Selama 2 pekan sebelum para santri memulai aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara aktif, para wali santri alias orangtuanya harus mengikuti kajian bertemakan tazkiyatun nafs. Selama 12 kali pertemuan, ada banyak sekali catatan yang bisa menjadi pengingat bagi diri. Aku merasa sayang kalau catatan itu kusimpan sendirian. Maka mulai hari ini insya Allah satu per satu catatan itu aku akan bagikan di sini. Semoga bermanfaat untuk kita semua ya.
Kajian sesi pertama yang mengangkat tema Ayat-ayat Pendidikan berlangsung pada hari Selasa, 14 Juli 2020. Sebuah pembukaan yang menarik karena langsung menghadirkan gurunda Ustaz Budi Ashari. Dalam kajian ini Ustaz Budi membagikan beberapa ayat pendidikan yang ada di dalam Al Quran. Diharapkan dengan mengetahui ayat-ayat tersebut, para wali santri semakin terbuka bahwa tujuan pendidikan itu lebih dari sekedar nilai dan angka-angka.
Ustaz M. Fitrian Kadir, peneliti di Tim Baitul Hikmah membuka kajian pagi itu dengan sebuah pengingat yang indah.
Mana yang akan kita pilih; fokus pada keburukan suatu masalah, ataukah fokus pada kebaikan-kebaikan yang hadir bersamaan dengan masalah tersebut?Setelah dibuka oleh Ustaz Fitrian, Ustaz Galan menyampaikan tujuan diadakan sekolah orangtua sebelum masuk ke pembelajaran para santri di bulan Agustus. Dikarenakan banyaknya curhatan dari para orangtua, bahwa banyak anak yang kurang terkontrol saat di rumah, maka yang perlu dikuatkan dalam masa seperti ini adalah orangtuanya.
Jika orangtua kuat, mereka bisa membersamai buah hati dengan maksimal. Sebelum anaknya belajar, ortunya yang belajar.Dikuatkan lagi oleh Ustaz Waalid Ilham, bahwa sejatinya Covid-19 adalah kurikulum yang langsung diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya. Maka mari kita jalani kurikulum ini dengan semangat dan terus menguatkan niat.
13 Ayat tentang Pendidikan
Setelah materi-materi pembuka yang disajikan tak kalah menarik, tibalah waktunya Ustaz Budi menyampaikan 13 ayat yang berisi peringatan-peringatan dari Allah berkaitan dengan ilmu. Apa sajakah ayat-ayat tersebut?1. Al Quran Surat Al Anbiya: 24
Ayat ini berisi tentang peringatan agar manusia berhati-hati terhadap kebodohan. Kebodohan bisa menyebabkan berpaling.Banyak orang berulah aneh di medsos, memusuhi Islam, menolak dan mengejek syariat, kita boleh membantah dan meluruskan. Tapi tetap harus ada pula yang berperan dalam mengedukasi orang-orang tersebut. Mereka yang menolak dan mengejek pada dasarnya karena mereka belum paham syariat tersebut.
Misal soal warisan, banyak yang merasa tata cara warisan dalam Islam merugikan perempuan. Padahal kalau kita memahami syariatnya secara benar, tidak seperti itu, justru merupakan cerminan bagaimana Allah menjaga perempuan sebenar-benarnya.
Kalau kita konsisten membagikan yang al haq, maka akan banyak orang yang tercerahkan. Maka masalah-masalah dalam masyarakat akan menemukan solusinya.
2. Al Baqarah: 78
Ilmu yang dihapal = buta huruf.Buat kita, buta huruf secara literally adalah tidak bisa baca tulis. Namun ternyata kalau kita pahami lebih dalam ayat ini, apabila kita hanya bisa membaca sesungguhnya kita belum benar-benar lepas dari buta huruf.
Amani: hanya angan-angan/ bacaan/ hafalan.
Orang itu masih disebut buta huruf, dianggap belum mengetahui al Quran, kalau masih sebatas bacaan dan hafalan. Ilmunya masih sebatas dugaan.
Akan tiba masanya gelombang kebangkitan Islam seperti ini:
- Gelombang kebangkitan Islam yang pertama, banyak orang berbondong-bondong belajar baca Al Quran
- Gelombang kebangkitan Islam yang kedua, banyak orang berbondong-bondong belajar hafal Al Quran
Namun jangan hanya berhenti pada dua gelombang itu saja. Untuk bisa mengilmui Al Quran, kita tak bisa sekedar baca dan hafal, kita harus PAHAM.
3. Al Baqarah: 145
Hati-hati dengan ilmu yang mengikuti hawa nafsu.Jangan sampai menjadi orang yang sudah berilmu tapi dikuasai hawa nafsu. Hawa nafsu adalah musuh ilmu yang sesungguhnya.
4. An Najm 29 - 30
Lantas apa target pendidikan anak-anak kita? Kalau dunia, ya sudah pasti anak-anak akan jauh dari Allah. Maka, ubahlah target pendidikan anak-anak kita agar senantiasa dekat dengan Allah.
5. Ar Ruum: 7
Jangan heran kalau sekarang banyak ilmu yang tak menghadirkan solusi karena capaiannya hanya kulitnya saja dan melalaikan akhirat. Ilmu-ilmu dhohir, posisinya ada di bawah. Kita harus mampu kuasai ruhnya.
6. Az Zumar: 49
Sudah tabiat manusia ketika mendapat musibah, mereka akan berdoa kepada Allah meminta diberikan solusi. Namun ketika Allah sudah memberikan nikmat, manusia seringkali dengan mudah membanggakan bahwa kenikmatan itu karena kepintaran dan usaha diri sendiri. Kita lupa bahwa kepintaran tidak datang sendiri jika tanpa izin Allah SWT.Selain hawa nafsu, AKU (kesombongan diri) adalah musuh ilmu yang berikutnya.
7. Az Zumar: 9
Allah berikan kita otak, tapi mau dipakai atau tidak, pilihan ada pada diri kita. Namun selalu ada bedanya orang yang mau belajar dan tidak. Dan sesungguhnya, ilmu hanya untuk akal yang mau belajar.8. An Nahl: 43-44
Orang khusus untuk ilmu khusus.Ilmu itu luas sekali, tetapi kita tidak bisa mempelajari semua hal. Pelajarilah satu ilmu secara dalam sehingga kita layak untuk ditanyai/ punya spesialisasi. Ilmu harus menjadi bukan sekedar informasi, tapi harus bisa menjadi pengingat diri kita kepada Allah SWT. Terkait dengan proses belajar, kita perlu bertanya pada ahlinya, jangan asal bertanya/ belajar.
9. Yusuf: 76
Ilmu manusia itu terbatas. Selalu ada yang lebih berilmu dari diri kita. Bahkan kalau kita pun adalah orang yang paling berilmu di dunia, ada yang MAHA MEMILIKI ILMU, yaitu Allah SWT.10. Al Jumuah: 2
Pendidikan haruslah mampu menyelamatkan generasi dari kesesatan. Kalau sudah belajar, maka harusnya sudah sukses keluar dari kesesatan. Kalau mau generasi penerus kita keluar dari kesesatan, maka gunakan pendidikan yang haq, caranya yaitu bacakan kitab-kitab. Target pendidikan bukan hanya pintar, tapi harus mendapat petunjuk dari Allah.Kalau pendidikan semakin berkembang tapi makin banyak kesesatan, maka ada yang salah dengan konsep dan target pendidikannya.
11. Al Baqarah: 282
Simpulan dari ayat ini yaitu ketaqwaan merupakan guru terbaik.Ayat ini adalah ayat paling panjang di Al Quran, berisi tentang ekonomi dan duniawi. Ayat ini berkenaan dengan ilmu muamalah, membahas tentang keduniawian, khususnya utang piutang. Namun lihatlah penutup ayatnya; BERTAQWA.
Jadi apapun ilmu yang kita pelajari, bingkailah dengan ketaqwaan. Kalau kita taqwa, saat ilmu kita tak lagi memberikan jalan, taqwa kita padaNYA akan membawa pada jalan yang benar.
12. Fatir: 28
Ilmu sesungguhnya (hakikat ilmu) adalah rasa takut kepada AllahKita perlu berilmu supaya kita semakin takut kepada Allah. Kalau ilmu kita bertambah, tapi kita semakin jauh dengan Allah, maka perlu dicek keilmuan kita.
13. Saba: 6
Yang berilmu harus mampu menjadi petunjuk.Orang-orang yang diberikan ilmu harus mampu menjadi petunjuk/ lentera bagi masyarakat. Kalau ilmu kita tak bisa menerangi orang lain, maka ada masalah dengan diri kita.
Berapa banyak ilmuwan yang belum syahadat tapi sudah mengakui kehebatan Al Quran? Maka sungguh malulah diri kita kalau mengaku beriman tapi suka memprotes isi Al Quran.
Kesimpulan dari kajian hari ini, Ustaz Budi Azhari mengambil dari taujih Prof. DR. Abdul Karim Bakkar, Haula At Tarbiyah wa At Ta’lim. Bahwasanya pergerakan ilmu di peradaban barat hanya fokus pada BAGAIMANA (ilmu sarana prasarana - how to), tapi mereka tidak peduli dengan MENGAPA (tujuan dan hasil akhir dari kesulitan semua ini).
Sementara itu umat muslim miskin ilmu sarana prasarana, karena fokus pada MENGAPA, sayangnya banyak yang lupa. Dan kalaupun masih ada beberapa yang fokus pada MENGAPA, sebagian besar hanya untuk menjawab BAGAIMANA. Ini yang menjadi PR besar kita, muslim telah kehilangan karakter peradabannya, mari bersama-sama membangunnya.
Ustaz Budi mengingatkan, makanya kalau ngaji jangan hanya tanya bagaimana, tapi tanyakan MENGAPA.
Penutup dari Ustaz Fitrian Kadir tentang pentingnya menjaga NIAT. Maka semoga lewat kajian Sapa Pagi Ustaz Budi Ashari bisa membantu kita menjaga niat. Ustaz Fitrian menceritakan sedikit buku yang pernah dibacanya, berjudul Start with Why, ditulis oleh seorang Yahudi Amerika bernama Simon.
Isinya tentang karyawan yang hanya tahu what to do, level manajemen tahu how to do, dan level CEO harus tahu why to do. Diceritakan oleh Ustaz Fitrian, awal buku tersebut sangat menarik, akhir bukunya pun menarik. Tapi karena fokusnya pada dunia, diantara awal dan akhir hanyalah sampah. Beda mungkin kalau yang menulis buku Start with Why adalah para ulama muslim, insya Allah akan keren, karena berorientasi akhirat.
Demikian catatanku dari Sapa Pagi 14 Juli 2020 yang lalu, semoga bermanfaat. Jika ada salah-salah kata pastinya datang dari kekuranganku dalam menyampaikan materi secara utuh. Semoga Allah senantiasa meluruskan niat-niat kita dalam belajar ataupun saat mendampingi anak-anak belajar selama masa pandemi ini. Tetap semangat, pals. Sampai jumpa!
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com