Kalau di IPA, fisika atau kimia seringkali jadi pelajaran yang dihindari. Maka sejarah biasanya jadi pelajaran yang dihindari di jurusan IPS. Jujur, aku termasuk yang menghindari pelajaran ini dulunya. Eh ternyata saat masuk di jurusan Bahasa, sejarah justru jadi salah satu mata kuliah wajib.
Nggak cuma sejarah bangsa sendiri, tapi juga sejarah bangsa lain. Tapi ya memang sejarah, budaya dan bahasa kan tidak bisa dipisahkan ya. Masa mau belajar bahasa kok ogah belajar sejarah, hehe.
Dari situlah aku mulai agak menyukai pelajaran sejarah. Bertambah usia, aku justru semakin menggemari sejarah. Apalagi sekarang tayangan-tayangan sejarah dibuat secara menarik, tidak semembosankan buku pelajaran sejarah waktu sekolah.
Nah, hari Jum’at, 28 Agustus 2020 lalu, aku mampir ke Instagram Live-nya teh Ani Berta. Materinya nampol banget buat orang-orang yang meremehkan sejarah. Kita diajak membuka mata apa sih pentingnya belajar sejarah.
Ngapain bahas masa lalu, buang-buang waktu, mending fokus pada masa sekarang dan masa depan.
Begitulah kalimat-kalimat yang banyak dilontarkan ketika disodorkan pertanyaan pentingkan belajar sejarah. Kalau kalian setuju nggak, pals dengan dua pendapat di atas?
Asep Kambali, seorang sejarawan dan founder Komunitas Historia, menyampaikan bahwa ada banyak manfaat dari belajar sejarah.
Kang Asep menyampaikan bahwa banyak masyarakat yang salah kaprah mengatakan sejarah hanya melulu membahas soal masa lalu. Menurut Brittania Ensiklopedia, sejarah itu tidak hanya masa lalu, tapi juga berhubungan dengan masa kini dan masa depan.
Tidak akan mungkin ada kemerdekaan, tanpa ada perjuangan di masa lalu. Sebagaimana tidak mungkin akan ada generasi gemilang di Indonesia di tahun-tahun ke depan jika tak ada perjuangan di masa sekarang.
Dalam bahasa Arab, sejarah disebut dengan sajaratun yang artinya silsilah. Sementara dalam bahasa Inggris, sejarah disebut dengan istilah history, yang mengacu pada his story. Memang benar jika ada yang mengatakan bahwa sejarah ada yang direkayasa. Karena dulu yang punya catatan sejarah hanyalah para penguasa, itu kenapa di Inggris disebut His Story. His merajuk pada penguasa yang kebanyakan laki-laki.
Sejarah para penguasa itu ditulis oleh para juru tulisnya. Biasanya jika ada kejadian memalukan atau hal buruk, juru tulis akan bertanya pada penguasa, apakah kejadian itu perlu dicatat. Jika penguasa bilang tidak perlu, maka juru tulis tidak akan mencatatnya.
Itulah asal muasal kenapa sejarah disebut sesuatu yang penuh rekayasa. Namun jangan hanya lihat dari sisi negatifnya saja. Karena sejarah tidak terbatas pada hal-hal yang tertulis di atas kertas.
Sejarah memang bisa saja ditulis oleh para pemenang dan penguasa. Namun masa depan diciptakan oleh mereka yang berjuang. Maka jika ingin nama kita dikenang dalam sejarah, setidaknya dalam sejarah keluarga, berjuanglah untuk mengukir hal-hal yang baik dan bermanfaat.
Pada mereka yang berkata bahwa sejarah bukanlah hal penting, Kang Asep memberikan sebuah analogi;
Dari situlah aku mulai agak menyukai pelajaran sejarah. Bertambah usia, aku justru semakin menggemari sejarah. Apalagi sekarang tayangan-tayangan sejarah dibuat secara menarik, tidak semembosankan buku pelajaran sejarah waktu sekolah.
Nah, hari Jum’at, 28 Agustus 2020 lalu, aku mampir ke Instagram Live-nya teh Ani Berta. Materinya nampol banget buat orang-orang yang meremehkan sejarah. Kita diajak membuka mata apa sih pentingnya belajar sejarah.
Pentingkah Belajar Sejarah?
Buat apa belajar sejarah, sejarah banyak direkayasa.Ngapain bahas masa lalu, buang-buang waktu, mending fokus pada masa sekarang dan masa depan.
Begitulah kalimat-kalimat yang banyak dilontarkan ketika disodorkan pertanyaan pentingkan belajar sejarah. Kalau kalian setuju nggak, pals dengan dua pendapat di atas?
Asep Kambali, seorang sejarawan dan founder Komunitas Historia, menyampaikan bahwa ada banyak manfaat dari belajar sejarah.
Kang Asep menyampaikan bahwa banyak masyarakat yang salah kaprah mengatakan sejarah hanya melulu membahas soal masa lalu. Menurut Brittania Ensiklopedia, sejarah itu tidak hanya masa lalu, tapi juga berhubungan dengan masa kini dan masa depan.
Tidak akan mungkin ada kemerdekaan, tanpa ada perjuangan di masa lalu. Sebagaimana tidak mungkin akan ada generasi gemilang di Indonesia di tahun-tahun ke depan jika tak ada perjuangan di masa sekarang.
Dalam bahasa Arab, sejarah disebut dengan sajaratun yang artinya silsilah. Sementara dalam bahasa Inggris, sejarah disebut dengan istilah history, yang mengacu pada his story. Memang benar jika ada yang mengatakan bahwa sejarah ada yang direkayasa. Karena dulu yang punya catatan sejarah hanyalah para penguasa, itu kenapa di Inggris disebut His Story. His merajuk pada penguasa yang kebanyakan laki-laki.
Sejarah para penguasa itu ditulis oleh para juru tulisnya. Biasanya jika ada kejadian memalukan atau hal buruk, juru tulis akan bertanya pada penguasa, apakah kejadian itu perlu dicatat. Jika penguasa bilang tidak perlu, maka juru tulis tidak akan mencatatnya.
Itulah asal muasal kenapa sejarah disebut sesuatu yang penuh rekayasa. Namun jangan hanya lihat dari sisi negatifnya saja. Karena sejarah tidak terbatas pada hal-hal yang tertulis di atas kertas.
Sejarah memang bisa saja ditulis oleh para pemenang dan penguasa. Namun masa depan diciptakan oleh mereka yang berjuang. Maka jika ingin nama kita dikenang dalam sejarah, setidaknya dalam sejarah keluarga, berjuanglah untuk mengukir hal-hal yang baik dan bermanfaat.
Pada mereka yang berkata bahwa sejarah bukanlah hal penting, Kang Asep memberikan sebuah analogi;
tak memiliki sejarah itu seperti dengan orang yang mengalami amnesia total. Artinya, orang itu bukan hanya tak mengenal siapa dirinya dan keluarganya, tapi sampai lupa caranya berjalan dan berbicara. Bagaimana rasanya?Begitu juga ketika kita tak mau tahu-menahu soal sejarah, apa jadinya? Kita tak akan punya arah dan pijakan. Sejarah adalah memori kolektif, baik dari individu ataupun kelompok dan bangsa. Dengan sejarah, gerbang ke masa lalu dan ke masa depan bisa terbuka. Sejarah bisa membuat kita berkaca dan menerawang menembus waktu. Dengan sejarah, kita akan tahu apakah usaha yang kita lakukan sudah sesuai track atau belum.
Kalau mau tahu sejarah, kita harus tahu apa yang sudah dilakukan para pendahulu. Ingat dong Jas Merah? Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Dari kisah para pendahulu, kisah nenek kakek kita, ada banyak hal yang bisa kita pelajari. Kisah tentang perjuangan dan bertahan hidup. Kisah meraih kesuksesan. Kisah membangun rumah tangga. Dan ada banyak jutaan kisah lainnya yang bisa kita ambil hikmahnya di dalam sejarah.
Sejarah itu ada karena diciptakan. Jika kita ingin sukses di masa depan , maka lakukan ikhtiar terbaik sejak hari ini. Sehingga kelak kesuksesan kita akan menjadi sejarah dan tercatat di masa depan.
Belajar Sejarah, Belajar Mencintai Sesama
Sebagaimana yang kusampaikan di pembuka tulisan ini, ketika kita belajar bahasa dan budaya, sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang tak bisa dihindari. Kang Asep juga menyampaikan bahwa belajar sejarah secara tidak langsung telah menggiring kita untuk mempelajari budaya orang lain.Sejarah juga membantu kita memahami karakter dan budaya sebuah suku bangsa. Misal di Jawa, ketika kita dimarahi, kita diajarkan untuk menunduk. Namun di Indonesia Timur, jangan kaget kalau kita melihat seorang guru yang memarahi muridnya, si murid justru akan menatap mata dan wajah gurunya lekat-lekat. Bukan karena kurang ajar, tapi justru seperti itulah budaya di sana. Bahwa cara menghormati orang yang lebih tua adalah dengan menata mata dan wajah lekat-lekat saat diajak bicara, apalagi saat dimarahi.
Coba kalau kita tidak mempelajari sejarah dan asal-usul kebudayaan ini, pasti kita akan berburuk sangka bahwa orang-orang Indonesia Timur adalah orang-orang yang tidak sopan. Beda cerita kalau kita belajar sejarah, kita akan maklum dan bisa memahami hal tersebut.
Begitu juga halnya dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain. Misal kita bertemu dengan orang yang suka ngegas, toxic atau susah dinasehati, kita mungkin akan menggeneralisasi bahwa orang tersebut nggak asyik diajak berteman. Namun ketika kita mencari tahu sejarah di balik sikap orang tersebut, bagaimana dia dibesarkan, bagaimana pola asuh di rumahnya, kita jadi lebih mudah memahami sikap-sikapnya yang mungkin menyebalkan.
Makna Sejarah Buatku
Sejarah buatku tak hanya sekedar tentang para pahlawan. Bagaimana aku dilahirkan dan dibesarkan juga sebuah sejarah. Sejarah yang kemudian membentuk pola pikir, perilaku dan segala hal yang ada pada diriku saat ini.Pernah di satu titik aku mengingkari sejarah hidupku. Aku berkeluh-kesah pada Allah, kenapa sih harus aku yang melalui peristiwa-peristiwa berat ini. Aku pernah singgah pada masa penolakan terhadap segala hal yang terjadi dalam hidupku.
Kalau saja dulu bapak ibu bercerai, mungkin aku tak setrauma ini. Atau… kalau saja bapak ibu dulu bisa berumahtangga dengan harmonis, mungkin aku tak tumbuh jadi sosok yang pemarah.
Aku terus menyalahkan sejarah setiap harinya. Lalu apakah sejarah berubah? Tentu tidak. Yang ada aku justru semakin terpuruk semakin dalam. Terpuruk untuk meratapi masa lalu dan tidak bergerak ke masa depan. Cukup lama aku bergelut dengan keterpurukan ini. Terus bertanya mengapa begini dan begitu, tapi tak kunjung menemukan jawabannya.
Hingga ketika aku menjadi istri dan ibu, semua yang kucari pada akhirnya menemukan jawabannya. Sejarah yang kualami di masa kecil dan remaja adalah jalan Allah untuk membuatku belajar. Belajar untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.
Aku bersyukur karena dipertemukan dengan sosok pria yang memiliki background sejarah mirip dengan keluargaku, sehingga kami bisa merumuskan visi misi keluarga yang hingga kini menguatkan kami agar tetap pada track-nya.
Sebagaimana ucapan Kang Asep,
Mata rantai pengasuhan yang tak tepat harus diputus. Sejarah pengasuhan yang baru harus dimulai, sehingga nantinya anak-anak kami bisa tumbuh menjadi orangtua-orangtua yang lebih bahagia. Dengan menjadi orangtua-orangtua yang bahagia, semoga akan semakin banyak terlahir generasi bangsa yang bahagia, tangguh dan bersemangat positif.
Agar tak mengulang kesalahan sejarah keluarga, inilah 3 cara yang kuikhtiarkan:
Meski prestasi akademisku cukup baik di sekolah, jauh di lubuk hatiku aku merasa kesepian dan sendirian. Setiap kali pertikaian orangtua tertangkap telingaku, aku merasa menjadi anak yang tidak berguna. Aku merasa tidak dicintai oleh kedua orangtuaku. Jika orangtuaku sendiri saja tidak mencintaiku, mana mungkin ada orang lain yang bisa mencintai dan menerimaku?
Aku terus terjebak dalam pikiran-pikiran negatif tersebut. Hingga pada akhirnya aku berhasil bangkit dan menyadari bahwa aku tak perlu menuntut orang lain mencintai diriku. Yang terpenting adalah aku harus mencintai diriku sendiri.
Dengan mengembangkan rasa cinta kepada diri sendiri, aku jadi lebih fokus mengembangkan potensi dan bakatku. Aku juga jadi lebih percaya diri dan bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang kuperbuat. Tidak terus-menerus menyalahkan diri sendiri atas keadaan yang tak diinginkan. Kalau teman-teman ingin tahu caraku belajar mencintai diri sendiri, aku sudah menuliskan di artikel Self Love.
Namun seringnya self healing ini akan gagal ketika kita belum melewati tahap self love. Oleh karenanya, buat teman-teman yang merasa belum tuntas dengan masa lalunya, cobalah mulai dengan belajar mencintai diri sendiri. Menerima segala kekurangan dan kelebihan diri. Bahwasanya semua yang ada dalam diri kita adalah anugerah dari Allah yang tentunya sudah sempurna.
Setelah kita berhasil mencintai diri sendiri, barulah proses self healing menjadi lebih mudah dijalani. Aku sendiri sudah belajar beberapa metode self healing. Dari SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) hingga Empowering Innerchild, semuanya bagus. Tapi tidak akan ada hasilnya jika tak dipraktekkan.
Proses self healing pernah kutuliskan dalam beberapa tulisan, salah satunya dalam artikel Membasuh Luka Pengasuhan.
Adakah teman-teman yang mengalami hal sama seperti itu? Jika iya, bisa jadi karena ada hal-hal yang belum tuntas di masa lalu. Itulah mengapa pentingnya self healing sembari belajar parenting.
Jujur sebelum mengenal self love dan self healing, aku lebih dulu belajar parenting karena merasa tak memiliki cukup bekal untuk menjadi seorang ibu dan istri. Apalagi aku merasa tak mempunyai bayangan keluarga yang sempurna. Semakin semangat aku belajar tentang pengasuhan.
Namun ikut parenting ke sana ke mari, ternyata mempraktekkannya bukan hal mudah bagiku. Aku masih sering terpicu oleh hal-hal kecil yang kemudian menyulut emosiku. Semuanya menjadi berbeda setelah aku belajar juga tentang self love dan self healing, mempraktekkan ilmu-ilmu parenting dalam keseharian jauh lebih mudah.
Aku juga jadi lebih bisa memahami bahwa sejatinya tidak ada keluarga yang sempurna. Setiap keluarga pasti punya cerita dan sejarahnya masing-masing. Yang perlu kita lakukan hanyalah belajar dari sejarah tersebut. Hal-hal positif kita tularkan kembali kepada anak-anak kita. Sementara hal-hal negatif jangan sampai terulang lagi.
Sebagaimana film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang menggambarkan bahwa setiap orangtua selalu mengupayakan kebahagiaan bagi anak-anaknya. Sayangnya seringkali anak tak memahami maksudnya. Orangtua juga manusia biasa yang memiliki kesalahan dan keterbatasan. Yakinlah bahwa seburuk-buruknya sejarah yang ditorehkan oleh orangtua kita, mereka masih berhak dan layak atas cinta dan doa-doa dari anak-anaknya.
Aaah, tak kusangka belajar sejarah bisa sedalam ini. Sejarah adalah hadiah terbaik dari Allah untuk setiap hambaNya agar lebih bisa memaknai kehidupannya.
Dengan belajar sejarah kehadiranku di muka bumi, aku kini bisa menghargai keputusan-keputusan kedua orangtuaku. Aku juga bisa memahami keputusan mereka untuk tetap bertahan dalam rumah tangga yang tak harmonis. Aku pun jadi bisa mencintai kesalahan-kesalahan mereka. Mereka memang tidak sempurna, tapi mereka orangtua paling sempurna untukku.
Karena dari kesalahan-kesalahan tersebut, kini aku bisa belajar banyak hal. Kini aku bisa membuka mata lebih lebar bahwasanya hidupku jauh lebih luas dari sepetak rumah. Bahwa masa lalu bukanlah untuk diratapi, namun harus menjadi pelecut untuk bangkit dan hidup secara lebih baik.
Well, kalau teman-teman pengen tahu materi yang disampaikan Kang Asep Kambali seperti apa kok bisa sampai membawaku hingga menuliskannya dengan versi seperti ini? Jangan khawatir karena masih tersimpan di IGTV nya Teh Ani Berta, silakan tengok di sana ya! Nanti kalian juga bisa tahu latar belakang lahirnya UPK (Uang Peringatan Kemerdekaan) 75 yang fenomenal itu.
Aku terus menyalahkan sejarah setiap harinya. Lalu apakah sejarah berubah? Tentu tidak. Yang ada aku justru semakin terpuruk semakin dalam. Terpuruk untuk meratapi masa lalu dan tidak bergerak ke masa depan. Cukup lama aku bergelut dengan keterpurukan ini. Terus bertanya mengapa begini dan begitu, tapi tak kunjung menemukan jawabannya.
Hingga ketika aku menjadi istri dan ibu, semua yang kucari pada akhirnya menemukan jawabannya. Sejarah yang kualami di masa kecil dan remaja adalah jalan Allah untuk membuatku belajar. Belajar untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.
Aku bersyukur karena dipertemukan dengan sosok pria yang memiliki background sejarah mirip dengan keluargaku, sehingga kami bisa merumuskan visi misi keluarga yang hingga kini menguatkan kami agar tetap pada track-nya.
3 Caraku Untuk Tak Mengulang Kesalahan Sejarah di Masa Lalu
Kini aku mengenang sejarah diriku dan keluarga tidak lagi sambil meringis. Meski ada kalanya dada masih terasa berat, lalu air mata menitik dengan hebat. Setidaknya kini aku tahu jalan mana yang harus diambil.Sebagaimana ucapan Kang Asep,
Ketika kita bisa memahami kompleksitas sejarah di mana ada masa lalu, masa kini dan masa depan, sebenarnya kita bisa merancang strategi menuju masa depan yang lebih baik.Ya, dari sejarah hidup yang kualami, bersama suami dan anak-anak, kami merancang rencana keluarga yang lebih baik sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orangtua kami tak lagi terulang di masa ini.
Mata rantai pengasuhan yang tak tepat harus diputus. Sejarah pengasuhan yang baru harus dimulai, sehingga nantinya anak-anak kami bisa tumbuh menjadi orangtua-orangtua yang lebih bahagia. Dengan menjadi orangtua-orangtua yang bahagia, semoga akan semakin banyak terlahir generasi bangsa yang bahagia, tangguh dan bersemangat positif.
Agar tak mengulang kesalahan sejarah keluarga, inilah 3 cara yang kuikhtiarkan:
1. Belajar Mencintai Diri Sendiri
Terlalu lama terpuruk pada childhood traumatic sempat membuatku gagal mencintai diri sendiri. Aku selalu merasa berbeda. Aku sulit beradaptasi di lingkungan baru. Sulit memulai pertemanan dan selalu berburuk sangka pada orang lain.Meski prestasi akademisku cukup baik di sekolah, jauh di lubuk hatiku aku merasa kesepian dan sendirian. Setiap kali pertikaian orangtua tertangkap telingaku, aku merasa menjadi anak yang tidak berguna. Aku merasa tidak dicintai oleh kedua orangtuaku. Jika orangtuaku sendiri saja tidak mencintaiku, mana mungkin ada orang lain yang bisa mencintai dan menerimaku?
Aku terus terjebak dalam pikiran-pikiran negatif tersebut. Hingga pada akhirnya aku berhasil bangkit dan menyadari bahwa aku tak perlu menuntut orang lain mencintai diriku. Yang terpenting adalah aku harus mencintai diriku sendiri.
Dengan mengembangkan rasa cinta kepada diri sendiri, aku jadi lebih fokus mengembangkan potensi dan bakatku. Aku juga jadi lebih percaya diri dan bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang kuperbuat. Tidak terus-menerus menyalahkan diri sendiri atas keadaan yang tak diinginkan. Kalau teman-teman ingin tahu caraku belajar mencintai diri sendiri, aku sudah menuliskan di artikel Self Love.
2. Belajar Self Healing
Sejujurnya antara self healing dan self love ini saling berkaitan. Jika kita merasa memiliki luka di masa lalu yang terjadi karena pengasuhan orangtua di masa kanak-kanak ataupun adanya kekerasan dalam rumah tangga, pastinya kita ingin bangkit kan dari titik tersebut?Namun seringnya self healing ini akan gagal ketika kita belum melewati tahap self love. Oleh karenanya, buat teman-teman yang merasa belum tuntas dengan masa lalunya, cobalah mulai dengan belajar mencintai diri sendiri. Menerima segala kekurangan dan kelebihan diri. Bahwasanya semua yang ada dalam diri kita adalah anugerah dari Allah yang tentunya sudah sempurna.
Setelah kita berhasil mencintai diri sendiri, barulah proses self healing menjadi lebih mudah dijalani. Aku sendiri sudah belajar beberapa metode self healing. Dari SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) hingga Empowering Innerchild, semuanya bagus. Tapi tidak akan ada hasilnya jika tak dipraktekkan.
Proses self healing pernah kutuliskan dalam beberapa tulisan, salah satunya dalam artikel Membasuh Luka Pengasuhan.
3. Belajar Parenting
Banyak yang mengeluh kenapa sih sudah belajar parenting ke sana ke mari tapi tetap saja belum bisa mengelola emosi. Sama anak masih suka ngegas dan nggak sabaran. Secara sadar tahu teorinya kalau membentak apalagi memukul anak adalah hal yang tidak diperbolehkan, namun tetap saja terus dilakukan. Ujung-ujungnya menangis dan menyesali perbuatan yang terus-terusan diulang setiap hari.Adakah teman-teman yang mengalami hal sama seperti itu? Jika iya, bisa jadi karena ada hal-hal yang belum tuntas di masa lalu. Itulah mengapa pentingnya self healing sembari belajar parenting.
Jujur sebelum mengenal self love dan self healing, aku lebih dulu belajar parenting karena merasa tak memiliki cukup bekal untuk menjadi seorang ibu dan istri. Apalagi aku merasa tak mempunyai bayangan keluarga yang sempurna. Semakin semangat aku belajar tentang pengasuhan.
Namun ikut parenting ke sana ke mari, ternyata mempraktekkannya bukan hal mudah bagiku. Aku masih sering terpicu oleh hal-hal kecil yang kemudian menyulut emosiku. Semuanya menjadi berbeda setelah aku belajar juga tentang self love dan self healing, mempraktekkan ilmu-ilmu parenting dalam keseharian jauh lebih mudah.
Aku juga jadi lebih bisa memahami bahwa sejatinya tidak ada keluarga yang sempurna. Setiap keluarga pasti punya cerita dan sejarahnya masing-masing. Yang perlu kita lakukan hanyalah belajar dari sejarah tersebut. Hal-hal positif kita tularkan kembali kepada anak-anak kita. Sementara hal-hal negatif jangan sampai terulang lagi.
Sebagaimana film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang menggambarkan bahwa setiap orangtua selalu mengupayakan kebahagiaan bagi anak-anaknya. Sayangnya seringkali anak tak memahami maksudnya. Orangtua juga manusia biasa yang memiliki kesalahan dan keterbatasan. Yakinlah bahwa seburuk-buruknya sejarah yang ditorehkan oleh orangtua kita, mereka masih berhak dan layak atas cinta dan doa-doa dari anak-anaknya.
Aaah, tak kusangka belajar sejarah bisa sedalam ini. Sejarah adalah hadiah terbaik dari Allah untuk setiap hambaNya agar lebih bisa memaknai kehidupannya.
Dengan belajar sejarah kehadiranku di muka bumi, aku kini bisa menghargai keputusan-keputusan kedua orangtuaku. Aku juga bisa memahami keputusan mereka untuk tetap bertahan dalam rumah tangga yang tak harmonis. Aku pun jadi bisa mencintai kesalahan-kesalahan mereka. Mereka memang tidak sempurna, tapi mereka orangtua paling sempurna untukku.
Karena dari kesalahan-kesalahan tersebut, kini aku bisa belajar banyak hal. Kini aku bisa membuka mata lebih lebar bahwasanya hidupku jauh lebih luas dari sepetak rumah. Bahwa masa lalu bukanlah untuk diratapi, namun harus menjadi pelecut untuk bangkit dan hidup secara lebih baik.
Well, kalau teman-teman pengen tahu materi yang disampaikan Kang Asep Kambali seperti apa kok bisa sampai membawaku hingga menuliskannya dengan versi seperti ini? Jangan khawatir karena masih tersimpan di IGTV nya Teh Ani Berta, silakan tengok di sana ya! Nanti kalian juga bisa tahu latar belakang lahirnya UPK (Uang Peringatan Kemerdekaan) 75 yang fenomenal itu.
Akhir kata, jangan lelah belajar sejarah. Belajar sejarah keluarga akan membuat kita lebih mencintai apa yang kita miliki hari ini. Belajar sejarah diri orang lain akan membantu kita untuk memahami orang lain dengan lebih bijak.Yuk, kita isi hari-hari dengan positif dan bermanfaat, sehingga hasilnya di masa depan juga baik. Jika kita menebarkan hal-hal positif, kita pun juga akan menerima hal yang positif. Jika kita menorehkan sejarah yang positif, kelak anak cucu pun insya Allah akan terus melakukan hal-hal positif tersebut.
Sepakat sekali, sejarah memang harus dipelajari, dengan begitu kita bisa memproyeksikan akan menjadi lebih baik. Tanpa sejarah kita tidak akan tahu, benar begitu sayangku?
ReplyDeleteSama seperti saya, awalnya sejarah itu acuannya ya nama pahlawan dan keheroikannya. Hehehe ...
ReplyDeleteTernyata masa lalu juga sejarah ya. Dan sebagai orang tua, bener banget belajar pada pengalaman (baca sejarah) itu ada banyak untungnya. Jangan samai anak sendiri mengalami apa yg kita alami
BElajar sejarah sangat bermanfaat sekali. Masa lalu adalah hal yang perlu dipelajari baik dan buruknya agar tatap masa depan.
ReplyDeleteTernyata sejarah banyak sekali manfaatnya ya. Selain belajar juga untuk memperbaiki diri. Selama ini banyak yang suka lupa sejarah soalnya
ReplyDeleteYup! Jangan lupakan sejarah meskipun mungkin ada kejadian kurang mengenakkan. Tetapi, setidaknya kita bisa belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama
ReplyDeleteHahhaaa..aku banget, alasan masuk kelas IPA Fisika karena ku ga suka, membosankan dan jenuh, ga ada banget tantangan * gaya banget yak.
ReplyDeleteDan ternyata sejarah tuh bisa dipelajari dan memahami, apalagi sejarah tentang keluarga.
Aku suka banget pelajaran sejarah dan tulisan ini yup aku setuju deh soalnya sejarah bisa memberikan pelajaran banyak terutama soal parenting hehe
ReplyDeleteDan kita pun dapat menciptakan sejarah sendiri :)
ReplyDeleteNgeblog juga bagian dari sejarah.
Tulisannya sangat padat berisi Mba.
Jadi bener ya kalau dibilang perempuan itu ahli sejarah 😂😂
ReplyDeleteKidding ya mbak. Sejarah itu memang perlu diingat dan dijadikan pondasi di memory utk mengingatkan supaya kita jangan bablas ke depannya kalau pernah ngalamin hal buruk ye ga 😘
oh benar juga ya mbak, sejarah masa lalu juga yang membangun kita hari ini. dan kita belajar lebih baik dari sejarah
ReplyDelete"Yakinlah bahwa seburuk-buruknya sejarah yang ditorehkan oleh orangtua kita, mereka masih berhak dan layak atas cinta dan doa-doa dari anak-anaknya."
ReplyDeleteSaya berkaca-kaca di bagian ini. Dan ya ... kita di masa sekarang adalah bagian dari bentukan diri kita di masa yang lalu, bukan? Jadi kenapa harus nggak suka belajar sejarah?
Nah aku salah satu siswa yang nggak terlalu suka pelajaran Sejarah kak soalnya gurunya dulu ngebosenin wkwk makin ngantuk deh. Tapi kayaknya kalo Guru Sejarahnya asik bakal asik deh belajar Sejarah iyakan kak? hihi
ReplyDeleteBener banget. Salah satu cara agar tidak mengulangi kesalahan yg sama, adalah dengan menncintai diri sendiri dan berdamai dengan masa lalu. Gak mudah memang, tapi harus dicoba. Makasih Mba udah sharing ya
ReplyDeleteAh semakin menangkap makna js merah, jangan sekali sekali melupakan sejarah... Dari sejarah kita mendapatkan pembelajaran..
ReplyDeleteSejarah nih dulu matpel favoritku, di SMP dan SMA
ReplyDeleteGuru-gurunya ciamik dalam menyampaikan materi
Sehingga saya merasa sangat beruntung
Sejarah = jati diri bangsa, gimana mau melangkah kalo ngga tau jati diri ^^
Bicara tentang Sejarah, jadi ingat dulu selama kurang lebih 9 tahun aku belajar Tarikh yaitu pelajaran yang membahas mengenai Peristiwa-peristiwa di masa lampau (Sejarah Islam). Waktu yg segitu lama harusnya banyak yg nempel ya, tetapi karena dulu gak suka jadinya belajarnya kurang serius, hikss. Malah sekarang, setelah menikah dan punya Anak, kembali membuka buku2 lama dan tertarik untuk mempelajari Tarikh sedikit demi sedikit dan menceritakannya kembali ke Anak-anak, wkwk
ReplyDeleteSelf love dan self healing. Secara teori memang kelihatannya mudah ya. Tapi prakteknya, Butuh perjuangan yg luar biasa.
ReplyDeleteBtw menarik banget sharing mengenai masa lalu ini, tak hanya sejarah bangsa tapi juga personal.
Huwaaa iya banget self love ini harus dn kudu banget dimiliki, aku jg masih belajar akan hal ini mba
ReplyDeleteBagi aku , belajar dan tahu tentang sejarah itu penting banget, semua yang berhubungan dengan sejarah itu sangat menarik .
ReplyDeleteSejarah tentang sebuah tempat, tentang sebuah negara, sejarah perusahaan dan lainnya. Kalau nenek aku cerita sejarah tentang saat beliau waktu kecilpun , itu sesuatu yang berharga buat aku.
Banyak hal yang dipelajari dari sejarah ya. Jadi jangan lupakan sejarah ya
ReplyDeleteSaya suka sekali sejarah, Mbak. Ini pelajaran favorit saya dari kecil sampai sekarang :)
ReplyDeleteBelajar sejarah emang penting yah mba buat nambah informasi mengenai sejarah
ReplyDelete