Ada yang pernah mengadakan giveaway di media sosialnya? Kalau kuingat-ingat aku baru 2 atau 3 kali ini mengadakan giveway di medsos. Itu pun aku melakukannya dengan super tidak percaya diri. Kupikir siapalah aku, memang bakal ada yang ikutan event yang kuselenggarakan, apalagi jika hadiahnya sekedar recehan. Tak disangka-sangka, aku mendapat kejutan yang tak terduga! Apa itu?
Aaah, nggak seru kalau kuceritakan sekarang. Kalau kalian pengen tahu kejutannya apa, ada syaratnya; baca celotehanku ini sampai kelar ya, hehe. Maksa banget deh.
Begini ceritanya, aku tuh baru dapat ilmu dari mastah di bidang optimasi media sosial yang namanya sungguh tak asing lagi. Doi ini jago banget membangun branding dirinya di medsos, salah satu branding yang menurutnya paling berhasil adalah akun twitter Pengagum Rahasiamu. Sampai sini ada yang sudah bisa menebak kepada siapakah aku menimba ilmu kali ini?
Yasss, bener banget! Ilham Sadli. Blogger senior yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan cukup lama. Bahkan dia termasuk sesepuh di Forum Lingkar Pena Jember. Pasti kalian bertanya-tanya ya apa hubungannya Coach Ilham dengan kejutan yang kudapatkan? Nggak mungkin juga kan kutulis di sini kalau nggak berhubungan.
Jujur memang aku cukup kewalahan jika harus membagi perhatian antara optimasi blog dan seluruh media sosial secara bersama-sama. Belum lagi di rumah masih ada satu suami dan dua anak (tolong jangan sampai kebalik angkanya) yang juga harus diperhatikan. Rasa-rasanya waktu terus terasa kurang jika harus mengerjakan semuanya sekali waktu.
Media Sosial Sebagai Sarana Branding
Sebagai seorang kuli digital, dalam hal ini blogger, branding adalah salah satu kunci dalam meningkatkan value diri. Tidak hanya branding di blog yang biasanya diwakilkan dengan niche dan warna dominan yang kita pilih, namun juga bagaimana cara kita ‘menjual diri’ di media sosial. Dengan membranding diri di media sosial secara tak langsung kita juga sedang mengaplikasikan social media digital marketing.Blogging dan media sosial adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Saling terhubung dan menguatkan satu sama lain.Apalagi media sosial juga salah satu corong teknik SEO off page yang bisa kita manfaatkan. Masalahnya acapkali kita menganaktirikan medsos, mengunjunginya hanya jika ingat, atau mungkin ada keperluan share link blogpost. Lalu kalian mungkin akan menyorakiku, pals… Kita? Elu aja kali, mbak. Wkwk. Baiklaaah.
Jujur memang aku cukup kewalahan jika harus membagi perhatian antara optimasi blog dan seluruh media sosial secara bersama-sama. Belum lagi di rumah masih ada satu suami dan dua anak (tolong jangan sampai kebalik angkanya) yang juga harus diperhatikan. Rasa-rasanya waktu terus terasa kurang jika harus mengerjakan semuanya sekali waktu.
Maka jangan kaget jika teman-teman mengintip akun media sosialku, sekarang ini aku jauh lebih sering update Instagram dibandingkan akun media sosial lainnya. Engagement akun Facebook pernah cukup bagus, bahkan sudah punya beberapa teman setia yang selalu menanti status-statusku. Namun sejak ada sebuah kejadian yang tidak mengenakkan, dan hal tersebut berhubungan dengan keluarga besar suami, aku memilih mundur perlahan dari Facebook.
Padahal jumlah pertemananku di Facebook sudah mencapai angka maksimal, followers pun cukup lumayan. Sayang sih sebenarnya dengan angka tersebut tidak kumaksimalkan. Namun masih ada sedikit trauma untuk berceloteh dengan bebas di sana. Sekarang kalau teman-teman tengok, status-status Facebook-ku tak banyak mendulang interaksi.
Lantas apakah di Instagram lebih baik? Nggak juga sih, wkwk. Secara angka lebih okelah, namun aku sendiri masih meraba-raba branding seperti apa sih yang ingin kubangun di media sosialku. Apalagi di Twitter yang selama ini hanya menjadi kepanjangan tangan dari Instagram, Facebook dan Blog. Maksudnya?
Di pengaturan Instagram, Facebook dan Blog, semua postingan yang kuterbitkan dari tiga tempat tersebut sudah kubuat otomatis langsung dibagikan ke twitter. Selebihnya hampir tidak pernah aku ngoceh di medsos yang memiliki logo burung biru tersebut. Kuakui belum menemukan klik dengan medsos yang mengizinkan kita bercuap-cuap hanya dengan 280 karakter itu.
Kalau dipikir-pikir tulisan di blog kutargetkan untuk pembaca dengan usia 25 - 34, namun lucunya dari hasil affinity pembacaku di usia tersebut jauh lebih rendah. Pembaca dengan range usia 18 - 24 justru jauh lebih tinggi. Jika kutebak mungkin ada hubungannya dengan bahasa komunikasi informal yang kugunakan di blog dan media sosial, serta lebih seringnya aku update di Instagram daripada di Facebook.
Padahal jumlah pertemananku di Facebook sudah mencapai angka maksimal, followers pun cukup lumayan. Sayang sih sebenarnya dengan angka tersebut tidak kumaksimalkan. Namun masih ada sedikit trauma untuk berceloteh dengan bebas di sana. Sekarang kalau teman-teman tengok, status-status Facebook-ku tak banyak mendulang interaksi.
Lantas apakah di Instagram lebih baik? Nggak juga sih, wkwk. Secara angka lebih okelah, namun aku sendiri masih meraba-raba branding seperti apa sih yang ingin kubangun di media sosialku. Apalagi di Twitter yang selama ini hanya menjadi kepanjangan tangan dari Instagram, Facebook dan Blog. Maksudnya?
Di pengaturan Instagram, Facebook dan Blog, semua postingan yang kuterbitkan dari tiga tempat tersebut sudah kubuat otomatis langsung dibagikan ke twitter. Selebihnya hampir tidak pernah aku ngoceh di medsos yang memiliki logo burung biru tersebut. Kuakui belum menemukan klik dengan medsos yang mengizinkan kita bercuap-cuap hanya dengan 280 karakter itu.
Manfaat Branding di Media Sosial
Jika teman-teman bertanya-tanya apa sebenarnya sih manfaat dari menguatkan personal branding kita lewat media sosial, mas Ilham menjelaskannya ke dalam 3 poin:1. Mudah Diingat
Tahu sendiri kan tak banyak orang yang suka membaca di Indonesia, maka menjaring pembaca ke blog itu sebuah tantangan tersendiri. Meski menggiring pembaca ke ranah digital jauh lebih mudah daripada menggiring orang membaca buku fisik, namun tetap saja blog is much more segmented. Apalagi dengan gempuran media sosial yang semakin lebih mudah diakses dan banyak konten visual yang lebih menarik perhatian.Oleh karenanya kita bisa memanfaatkan media sosial sebagai penguatan karakter yang kita miliki. Diharapkan dengan seringnya kita posting niche-niche tertentu yang banyak dibahas di blog, orang akan lebih mudah mengingat kita. Oleh karenanya tak heran jika banyak blogger senior menyarankan untuk menyamakan username media sosial dengan blog kita. Tentu saja agar lebih mudah diingat dan ditemukan.
2. Pasar yang Tepat
Dengan menggunakan bahasa komunikasi yang unik, kita bisa mendapat target pasar yang diinginkan. Harapannya tentu saja ketika target pasar kita sudah terkunci dengan tepat, traffic blog pun akan meningkat. Lalu aku mencoba menghubungkan antara hasil analisa affinity di Google Analytics-ku dengan lebih seringnya aku update Instagram dibandingkan media sosial lainnya.Kalau dipikir-pikir tulisan di blog kutargetkan untuk pembaca dengan usia 25 - 34, namun lucunya dari hasil affinity pembacaku di usia tersebut jauh lebih rendah. Pembaca dengan range usia 18 - 24 justru jauh lebih tinggi. Jika kutebak mungkin ada hubungannya dengan bahasa komunikasi informal yang kugunakan di blog dan media sosial, serta lebih seringnya aku update di Instagram daripada di Facebook.
3. Lebih Dipercaya
Memiliki branding di media sosial bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap diri kita. Misal kita ingin dikenal sebagai food blogger, tapi di media sosial kita nggak pernah tuh mengungah soal masakan, ya orang pun bakal nggak ngeh kalau kita sebenarnya narablog yang suka makan atau masak.Penggunaan bahasa komunikasi yang tepat sasaran juga bisa membuat follower lebih percaya karena merasa sedang berinteraksi dengan orang yang seumuran.
Nah lo, kalau pembaca blogku lebih banyak di usia 18-24 ya benar saja. Saat banyak influencer yang bahas parenting menyapa pembaca dengan moms, dads, parents atau ayah bunda, eh aku nyeleneh aja menyapa pembaca blog dan medsosku dengan pals, wkwk.
5 Prinsip dan Strategi Branding ala Ilham Sadli
Setelah tahu manfaat branding di media sosial, pastinya kita jadi pengen memaksimalkan medsos yang dimiliki kan? Boleh nih contekan dari Coach Ilham dijadikan panduan saat kita ingin mulai membangun branding di media sosial:1. Tentukan Tujuan
Sebagaimana dengan ngeblog, bermain medsos pun harus ada tujuannya. Tujuan ini yang akan menjadi the big why-nya kita dalam membangun branding. Sehingga saat nanti di pertengahan jalan kita mulai oleng, tujuan ini bisa menjadi pegangan untuk kembali tetap pada jalurnya.Jadi mulailah memilih tujuan bermedia sosial, apakah nantinya medsos kita akan digunakan sebagai sarana hiburan, inspirasi, informasi, edukasi, interaksi atau ajakan.
Hmm, kalau aku sebenarnya pengen menjadikan media sosialku sebagai sarana edukasi, informasi dan ajakan terkait parenting, khususnya terkait fatherless dan broken home kids.
Namun sepertinya belum terlalu sampai nih tujuannya, karena masih suka asal bikin konten dan kurang istiqomah dalam niche tersebut. Malah sekarang lebih banyak konten terkait tips-tips menulis dan blogging, harusnya dibedakan nih akunnya hehe.
Survive dari kondisi dan childhood trauma itu tak mudah. Rasa-rasanya pengen jadi support system buat mereka yang sedang berjuang dalam kondisi tersebut.
Contohnya Coach Ilham yang url Twitter-nya tetap menggunakan @Ilhamsadli, tapi nama akunnya Pengagum Rahasiamu. Hmm, kira-kira pasnya aku pakai nama apa ya, pals? Enaknya pakai nama Blogger Cerewet, Tukang Berceloteh, atau Bibir Ndower? Wkwkw… yang pas dengan tagline blogku Zona Bebas Bercerita gitu. Kasih ide dong!
Misal dulu waktu awal-awal BRTnetwork muncul, kita pakai hashtag #bloggerruangtunggu di profil dan cuitan, agar sesama penghuni BRT mengenali dan saling follow deh.
Pesimisme ini ada alasannya. Pertama, aku jarang banget ngetwit. Kedua, followers Twitter pun belum banyak. Sebuah kejutan yang sangat besar ketika giveaway yang kuadakan mendulang ratusan retweet, artinya banyak peserta yang ikutan.
Bayangkan saja selama ini bikin cuitan di Twitter, ada yang retweet 1 akun aja sudah senangnya luar biasa. Menurut pengalaman, postinganku di twitter paling banyak di-retweet itu maksimal 5 kali, belum pernah lebih dari itu. Eh, giveaway yang kubuat hari Rabu lalu bisa mendulang 200an retweet, amazing! Nih, kutunjukkan statistik dari postingan tersebut:
Dari pengalaman membuat giveaway pertama di Twitter, sharing link postingan ke WAG yang tepat sasaran sangat membantu lo. Aku bergabung di sebuah WAG yang isinya emak-emak pecinta kuter. Kuis dan aneka jenis giveaway selalu menarik minat mereka. Saat aku bagikan link postingan bagi-bagi OVO itu ke mereka, eh responnya bagus banget.
Namun sepertinya belum terlalu sampai nih tujuannya, karena masih suka asal bikin konten dan kurang istiqomah dalam niche tersebut. Malah sekarang lebih banyak konten terkait tips-tips menulis dan blogging, harusnya dibedakan nih akunnya hehe.
2. Tentukan Audiens
Yang tak kalah penting adalah menentukan target audiens yang ingin kita capai. Berapa usianya, apa jenis kelaminnya, bagaimana tingkat pendidikannya, di mana tongkrongannya, seperti apa gaya hidup dan bahasanya. Hal-hal ini akan membantu kita dalam membangun karakter akun medsos ke depannya.Kalau ditanya pengennya siapa sih audiens medsos-ku, aku tertarik untuk grabbing attention dari para emak-emak ataupun bapak-bapak muda yang punya pengalaman broken home/ fatherless di masa kecilnya dan mendapat tantangan dalam menjalani rumah tangganya saat ini. Selain itu aku juga pengen sih punya audiens dari kalangan anak muda yang takut nikah atau memulai relationship karena punya pengalaman terkait pola asuh fatherless atau broken home di masa kecilnya.
Survive dari kondisi dan childhood trauma itu tak mudah. Rasa-rasanya pengen jadi support system buat mereka yang sedang berjuang dalam kondisi tersebut.
3. Tentukan Karakter/ Bagaimana Kita Ingin Dikenal
Seperti apakah kita ingin dikenal, apakah emak-emak yang suka ngebanyol, ibu yang serius dan perhatian dengan keluarganya, ataukah emak slengekan. Titik ini akan memandu kita dalam memilih gaya bahasa dan gaya bicara. Misal nih pengen dikenal sebagai sesosok bunda melek parenting yang super bijak, nggak mungkin kan pakai gaya bahasa alay?Pemilihan foto profil, cover dan username juga sangat mendukung seperti apa kita ingin dikenal oleh audiens. Hal penting lainnya adalah mencari apa yang bisa membedakan kita dengan akun lainnya.Hmm, sejujurnya aku nggak pengen dikenal sebagai sosok ibu yang bijak karena aku tak sebijak itu, hahaha. Aku lebih pengen diingat sebagai sosok yang santuy dan bisa jadi teman buat semua kalangan.
Temukan Alasan Kenapa Orang harus Follow akun kita! - Ilham Sadli.
4. Temukan Suara di Akun
Setelah tujuan, audiens dan karakter ditetapkan, saatnya menemukan suara yang ingin kita tampilkan di akun kita. Sapaan seperti apa yang akan kita gunakan kepada audiens.Misal aku memilih Pals sebagai sapaan di blog dan medsos, karena meski sebenarnya menargetkan audiens pada usia 25-34, tapi aku juga nggak mau terkesan serius dan ‘tua’ dengan menyapa mereka menggunakan parents, moms, dads ataupun ayah bunda.
Jujur aku pun sebenarnya tak nyaman disapa bunda atau bu selain oleh anak-anakku, wkwk. Makanya aku lebih memilih sapaan Pals. Tahu artinya nggak hayo?
Jujur aku pun sebenarnya tak nyaman disapa bunda atau bu selain oleh anak-anakku, wkwk. Makanya aku lebih memilih sapaan Pals. Tahu artinya nggak hayo?
5. Konsisten
Awalnya ketika Coach Ilham membagikan ‘Konsisten’ sebagai poin kelima di prinsip branding, kupikir berkaitan dengan intensitas kita update di media sosial. Ternyata nggak hanya sekedar itu. Konsisten itu juga harus terlihat dalam kesesuaian antara nama akun, cover, foto profile dan isi konten yang kita bagikan.Nah, ini… aku baru ingat saat proses nulis artikel ini kalau cover Twitter belum kuganti. Setelah melalui pencarian ke sana ke mari, akhirnya aku merombak tagline Diary Emak Dasteran - Dasteran Boleh, Baperan Jangan menjadi Zona Bebas Bercerita - A Lifestyle Blogger Tells About This and That.
Soalnya aku baru nyadar di rumah lebih nyaman pakai kaos daripada pakai daster, wkwkw. Dan meski aku pengen berbagi lebih banyak tentang parenting, aku juga suka ngobrolin hal-hal lain, makanya kuanggap Emak Dasteran nggak relevan lagi menggambarkan siapa diriku.
Dengan semakin banyaknya pilihan media sosial, nggak bisa dipungkiri kalau rasanya impossible untuk aktif di semua platform. Maka tips pamungkas terkait memilih medsos paling tepat untuk kita dari Coach Ilham adalah menemukan medsos mana yang memiliki potensi lebih besar untuk mendatangkan traffic ke blog.
Buat yang masih bingung bagaimana membangun branding di medsos, saran Coach Ilham, kita harus punya referensi akun yang dijadikan kiblat. Misal pengen membangun branding sebagai parenting blogger, maka carilah media sosial para parenting blogger dan influencer, lalu amati bagaimana gaya bahasa mereka, isi konten yang dibagikan, bagaimana mereka dikenali dan juga konsistensi mereka.
Nah, Twitter ini aku jarang banget menggunakannya. Makanya jadi sebuah PR tersendiri buatku untuk menambah follower dan mengoptimalkan medsos yang satu ini. Untungnya Coach Ilham berbaik hati membagikan tips meningkatkan follower di Twitter. Mau tahu juga, pals?
Selain itu kita juga harus memperhatikan terkait kenyamanan. Jika kita lebih nyaman dengan mode visual yang berestetika tinggi, Instagram adalah pilihan terbaik. Jika kita lebih nyaman dengan family ambiance, maka Facebook adalah tempat terbaik. Sementara kalau kita lebih sering ngoceh, Twitter adalah tempat paling pas.Dan sungguh sejujurnya sampai saat ini aku belum nemu mana medsos paling cocok denganku, wkwk. Mau fokus ke Instagram tapi feed dan story ya gitu-gitu aja. Mau fokus ke Facebook (lagi), tapi mulai malas kalau musim PEMILU atau PILKADA, wkwk. Ada aja aneka perang di Facebook tuh, bikin puyeng. Sebenarnya sih paling seneng ngoceh, tapi belum dapat kliknya di Twitter. Hmm, mungkin harus dibiasakan ya biar tumbuh cintanya?
Buat yang masih bingung bagaimana membangun branding di medsos, saran Coach Ilham, kita harus punya referensi akun yang dijadikan kiblat. Misal pengen membangun branding sebagai parenting blogger, maka carilah media sosial para parenting blogger dan influencer, lalu amati bagaimana gaya bahasa mereka, isi konten yang dibagikan, bagaimana mereka dikenali dan juga konsistensi mereka.
Meningkatkan Follower Twitter
Berhubung aku mulai tertarik untuk membangun branding di Twitter, aku kepo dong bagaimana cara meningkatkan follower si burung biru ini. Kalau di Instagram dan Facebook, insya Allah aku udah cukup oke lah dengan jumlah follower dan teman yang kumiliki, tinggal memoles branding agar lebih spesifik.Nah, Twitter ini aku jarang banget menggunakannya. Makanya jadi sebuah PR tersendiri buatku untuk menambah follower dan mengoptimalkan medsos yang satu ini. Untungnya Coach Ilham berbaik hati membagikan tips meningkatkan follower di Twitter. Mau tahu juga, pals?
1. Menggunakan Nama Unik
Aku baru ngeh kenapa banyak teman-teman blogger mengubah nama akun Twitter mereka jadi aneh-aneh. Ternyata memang seperti itu cara kerja di Twitter. Untuk mendapat perhatian dari audiens, nama akun yang biasa aja tidak akan membuat mereka menoleh. Url-nya sih nggak perlu diganti, cukup mengganti nama akun yang tampak di profil saja.Contohnya Coach Ilham yang url Twitter-nya tetap menggunakan @Ilhamsadli, tapi nama akunnya Pengagum Rahasiamu. Hmm, kira-kira pasnya aku pakai nama apa ya, pals? Enaknya pakai nama Blogger Cerewet, Tukang Berceloteh, atau Bibir Ndower? Wkwkw… yang pas dengan tagline blogku Zona Bebas Bercerita gitu. Kasih ide dong!
2. Buat Konten yang Unik
Jadilah berbeda dan munculkan sisi ‘gue banget’ di medsos yang kita miliki. Misalnya sama-sama parenting atau food blogger, tapi pasti ada sisi berbeda yang bisa kita jual kepada audiens. Sesuatu yang lain dan unik dibandingkan parenting dan food blogger lainnya. Misal kita hanya fokus membagikan jajanan murah meriah yang banyak dijual di pinggir jalan.Buat yang masih kebingungan menentukan konten seperti apa untuk dibagikan di media sosial, kita bisa melakukannya dengan menganalisa statistik. Caranya yaitu dengan mencoba berbagai konten berbeda selama satu minggu, lalu dicek deh di statistik, mana konten yang paling ramai menuai engagement. Maka selanjutnya kita bisa mengembangkan konten-konten baru dari konten tersebut.
Misal, hari Senin kita share tentang keuangan, hari selasa kita share tentang tips pernikahan, hari Rabu kita share tentang drama korea. Kita tengok deh di antara tiga postingan itu mana yang lebih banyak reply, retweet, like dan impresinya. Kalau tema tentang drama korea yang paling banyak disukai oleh audiens, teruskan aja cuitan tentang drakor lain di kemudian hari.
Nah, aku pengen banyak berceloteh tentang fatherless dan hubungannya dengan kesehatan mental di kemudian hari. Karena aku suka nonton film dan drama bertema psikologi, aku suka tuh cari drama yang punya insight terkait tema parenting. Cucok meong nggak, pals?3. Interaksi dan Muncul di Konten Viral
Interaksi adalah hal terpenting dalam media sosial. Saling memberikan komentar di medsos bisa meningkatkan engagement. Kalaupun benar-benar tak punya waktu, setidaknya berikan like atau love di setiap komentar yang masuk di medsos kita. Namun paling oke sih membalas komennya ya, agar audiens merasa lebih dihargai, meski hanya jawaban sederhana semacam “terima kasih atas sarannya ya.”Selain melakukan interaksi, sesekali carilah konten yang sedang viral di Twitter dan tinggalkan komentar yang rada nyeleneh sehingga audiens akan tertarik dengan cuitan kita. Harapannya setelah tertarik tentunya akan menengok profil dan jadi followers deh.
4. Mutualan Bersama
Kalau di ranah blogger ada blogwalking, maka di Twitter ada yang namanya mutualan. Yaitu saling follow, like dan komen dengan sesama pengguna Twitter. Biasanya kita menggunakan hashtag agar lebih mudah pencarian teman sejenis, eeh maksudnya?Misal dulu waktu awal-awal BRTnetwork muncul, kita pakai hashtag #bloggerruangtunggu di profil dan cuitan, agar sesama penghuni BRT mengenali dan saling follow deh.
5. Giveaway
Tips pamungkas dalam menambah jumlah follower Twitter yaitu dengan mengadakan giveaway. Aku sempat pesimis sih dengan hal ini. Karena aku pernah bikin giveway kecil-kecilan di Instagram dan Facebook, nggak terlalu ada dampaknya. Apalagi di Twitter, pikirku.Pesimisme ini ada alasannya. Pertama, aku jarang banget ngetwit. Kedua, followers Twitter pun belum banyak. Sebuah kejutan yang sangat besar ketika giveaway yang kuadakan mendulang ratusan retweet, artinya banyak peserta yang ikutan.
Bayangkan saja selama ini bikin cuitan di Twitter, ada yang retweet 1 akun aja sudah senangnya luar biasa. Menurut pengalaman, postinganku di twitter paling banyak di-retweet itu maksimal 5 kali, belum pernah lebih dari itu. Eh, giveaway yang kubuat hari Rabu lalu bisa mendulang 200an retweet, amazing! Nih, kutunjukkan statistik dari postingan tersebut:
Tips Sukses Bikin Giveway di Twitter
Buatku ini prestasi yang membanggakan selama aku memiliki Twitter. Bikin event bagi-bagi hadiah ini sebenarnya merupakan tugas dari kelas Growthing. Yang menarik, di antara semua peserta kelas ini, kenapa postinganku termasuk yang paling banyak diikuti? Padahal kalau dilihat dari jumlah followers, ada teman-teman yang memiliki pengikut lebih banyak.Dari pengalaman membuat giveaway pertama di Twitter, sharing link postingan ke WAG yang tepat sasaran sangat membantu lo. Aku bergabung di sebuah WAG yang isinya emak-emak pecinta kuter. Kuis dan aneka jenis giveaway selalu menarik minat mereka. Saat aku bagikan link postingan bagi-bagi OVO itu ke mereka, eh responnya bagus banget.
Dari hasil pengamatanku selanjutnya, penggunaan hashtag #giveaway sangat membantu postinganku ini naik dan ditemukan oleh lebih banyak kuter (kuis hunter). Tak kusangka event yang hadiahnya kecil-kecilan ini tetap menarik perhatian para kuter.
Seneng deh merasa berhasil meningkatkan 'penjualan diriku' dengan event sederhana ini. Keberhasilan kecil ini membuatku bangga dan girang sepenuh hati. Seakan-akan aku telah berhasil menjadi seorang social media agency bagi diri sendiri, wkwk.
Dampak dari giveaway yang kuposting hari Rabu lalu memang terasa banget sih, follower-ku yang sebelumnya 2590 kini beranak menjadi 2800an. Lumayan banget kan? Impresinya pun tinggi. Saat aku mencoba posting cuitan lain, eeeh ndlosor lagi dong impresinya, wkwk.
Alhamdulillah, giveaway pertamaku sudah berjalan dengan lancar. Resmi kututup tadi jam 20.00. Nah, kejutan yang kujanjikan di awal postingan yaitu... deng deng deng deng….
Dampak dari giveaway yang kuposting hari Rabu lalu memang terasa banget sih, follower-ku yang sebelumnya 2590 kini beranak menjadi 2800an. Lumayan banget kan? Impresinya pun tinggi. Saat aku mencoba posting cuitan lain, eeeh ndlosor lagi dong impresinya, wkwk.
Alhamdulillah, giveaway pertamaku sudah berjalan dengan lancar. Resmi kututup tadi jam 20.00. Nah, kejutan yang kujanjikan di awal postingan yaitu... deng deng deng deng….
2 Pemenang Giveaway di Akun Twitter @maritaningtyas goes to:Kepada kedua pemenang silakan DM nama, domisili dan nomor OVO-nya ya! Terima kasih untuk seluruh peserta yang sudah berpartisipasi. Jangan bosan-bosan untuk ikutan event-event berikutnya!
- Akun Pengen Makan @indomiekariaym
- Akun Elizabeth Maria @elizabethmf2202
Hmm, jadi nagih pengen bikin giveway lagi nih. Ada yang mau kolaborasi denganku?
Aku kayaknya nggak asing deh sama Bang Ilham Sadli. Mungkin sering muncul di medsosku kali ya.
ReplyDeleteTernyata ketakutan yang kadang menghambat kita ya mba. Padahal klo dilakuin hasilnya bikin terkejut, hhee.
ReplyDeleteUnik banget dong status-status a Ilham itu, tadinya kupikir beliau blogger biasa kayak aku. Saking kalau liat tweetnya bahas yang ringan2. Eh tau2nya coach. Pernah ikut webinar dengan beliau. Lalu menjadi juara menulis di blog yang mungkin saja kirinya beliau. Hehehe Daebak emang.
ReplyDeleteSoal giveaway sebagai cara meningkatkan followers di twitter. sangat menarik untuk di ikuti.
Ya ampun seru banget materinya Mar. Jadi ikutan belajar. Selama ini saya masih kesulitan buat memahami twitter dan instagram.
ReplyDeleteHihi beliau emang nyentrikkk banget yyaa mbaa. Wakttu itu juga follower ku dari 500 naik jadi 1000 sekarang hahaha. Tapi tetep blm nemu nyawa di twitter. Kayaknya memang tiap orang punya pasarnya sendiri
ReplyDelete