Pekan ketujuh ini seperti masa-masa menanti sang kekasih hati ngapel ke rumah. Duh jadi datang nggak ya, hari ini mau diajak jalan ke mana ya. Atau pusing pilih baju yang cocok. Dipakai lalu dilepas lagi. Begitu saja seterusnya.
Mungkin seperti itu gambaran perasaanku di pekan 7 ini. Deg-degan rasanya menanti surat cinta dari para mentee, juga deg-deg plas rasanya saat mengirim surat cinta kepada mentor. Akan terbalaskah rasa cinta ini, atau…
Sudah jauh-jauh hari aku menjadwalkan catatan ini agar tayang pada hari Selasa, namun tak sampai jam Cinderella. Namun apalah daya, aku harus kembali menjadi Cinderella. Mau tahu ceritanya kenapa pada akhirnya posisi Cinderella masih menjadi trophy bergilir yang harus kugenggam hingga hari ini?
#TerimakasihMentee
Hingga pekan ketujuh, aku bersyukur 4 mentee yang kucintai masih bertahan untuk tetap belajar bersama. Di pekan ini, sama seperti di pekan keenam, aku kembali membuat challenge selama tiga hari. Senang sih mendapat feedback dari dua mentee bahwa challenge-nya bikin mereka semakin semangat belajar. Karena nggak cuma diberi teori, tapi bisa paham karena langsung dipraktekkan.Namun memang kembali lagi bahwa goal setiap mentee berbeda. Ada yang hanya ingin konsisten menulis tanpa mau pusing memikirkan teknis blogging, ada pula yang ingin tahu secara keseluruhan. Tidak bisa disalahkan dan disamaratakan karena aku pun dulu awal blogging masih santuy, baru beberapa tahun belakangan berasa butuh memperbaiki beberapa teknis agar tidak hanya kualitas tulisannya yang kece, namun juga bisa mendulang pembaca lebih banyak. Ya, walaupun belum maksimal, hehe.
Aku baru berhasil kirim-kirim surat cinta ke mentor dan mentee-ku pada hari Senin malam. Namun sebelumnya aku sudah dikirimi surat cinta terlebih dahulu dari tiga mentee-ku; mbak April, mbak Wiwid dan mbak Riny. Duh meleleh baca tulisan-tulisan yang mereka kirimkan kepadaku.
Surat Cinta dari Mbak April
Mentee yang tinggal di Qatar ini selalu pintar mencuri hatiku. Paling rajin ngajak video call, meski aku sempat bilang kurang nyaman bervideo call dengan orang baru. Tapi mbak April dengan keramahannya yang khas, membuatku klik dan nyaman untuk ngobrol berlama-lama dengan dirinya. Bahkan seringkali tanpa sadar kita sudah ngobrol 1-2 jam! Mbak April memang typical visual, jadi lebih seneng diajarin langsung via video.Semangat mbak April memang luar biasa! Blognya sekarang sudah cantik. Beliau juga selalu haus belajar. Kalau ada yang kurang tepat, dia selalu cari tahu bagaimana biar pas formulanya. Kalau ada yang error, dan aku minta ulang lagi installingnya, mbak April dengan lapang dada melakukannya. Kami sama-sama tertawa terbahak-bahak saat suatu hari kebingungan kenapa gambar di blognya nggak bisa responsif, padahal template blog yang kami pakai sama persis. Cara install templatenya juga nggak ada yang salah. Sampai aku japri ke pembuat template saking bingungnya kenapa bisa muncul masalah tersebut.
Usut punya usut ternyata selama ini mbak April kalau posting blog langsung copas dari file dokumen segambar-gambarnya, hehe. Jadilah kami sama-sama belajar. Aku jadi paham kenapa dulu bosku selalu melarang copas langsung tulisan dari dokumen ke dashboard blog, hehe. Tapi selama ini aku memang nggak pernah copas segambar-gambarnya, biasanya gambar tetap dimasukkan secara manual, ternyata efeknya sampai begini.
Itu hanya bagian kecil dari cerita belajarku bareng mbak April. Masih banyak lagi cerita-cerita lainnya. Kualitas tulisan mbak April sekarang juga semakin bagus, semakin detail dan pembahasannya semakin dalam. Senang deh melihat mentee bisa berkembang dengan maksimal. Semoga istiqomah ya mbak.
Btw, seperti ini nih surat cinta dari Mbak April untukku. So sweet kan?
Surat Cinta dari Mbak Wiwid
Mbak Wiwid ini juga sama semangatnya seperti mbak April. Bedanya beliau lebih kalem. Saking kalemnya, waktu kami berusaha video call, malah jadi garing. Aku bukan starter conversation yang baik kalau sama orang baru, mbak Wiwid pun kurang nyaman ngobrol, akhirnya bertahan cuma 15 menit kalau nggak salah, hihi.Tapi jangan salah lewat chat kami berhubungan dengan sangat hangat. Obrolan kami nyambung, meski beberapa kali sempat slow response. Aku senang karena mbak Wiwid banyak tanya, jadi aku tahu kebutuhan belajarnya seperti apa. Aku juga bisa memberikan sesuai yang beliau butuhkan.
Keinginan mbak Wiwid untuk menjadi professional blogger sih sudah tampak. Bahkan sebelum join ke mentorship ini, mbak Wiwid sudah memutuskan membeli Top Level Domain untuk blognya. Jadi wajar kalau semangatnya jauh di atas rata-rata. Senang banget waktu mbak Wiwid cerita DA (domain authority) nya naik. Semoga semakin konsisten ngeblognya ya mbak, biar DA nya semakin meroket.
Ini cuplikan surat cinta mbak Wiwid untukku;
Mbak Marita dari awal udah oke banget sebagai mentor, mau berbagi, siap sedia kalau ditanya-tanya, pokoknya udah mendampingi banget. Semakin ke sini mentoringnya makin menantang karena ada challenge, jadi langsung praktekin ilmu-ilmunya dan feedbacknya juga sangat membangun.Hiks, terharu… padahal aku merasa masih jauh dari maksimal selama mentorship ini. Thank you so much, mbak Wiwid. Yang mau baca lengkapnya, bisa cuzz ke jurnal ketujuhnya mbak Wiwid ya.
Surat Cinta dari Mbak Riny
Mbak Riny lagi senang-senangnya ikut proyek menulis. Awalnya aku menyamaratakan goal beliau dengan mbak Wiwid dan mbak April. Kemudian aku sadar bahwa start awalnya pun sudah berbeda. Mbak April dan mbak Wiwid sudah punya blog jauh sebelum ikut mentorship, sedangkan mbak Riny baru memulai ngeblog lagi sejak nyemplung di mentorship ini. Jelas aku nggak bisa menyamakan goal mereka.Melihat mbak Riny tetap konsisten update blog setelah blognya jadi saja sudah sebuah prestasi luar biasa. Dari yang awalnya nulis masih pendek-pendek, mau berjuang mengikuti challenge dengan syarat tulisan harus berisi minimal 600 kata. Mbak Riny yang selalu bilang terkendala dengan kudetnya ini masih berusaha mengikuti alur yang ada.
Aku yakin perlahan-lahan ketika beliau sudah menemukan kecintaan pada blognya, beliau bisa melaju lebih cepat lagi. Apalagi sebagai penulis, blog sangat membantu sekali sebagai rekam jejak portfolio. Setelah aku tahu beliau jago masak, aku juga menyemangatinya untuk memindahkan pengalaman dan resep-resep masakannya ke blog. Niche kuliner akan selalu dicari orang. Semoga saja ke depannya, meski Buncek berakhir, mbak Riny semakin melebarkan sayapnya di dunia blogging. Aamiin.
Dan inilah surat cintanya yang bijak sekali;
Dear akak mentor tersayang...
7 pekan sudah kita belajar bersama. Ouh bukan, lebih tepatnya ak yang belajar banyak darimu. Akak mentor mau menerima saya sbg mentee yang masih fakir ilmu per-blog-an merupakan anugerah tersendiri. Bukan sebuah kebetulan kita ditakdirkan bersama. Pasti ada campur tangan Allah di dalamnya.
Terima kasih untuk mau sabar mengajari saya. Terima kasih sudah mau membaca tulisan saya yang mungkin terkesan receh namun yaa itulah saya yang apa adanya. Terima kasih atas bimbingan dan masukan selama 7 pekan ini. Semoga menjadi amal jariyah dan pemberat timbangan amal sholih kelak. Maafkan kalau progress belajar saya belum sesuai harapan. Itu semata-mata kekhilafan saya sebagai seorang manusia yang dhoif yang masih jatuh bangun untuk mempertahankan konsistensi diri.
With Love❤️
Bunda 4 princess
Gimana nggak meleleh membaca surat begitu ye kan?
Surat Cinta dari Mbak Nila
Jujur saat pekan ke-6, aku sempat ingin menghentikan proses mentorship bersama mbak Nila karena beliau jarang sekali nongol di grup mentorship. Dijapri pun seringkali responnya bisa berhari-hari kemudian. Bisa jadi memang ada kesibukan di luar sana yang menjadi prioritas lain untuk beliau. Aku tak masalah. Sebagaimana mbak Tantri Mega yang akhirnya memilih mengundurkan diri dari program mentorship karena kemudian memilih prioritas lain.Namun saat hatiku deg-degan mau menyampaikan keinginanku untuk ‘putus’, mbak Nila kembali datang dan membawa harapan. Semangatnya mulai menyala lagi, manalah aku tega untuk mengatakan niatku padanya. Mbak Nila mulai rajin konsultasi meski pada akhirnya belum bisa mengikuti challenge yang kuberikan. Harapanku sih di pekan ketujuh ini, mbak Nila bisa mengejar ketertinggalannya, sesuai dengan goal yang beliau pernah buat.
Saat challenge untuk pekan ketujuh diumumkan, beliau semangat sekali untuk ikutan. Sayangnya sampai hari terakhir batas waktu tantangan tersebut, belum ada satupun postingan blog yang diselesaikan. It’s okay, mungkin memang ada prioritas lain. Mau mengakhiri di sini pun terasa sulit, karena kurang satu pekan lagi.
Aku senang mbak Nila masih ada keinginan untuk belajar blog lebih serius. Bertanya soal gaya tulisannya baiknya bagaimana, dan konsultasi tentang tema blog yang dipilihnya. Mungkin hanya soal waktu dan prioritas yang belum sejalan. Semoga di luar buncek nanti, mbak Nila tetap terus belajar.
Surat cinta untuknya sudah kukirimkan hari Senin malam, namun sampai detik ini mbak Nila belum mengirimkan balasannya officially. Hanya merespon dengan ucapan terima kasih. Ya, mungkin sedang banyak urusan di dunia nyata…
Apapun ceritanya, dari 4 mentee ini aku banyak belajar. Tentang bagaimana mengelola waktu, mengelola perasaan, mengenali potensi dan bagaimana memberikan semangat yang cocok untuk setiap karakter yang berbeda. Terima kasih mentee-mentee ku… saranghae…
#TerimakasihMentor
Setelah pekan keenam yang berlangsung dengan sangat hangat, aku semangat menyambut pekan ketujuh. Aku penasaran wejangan apa lagi yang akan mbak Puji sampaikan kepadaku. Pekan ketujuh mulai dipenuhi dengan beberapa to do list yang menyita pikiran dan waktu, aku mulai sedikit oleng meski alhamdulillah masih on the track, tak sampai meledak. Bersyukurnya usai pekan keenam aku secara maraton sempat ikut kelas grafologi dan Mata Pena, jadi emosi yang mulai goyang-goyang bisa distabilkan kembali setelah belajar dari kelas-kelas tersebut.Kunanti setiap hari sapaan dari mbak Puji, namun tak kunjung jua kutemukan. Aku beberapa kali juga ‘mengetuk pintu’, namun pintunya tetap tertutup. Aku lalu ingat kalau mbak Puji sedang hamil tua, apakah beliau sudah lahiran?
Saat aku menyiapkan jadwal untuk warta apiknya HIMA Regional, aku baru ngeh kalau ternyata mbak Puji adalah manmedkom HIMA Bandung, artinya ada nomor kontaknya di WAG Manmedkom All HIMA regional yang kuampu. Aku berinisiatif mengirimkan pesan lewat whatsapp-nya namun belum juga direspon.
Aah, semakin kuat dugaanku, mungkin mbak Puji memang sudah lahiran, atau mau proses lahiran sehingga tidak sempat fokus ke proses mentorship ini. It’s okay… yang penting surat cintaku kepada beliau sudah kusampaikan.
Hebat ya beliau, di saat hamil besar masih sempat jadi mentor manajemen emosi. Tahu sendiri kan namanya jadi konselor sering banget menyerap emosi negatif.. hiks jadi merasa bersalah pada mbak Puji karena aku sering curhat colongan. Namun kerennya beliau tetap menanggapi dengan santuy dan bijak.
Aah, barusan saja mbak Puji memberikan kabar kalau sedang merasakan gelombang cinta… yuk doakan bareng-bareng semoga mbak Puji sehat-sehat saja hingga lahiran, begitu juga dengan baby-nya. Terima kasih mentorku tersayang yang sudah meluangkan waktu, hati dan telinganya… nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Uhibbuki fillah, mbak Puji…
Kupu-kupu Cantikku
Selain saling mengirimkan surat cinta, mahasiswa buncek juga diminta untuk menghiasi gambar kupu-kupu sesuai dengan versi terbaik kami. Di WAG HIMA Regional Semarang dari kemarin sudah banyak yang berbagi hasil karyanya. Banyak banget yang gambar sendiri lo, kereeen deh. Aku?Ya jelas pakai template yang Ibu Septi berikan saja, hehe. Maafkan aku yang nggak mau ribet ini. Tapi beneran aku print dan warnai manual lo.
Bahkan aku pesan ke suami untuk mencetak 3 lembar sekaligus, jadi anak-anak juga ikutan mewarnai kupu-kupu versi mereka. Bedanya anak-anak sudah selesai memberi warna sejak beberapa hari lalu, sedangkan emaknya baru kelar mewarnai sebelum maghrib hari ini, hehe.
Kenapa memilih warna dan menambahkan beberapa gambar seperti ini?
- Aku menganalogikan sayap bagian atas yang didominasi palet merah, pink dan ungu menggambarkan diriku yang emosinya masih suka meledak-ledak dan nggak stabil. Sementara sayap di bagian bawah yang warna-warni, menggambarkan bahwa seiring proses di Buncek ini, aku mulai bisa mengelola emosiku dengan lebih baik.
- Bertemu dengan para mentee yang keren membuat hidupku jadi lebih hidup. Aku merasa bisa lebih berguna dan bermanfaat karena bisa berbagi sedikit hal yang kuketahui tentang blogging. Aku jadi lebih ceria dan bahagia.
- Sementara bunga yang kugambar di bawah kupu-kupu merupakan perlambangan mbak mentorku yang senantiasa mendukungku dengan wejangan-wejangannya. Mengingatkanku agar tetap berada dalam track yang sudah kubangun. Menyemangatiku agar aku tetap berjuang mempraktekkan semua teori yang sudah kupelajari.
- Sedangkan matahari adalah perlambangan suamiku yang selalu jadi support system terbaik hingga detik ini. Mendukung setiap aktivitasku selama itu positif. Awan dan langit melambangkan anak-anakku yang selalu memberikan keteduhan di setiap hari-hariku. Mereka selalu punya cara untuk menghibur bundanya, termasuk saat melihat gambar kupu-kupu ini, dengan senyuman lebar mereka memujinya.. “baguusss banget lo Bun.”
Makasih semuanya, makasih mentee, makasih mentor, makasih keluargaku… semoga Allah selalu merahmati kalian. Huhu, terharuuu.
Begitulah ceritaku di pekan ketujuh tahap Kupu-kupu Buncek ini. Ada senangnya, ada sedihnya. Tapi aku tetap semangat. Tinggal satu pekan lagi euy.. lulus nggak ya jadi kupu-kupu?
Begitulah ceritaku di pekan ketujuh tahap Kupu-kupu Buncek ini. Ada senangnya, ada sedihnya. Tapi aku tetap semangat. Tinggal satu pekan lagi euy.. lulus nggak ya jadi kupu-kupu?
mantaab kaka.... aku bacanya sambil nahan napassss.
ReplyDelete