunas cicilan motor, aku dan suami sudah bersepakat untuk nggak mengutak-atik nominal yang biasanya kami bayarkan ke dealer tersebut. Uang itu akan kami alokasikan ke dalam beberapa pos, salah satunya sebagai dana darurat kesehatan. Apalagi masih masa pandemi gini kan? Cukup was-was sih…
4. Memilih Investasi yang Tepat
Selain dialokasikan untuk dana darurat, uang yang biasanya kami bayarkan untuk mencicil motor, akan kami alokasikan juga untuk berinvestasi. Hanya saja akan diinvestasikan dalam bentuk apa, aku juga masih belum ada bayangan sih, wkwk.Apakah buka asuransi lagi, toh sekarang juga sudah ada banyak asuransi syariah. Namun hati kok masih belum terasa klik. Atau mau buka reksadana?
Pengennya sih nggak hanya diinvestasikan dalam bentuk tabungan, karena kalau ditabung saja kan uangnya nggak nambah ya. Malah mungkin akan berkurang, karena kena biaya administrasi dari bank, wkwk. Menabung sih sekedar menyimpan uang saja kan? Sementara kalau investasi adalah sebuah usaha untuk meningkatkan jumlah uang.
So far yang masih terpikirkan adalah berinvestasi logam mulia. Tapi nggak tahu juga sih. Punya pikiran juga ingin berinvestasi bikin usaha bareng teman atau saudara gitu. Yaa… nantilah dipikir sambil jalan, hehe.
Yang pasti saat ini aku lagi pengen mengembangkan Blogspedia Group agar semakin besar. Berharap semakin banyak yang order artikel di sana, biar bisa jadi sumber rezeki buat tim penulis yang sebagian besar para emak. Doain ya, pals. Btw, kalau mau order artikel, hayuuk lo…
Kembali ke pertanyaan pentingkah menyiapkan anggaran kesehatan untuk keluarga? Kalau aku sih penting ya. Sejauh ini aku merasa terbantu dengan adanya BPJS. Alhamdulillah so far so good, belum pernah menemukan hal-hal yang menjengkelkan tentang BPJS.
Ya, kalau antrenya panjang… menurutku sih wajar-wajar aja namanya juga pelayanan publik. Dan aku bersyukur belum pernah mendapatkan pelayanan yang kualitasnya berbeda hanya karena pakai BPJS. Dari operasi sesar sampai ganti kaca mata baru sejauh ini sangat terbantu dengan adanya BPJS.
Soal iurannya yang katanya bisa naik sewaktu-waktu? Jujur, aku nggak terlalu konsen ke sana, hehe. Selama ini iuran BPJS sudah langsung dipotongkan dari gaji suami, jadi aku nggak terlalu rempong mikirin kenaikannya.
Selain BPJS, menyiapkan dana darurat kesehatan juga bisa dilakukan. Ada yang memilih untuk mendaftar asuransi kesehatan di luar BPJS, ada pula yang menyiapkan tabungan khusus biaya kesehatan. Aku belum nyiapin apapun, namun aku lebih fokus kepada menjaga kesehatan keluarga dengan lebih baik. Terutama di masa pandemi.
Contoh hal-hal yang biasanya nggak terlalu kupikirkan sebelum pandemi, sekarang mulai kurutinkan; memberikan madu dan probiotik ke anak-anak. Dulunya mah aku woles aja hal-hal kek gini. Sejak pandemi jadi lebih mikir tentang menjaga kesehatan dan imunitas anak-anak. Selain persiapan dana dan menjaga asupan makanan, ikhtiar lain terkait kesehatan yang juga sering diingatkan sama assatidznya kakak di sekolah adalah merutinkan dzikir pagi dan sore.
Apa hubungannya coba dzikir pagi dan sore dan kesehatan? Jelas ada dong, coba deh dibaca dizkir pagi dan sore beserta isinya. Kan banyak doa-doa yang intinya tentang meminta perlindungan, dijaga kesehatan dan juga meminta rizki yang berkah. Pas banget sebagai tameng di masa pandemi ini, bagus lagi kalau akhirnya jadi habit. Jadinya ada pandemi atau nggak tetap rajin baca dzikir pagi dan sorenya.
Itulah sekelumit buah pikir sederhanaku tentang menyiapkan anggaran kesehatan keluarga. Terima kasih buat yang sudah mampir. Mau juga dong dengar cerita teman-teman tentang anggaran kesehatan di keluarga teman-teman. Boleh juga kalau ada yang mau berbagi ide investasi yang murah meriah dan aman lo, pals. Siapa tahu aku tergugah, hehe. Sampai jumpa di cerita-cerita selanjutnya!
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com