Contoh gampangnya nih, ketika ada teman yang curhat karena anaknya susah makan, sudah ketemu dokter gizi, dikasih zat besi dan makanan bervariasi, namun si anak makannya masih saja sedikit dan badannya nggak juga bertambah besar.
Di antara tiga respon di bawah ini, mana yang akan kalian katakan pada teman tersebut?
A. Kamu kurang memperhatikan makanan kesukaan anakmu kali.
B. Eh mungkin bisa coba cara yang itu deh, aku pernah denger katanya lumayan membantu lo.
C. Ah, kamu nggak becus jadi ibu, masa ngasih makan anak saja nggak bisa
Aku yakin deh my online pals di sini pasti memilih respon yang B kan?
Nah, sekarang coba posisikan kalau saja yang curhat itu adalah diri kita. Apa yang akan kita respon terhadap diri sendiri ketika menghadapi hal tersebut?
Jarang sekali para ibu yang bisa langsung merespon B kepada dirinya sendiri. Sebagian besar ibu biasanya akan cenderung menunjuk dirinya sendiri, "aah, aku memang ibu yang nggak berguna banget, di rumah doang, cuma urusan makan anak saja nggak becus."
Tentu itu hanyalah salah satu contoh ya, pals. Banyak kasus dengan beragam jenisnya. Betapa kaum perempuan mudah menyalahkan dirinya sendiri. Mudah merasa insecure, entah karena jalan hidup, warna kulit, status sosial, tingkat pendidikan, dan masih banyak alaan lainnya.
Aku jadi ingat di sebuah grup diskusi, ada seorang teman yang berkata bahwa perempuan sering merasa insecure, dan biasanya semakin bertambah ketika menjadi ibu. Selalu ada pertanyaan di dalam benak para perempuan, apakah yang kulakukan ini sudah benar. Perempuan juga makhluk yang lebih sering memikirkan perkataan dan pendapat orang lain dibandingkan dirinya sendiri.
Ketika kita bisa memberi perlakuan baik kepada orang lain, sesungguhnya itu adalah pertanda kita pun bisa memberi perlakuan baik untuk diri sendiri.Kalimat di atas adalah sebuah pengingat yang kudapatkan di sebuah kelas self healing. Sudah saatnya kita menghentikan kritik dan self judging yang berlebihan kepada diri sendiri. Kini saatnya bagi kita untuk mulai berlatih mencintai diri sendiri, melakukan penerimaan terhadap segala hal yang ada di dalam diri serta bersyukur dengan segala hal yang kita miliki dan jalani.
Apa itu Self Love?
Self compassion is simply giving the same kindness to ourselves that we would give to others. - Christopher GermerSederhananya, self love or self compassion itu adalah sebuah bentuk apresiasi kepada diri sendiri atas pencapaian kita. Tidak perlu pencapaian yang besar, pencapaian yang terlihat remeh temeh pun juga layak untuk diapresiasi.
Misal, kita sedang berjuang untuk lebih stabil dalam mengelola emosi negatif. Jika biasanya dalam sehari bisa marah lebih dari lima kali, eh hari ini kita marahnya cuma sekali. Pernah nggak dalam kondisi seperti ini kita memuji diri sendiri atau berterima kasih kepada diri sendiri karena sudah melakukan usaha untuk menjadi lebih baik?
Aku pun belum selalu bisa melakukan hal ini sih, pals. Tapi aku mulai berusaha menjadikan self love ini sebagai rutinitas. Hal kecil yang biasa kulakukan adalah mempersembahkan senyum manis kepada diri sendiri dan melakukan self talk saat berhasil menyajikan makanan untuk keluarga. “Good job, dear Ririt. You nail it today. Besok lebih rajin masak lagi ya…”
Terkesan sepele. Tapi coba deh… praktekkan itu dan rasakan bagaimana hati dan jiwa kita menjadi lebih lapang, juga bersemangat untuk beraktivitas selanjutnya.
Support System for Self Loving
Pernah nggak sih hal seperti di atas terlintas atau malah sudah terucap dari diri kita kepada seseorang yang terlihat selalu baik-baik saja, sukses dan senantiasa bahagia dengan segala potensi yang dimilikinya?
Well, rumput tetangga memang selalu terlihat jauh lebih hijau dan segar ya, pals. Kita aja yang nggak pernah tahu bagaimana usaha si tetangga biar rumput di tamannya bisa sehijau itu. Soalnya kita keasyikan lihat hasil jadinya sih. Atau manalah kita tahu kalau ternyata rumput di tamannya itu ternyata sintetis, wkwk.
Kita selalu meributkan hal-hal yang sebenarnya kecil dan membuatnya nampak besar. Selalu mencari-cari mana orang yang bisa mendukung kita. Tanpa pernah menyadari bahwa sebenarnya support system yang sebenarnya sangat dekat. Siapa hayoo?
Allah dan diri sendiri.Kita seringkali menyalahkan keadaan atau hal-hal yang tak sesuai dengan keinginan dengan kata harusnya, seandainya, dan coba saja.
Harusnya suami tuh lebih peduli… Seandainya mertuaku mau dengerin… Coba saja punya tetangga yang nggak berisik..
Padahal di saat kita sibuk menyalahkan suami yang katanya cuek, mertua yang selalu nyalahin, tetangga yang selalu berisik, Allah lo nggak ke mana-mana. Allah lo dekat sama kita. Siap didatangi setiap saat, setiap waktu. Siap mendengarkan segala keluhan, segala kesedihan, segala kegalauan. Siap menunjukkan jalan yang terbaik. Tapi kok kita sering lupa menghambur ke pelukan-Nya?
Sudah saatnya pula kita sadar bahwa diri sendiri punya power yang sangat besar. Allah sudah memberikan semua modal lewat jiwa dan raga yang menyatu dalam keberadaan kita dengan sedemikian sempurna, namun kenapa kita masih saja gagal mencintai diri sendiri? Kenapa kita hanya memberikan ruang kepada sisi pengkritik yang ada dalam diri, dan tidak memberikan ruang bagi sang pemberi apresiasi? Kenapa kita lebih sering mendengarkan hal-hal negatif tentang diri sendiri, dan menutup mata pada hal-hal positif yang sudah kita lakukan?
So, ini saatnya bagi kita memulai the new normal. The new me. The new us. Let's open the new blank page of our life.
Masih nggak yakin kalau diri sendiri adalah support system terbaik selain Allah?
Selama ini, kita makan pakai tangan siapa, pals? Pakai tangan sendiri kan? Kita mengandung anak kita sendiri kan? Kita yang ngerasain mules perjuangan melahirkan bersama diri kita sendiri kan? Atau buat yang lahiran sesar, kita yang ngerasain perihnya jahitan setelah operasi kan?
Terus kenapa masih selalu saja menunjuk diri sendiri sambil bilang "aku nggak becus"? Yakin dan percayalah bahwa kita sudah sangat becus. Kita mungkin memang pernah melakukan kesalahan, bisa jadi banyak kesalahan. Namun bukan berarti kita nggak pernah melakukan hal baik sama sekali to?
Yuk, perlahan-lahan ambil nafas panjang, berterima kasihlah pada Allah...
Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah, sudah memberikan anggota badan yang lengkap untuk menemani aktivitas sehari-hari. Sudah memberikan tangan kaki, mata dan organ tubuh lainnya yang masih sehat. Tubuh dan jiwa yang sehat adalah modal dan perangkat bagi kita untuk terus bertahan dalam hidup. Juga bukti bahwa Allah selalu menemani kita di setiap aktivitas.Lalu apresiasi pula segala pencapaian kita hingga hari ini.
Terima kasih ya tubuh sudah menemani hingga sekarang. Terima kasih ya mata sudah memperlihatkanku tentang aneka jenis peristiwa. Terima kasih ya otak sudah membantu menemukan ide dan solusi. Terima kasih ya tangan sudah membantu menyelesaikan postingan blog, membalas chat teman, masak untuk keluarga.Sederhananya, seperti itulah self love or self compassion, pals.
7 Cara Mencintai Diri Sendiri Ala Marita Ningtyas
Lagian kalau aku nih… mau orang di sekitar kita mendukung sesempurna apapun, kalau kitanya nggak mau berubah, nggak sadar pentingnya self love… ya sama aja. Jadi ya hayuk mulai aja dari diri sendiri.
1. Stop Comparing
Self love ini hubungannya sama diri sendiri, artinya kita nggak butuh orang lain sebagai pembanding. Maka berhentilah membandingkan diri kita dengan orang lain. Berhentilah membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Sebusuk apapun hidup kita sekarang, yakin deh ini kehidupan terbaik buat kita. Belum tentu kehidupan orang lain yang keliatannya di mata kita sangat hebat cocok buat kita jalani.Syukuri deh yang ada di genggaman dan di depan mata kita. Wis seberat apapun itu, syukuri dulu. Kita kan nggak perlu nunggu merasa bahagia dulu baru bersyukur to? Janji Allah nggak akan pernah salah. Yakin deh dengan bersyukur, maka Allah akan tambah nikmatNYA.
Lalu ada juga yang bertanya, bagaimana cara mencintai diri sendiri tapi nggak over dan sampai merasa paling hebat?
Ya balik lagi… stop membandingkan diri dengan orang lain. Kita bisa merasa paling hebat itu kan kalau memakai pembanding orang lain. Kalau masih ada rasa dalam diri merasa lebih hebat dari orang lain, merasa paling menderita dari orang lain, maka artinya kita belum berhenti membandingkan diri dengan hidup orang lain.
Sama seperti halnya dalam parenting, kita dilarang untuk membandingkan antara si kakak dan si adik. Atau membandingkan anak kita dengan anak tetangga. Lah, kenapa kita hobi banget membandingkan diri dengan orang lain.
Membandingkan diri itu sah-sah saja. Namun lakukanlah dengan fair. Yaitu dengan cara membandingkan diri kita hari ini dengan kemarin, dengan seminggu lalu, dengan sebulan lalu, dengan tahun lalu, dst. Membandingkan diri yang seperti ini justru baik dan bisa jadi sumber evaluasi, apakah kita going better or stuck aja?
2. Stop Being Perfect & Start Being Honest
Sebagian besar anxiety, kemarahan, kegalauan, kesemrawutan dalam hidup biasanya hadir karena perfectionism. Sadar nggak sadar seringkali kita menekan diri sendiri untuk jago mengatasi segala masalah. Sadar atau nggak sadar seringkali kita jago banget pakai topeng. Bilang okay saat not okay.Aku pun pernah ada di titik ini. Pengen jago segala hal. Jadi anak harus top, jadi emak juga kudu sukses, jadi istri kudu bener… pada akhirnya aku menuntut diriku secara berlebihan.
Ibu itu nggak boleh capek. Sering nggak sih dengar hal ini? Lalu kita merasa bersalah banget ketika akhirnya kondisi drop dan urusan rumah terbengkalai. Duh, kenapa sih pakai sakit segala, kan jadinya berantakan.. bla bla bla.
Berikhtiar sebaik mungkin itu memang kewajiban, namun siap menerima segala hasil apapun, sesuai dengan ketetapanNya adalah sebuah keberanian.
Kita bukan wonder women, ada kalanya pula kita capek dan butuh dibantu. Namun karena perfectionism dan ego berlebih, kita seringkali terlampau malu mengakui kalau butuh bantuan. Jujurlah pada diri sendiri, terima segala perasaan yang berkecamuk di dalam diri. Mau itu marah, sedih, kecewa, senang… jangan pernah disangkal. Karena perasaan adalah pemberian Allah yang berarti. Perasaan adalah bukti kalau kita manusia. Dan karena kita manusia, pantas saja kalau tidak sempurna.
Apa kekurangan kita dan kelebihan kita? Kegiatan apa sih yang bikin mata kita berbinar-binar saat melakukannya? Kegiatan apa sih yang bikin kita lupa waktu, lupa makan, lupa segalanya?
Banyak dari kita gagal mencintai diri sendiri, karena ternyata sampai detik ini belum benar-benar mengenal diri kita sendiri.
Aku pernah ada di fase ini. Aku merasa tak punya keahlian apapun yang bisa dibanggakan. Aku merasa segala hal yang kujalani ya karena memang harusnya begitu. Dan lucunya justru orang lain yang menyadari potensi diriku, sementara aku merasa gamang, masa iya sih aku bisa.
Hingga tibalah pada suatu masa, aku bertemu dengan sebuah komunitas yang membuatku sadar siapa aku, bagaimana aku, mengapa aku dilahirkan, apa potensi yang kumiliki, dan apa misi hidup yang Allah titipkan pada diriku. Di saat itulah, aku merasa hidup menjadi lebih hidup.
So, buat kalian yang belum menemukan passion and your mission of life, find them!
Maafkan mereka yang pernah menyakiti. Dan yang lebih penting lagi, maafkan diri kita sendiri. Diri kita yang pernah bikin salah, diri kita yang nggak sempurna, diri kita yang masih suka malas. Maafkan…
Pada dasarnya memaafkan itu berbeda dengan melupakan. Meski sudah memaafkan, kita pasti tetap mengingat kejadian yang tak mengenakkan itu. Bedanya saat kita sudah berhasil memaafkan, rasanya pasti lebih ringan di hati.
3. Find Your Strength
Finding passion is one way to love ourselves.Sampai detik ini siapakah yang sudah benar-benar mengenal dirinya sendiri? Introvert atau ekstrovert kah? Sanguinis, plegmatis, choleris? Apa hal-hal yang kita sukai dan tidak kita sukai? Apa hal-hal yang kita butuhkan dan tidak?
Apa kekurangan kita dan kelebihan kita? Kegiatan apa sih yang bikin mata kita berbinar-binar saat melakukannya? Kegiatan apa sih yang bikin kita lupa waktu, lupa makan, lupa segalanya?
Banyak dari kita gagal mencintai diri sendiri, karena ternyata sampai detik ini belum benar-benar mengenal diri kita sendiri.
Aku pernah ada di fase ini. Aku merasa tak punya keahlian apapun yang bisa dibanggakan. Aku merasa segala hal yang kujalani ya karena memang harusnya begitu. Dan lucunya justru orang lain yang menyadari potensi diriku, sementara aku merasa gamang, masa iya sih aku bisa.
Hingga tibalah pada suatu masa, aku bertemu dengan sebuah komunitas yang membuatku sadar siapa aku, bagaimana aku, mengapa aku dilahirkan, apa potensi yang kumiliki, dan apa misi hidup yang Allah titipkan pada diriku. Di saat itulah, aku merasa hidup menjadi lebih hidup.
So, buat kalian yang belum menemukan passion and your mission of life, find them!
4. Start Forgiving
Seperti yang kuceritakan dalam proses self healing, bahwasanya bagian ini adalah titik tersulit. Namun ya memang harus terus dicoba. Kita akan kesusahan mencintai diri sendiri saat masih terbelenggu dengan amarah, kebencian dan dendam.Maafkan mereka yang pernah menyakiti. Dan yang lebih penting lagi, maafkan diri kita sendiri. Diri kita yang pernah bikin salah, diri kita yang nggak sempurna, diri kita yang masih suka malas. Maafkan…
Pada dasarnya memaafkan itu berbeda dengan melupakan. Meski sudah memaafkan, kita pasti tetap mengingat kejadian yang tak mengenakkan itu. Bedanya saat kita sudah berhasil memaafkan, rasanya pasti lebih ringan di hati.
Memaafkan adalah proses awal untuk membentuk pola pikir baru dan melepaskan mental korban bahwa kita terzalimi akibat perbuatan seseorang. Semakin lama kita memendam amarah dan dendam, semakin jiwa kita akan kelelahan menanggung semuanya.Lalu gimana dong kalau lagi ingat masalah atau kejadian yang nggak mengenakkan itu? Jangan ikuti hawa nafsu, pals. Langsung terhubung ke Allah saja. Ya Allah, temani aku dalam proses memaafkan kejadian A, misalnya.
Salah seorang mentorku pernah memberikan wejangan seperti ini:
Saat kita lagi ngobrol sama Allah, ubah caranya. Bukan untuk minta kita lebih sabar, bukan minta biar kita nggak marah-marah. Kita nggak perlu mendikte Allah caranya gimana. Mungkin saat ini yang terpikir dalam diri kita adalah gimana caranya harus sabar, harus kuat, dll. Tapi bukan itu poinnya. Minta jalannya sama Allah, bukan caranya. Yakin deh, kalau Allah sudah kasih jalan, caranya mah bisa apapun, nggak tahu datangnya dari mana aja.
5. Stop Depending on Human
Lebih dari itu, yakin Allah pasti nemenin. Kita nggak pernah benar-benar sendiri.Suami nggak mau dengerin? Ada Allah yang Maha Mendengar.
Mertua nggak melihat perjuangan dan pengorbanan kita, tahunya mah rebahan doang di rumah? Ada Allah yang Maha Melihat.
Orangtua nggak peduli? Ada Allah yang selalu peduli, Dia Maha Mengatur semua urusan.
Nggak perlu menunggu seluruh dunia mendukung kita, pals. Cukup kita yakin dengan diri sendiri, dan yakin kalau kita punya Allah.
6. Start Becoming Mindful
Sering denger nggak sih soal mindfulness?The quality or state of being conscious or aware of something.Gampangnya, becoming mindful itu artinya kita punya kesadaran untuk memberikan perhatian lebih kepada apa yang kita pikirkan, rasakan dan lakukan. Melakukan sesuatu bukan sekedar sebagai sebuah rutinitas, tapi memberikan jiwa kepada setiap aktivitas.
A mental state achieved by focusing one's awareness on the present moment, while calmly acknowledging and accepting one's feelings, thoughts, and bodily sensations, used as a therapeutic technique.
Misal deh, siapa yang suka makan sambil nonton TV? Lalu aku dong ngacung.. makan sambil ngecek whatsapp, nonton drakor, wkwk. Atau siapa yang katanya sih nemenin anak main, tapi sambil whatsapp-an sama klien? Aku ikut ngacung lagi dong.
Jadi sebenarnya kita makan atau nonton TV? Jadi kita sekedar ada di dekat anak, atau benar-benar beraktivitas bersama anak?
Ternyata dengan belajar memberikan nyawa di setiap aktivitas yang kita lakukan, kita jadi lebih bisa menghargai sesuatu yang tadinya hanya rutinitas menjadi lebih bermakna.Dan ternyata lagi latihannya gampang lo, pals. Aku baru tahu cara ini waktu ikut kelas innerchild healing bersama Inni Bubby akhir tahun lalu. Yaitu dengan latihan makan kismis, atau makan snack yang ukurannya kecil dan seringkali kita makan tuh langsung lep aja.
Saat latihan makan kismis, kita nggak boleh sekedar makan, tapi merasakan dengan benar bagaimana makanan itu masuk ke mulut kita, bagaimana gigi-gigi kita mengunyahnya, bagaimana lidah kita menemukan rasa, bagaimana kita menelannya. Rasakan setiap detik proses makan tersebut dan temukan sesuatu yang baru.
Bahwa ternyata menjadi sadar atas setiap hal yang kita lakukan itu penting, dan membuat kita ngeh betapa tubuh kita sangat luar biasa. Jadi apa yang bikin kita nggak bisa mencintai diri sendiri, padahal Allah telah banyak menitipkan hal luar biasa pada kehidupan yang kita jalani?
7. Start Doing Self Care
Kok skincare seadanya? Ya kan ada yang demen perawatan CTMP kompliit sekian step ala Korea, ada yang basic-basic aja. Sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing kan? Hehe.
Sementara untuk perawatan dan penyegaran jiwa, bisa dengan dengerin musik favorit, baca buku yang bernas, mantengin dramanya Hyun Bin atau Woo Do Hwan.. wkkw. Itu sih self care ala aku ya, tentunya teman-teman punya self care versi masing-masing kan?
Diri kita layak untuk dicintai. Tak perlu menunggu orang lain mencintai kita. Justru mulailah dengan mencintai diri sendiri lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada kita. Mencintai diri sendiri juga salah satu sarana syukur kepadaNya atas jiwa raga yang terukir, juga hidup yang sedang mengalir. Sejatinya, ketika kita telah berhasil mencintai diri sendiri, saat itulah cahaya di dalam diri akan lebih memancar. Dan dunia terasa lebih ramah kepada kita.
Jadi mulai saat ini sudah siap ya untuk menjadi pendukung terbaik bagi diri sendiri? Sudah siap ya untuk bisa self love? Yippie, tosss! Untuk menutup tulisan ini, kupersembahkan suaraku yang B aja ini, semoga bisa menghibur buat kalian yang lagi sedih dan sedang mencari cara untuk mencintai diri sendiri. Thanks for visitng and see ya!
***
Sumber:
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-prescription-self-love
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/321309#Mindfully-trained-self-compassion
- https://www.lifehack.org/articles/communication/30-ways-practice-self-love-and-good-yourself.html
- Materi Self Compassion di kelas Innerchild Inni Bubby
Sukaaa banget sama tulisannya mba. Alhamdulillah pelan-pelan poin-poin di atas mulai dipraktekkan, dan wow, hasilnya terasa sekali di diriku pribadi. Alhamdulillah.
ReplyDeleteMbak Marita, bagus banget isinya..
ReplyDeleteBener yaa..stop being perfect and start to be honest..harus lebih jujur terhadap diri sendiri..
Kalau ibu-ibu yang multitasking itu bukan berarti mindfulness kan?
Mungkin terkesan egois, tapi ketika kita percaya pada diri sendiri karena kita dibacking sama Allah, yakin semuanya nggak perlu bergantung sama manusia...krn semakin berharap sama manusia semakin mudah kecewa ya Mba
ReplyDeleteBener banget ya. Kecewa banget ketika kita mengharapkan pada seseorang, eeeh ternyata tidak terpenuhi. Tetap harus berikhtiar sendiri dan berdoa mohon berkah dari Allah.
DeleteKumplit sekali mbak ulasannya. Mau coba dipraktikkan biar makin cinta sama diri sendiri... Eh ya self carenya samaan ya ctmp dan nonton drakor hehe
ReplyDeleteNo.2 yg lagi berusaha saya terapkan. Padahal dulu saya org'y woles abis tpi sejak nikah entah kenapa jd perfectionist dan jd org yg pengen apa2 perfect itu gak enak. Haha.
ReplyDeleteKayaknya saya kudu diingetin juga secara terus menerus inih mba, karena walopun sudah mempraktekkan point-point diatas, sebagai manusia masih aja kadang lupa dan lalai.
ReplyDeleteMembaca tulisan ini seperti membaca dosa-dosa yang pernah saya minta untuk diampuni, entahlah. Mungkin karena sedang terlalu banyak masalah dan beban. Sehingga membuat saya benar-benar abai dengan diri sendiri 😅😂
Mba... bagus banget tulisannya.. rata-rata udah aku alamin. Pernah merasa di titik terendah, ga berguna, semua yang dilakuin nggak ada yang istimewa.. sering nge-push diri sendiri untuk handle semua hal, padahal abis itu ga punya waktu untuk diri sendiri.. emang jadi ibu, istri, anak dsb, lebih utama untuk mencintai diri sendiri ya.. makasi sharingnya
ReplyDeleteBahasan tentang self-love yang komplit! Di awal-awal membaca, aku udah sibuk dong dengan ngomong sama diri sendiri, "Iya, sih. Aku tuh suka ngomong gitu. Iya loh, aku suka menyalahkan diri sendiri."
ReplyDeleteGimana ya, rasanya mau bilang sama diri sendiri bahwa sudah melakukan yang terbaik kok masih ada perasaan takut. Sebab hasilnya ternyata gagal.
Hmmm ... Padahal diri sendiri sangat harus kita cintai dan hargai, ya.
Aku dengerin lagunya loh, itu beneran suara Mbak Marita? Enakeuuun, hihihi ...
Sudah setua ini, aku baru sadar bhw betapa masih kurangnya self love ku. Tapi tak apa, tak ada kata terlambat bukan? Trims Ttk 7 tips nya, insya Allah kuoraktekkan pelan-pelan..
ReplyDeleteIya kadang kita suka terlalu keras pada diri sendiri, padahal kalau bukan kita yang respek dan mencintai diri sendiri, siapa lagi? Terimakasih sudah mengingatkan melalui tulisan ini Mbak.
ReplyDeleteRasanya seperti tertohok pas baca tulisan ini. Ternyata saya masih belum bisa mencintai diri sendiri. Cenderung mengesampingkan. Huhuhu. Harus segera berbenah supaya nggak makin kacau. Thanks mbak.
ReplyDeletePenyakit banget emang bergantung pada orang lain dan ketika hasilnya ga sesuai harapan makin terpuruk bahkan menyalahkan diri swndiri. Bener banget sih bergantung itu cukup dan hanya sama Allah aja.
ReplyDeleteKomplit njerit mbak ulasannya..suka deh bacanya memang benar kadang kita itu lebih mencintai orang lain ketimbang diri sendiri sehingga susah untuk maju...
ReplyDeleteTulisan pembukanya bikin sakit hati, merasa sekali bahwa saya doyan banget nyalahin diri sendiri dan doyan ngebandingin diri sendiri sama orang lain. Engga jarang ketika saat ada di kindisi itu lelah banget kerasa ... berasa gak berguna, bener banget.
ReplyDeleteTerima kasih ... tulisannya beneran ngasih resep buat terapi jiwa aku nih, mbak.
Nice artikel mb, intinya kita harus banyak2 bersyukur dan lebih dekat ke Allah ya
ReplyDeleteIya, Mb
ReplyDeleteJujur aku dulu sering bgt nerasa insecure, tapi bukan karena aku suka bandingin alias rumput tetangga lebih hijau... bukan. Jujur, aku tipe yg menikmati yg kulakukan. Insecure-ny lebih karena terlalu peduli omongn orang. Tp kemudian aku berubah jd cuek dan bodo amat. Alhamdulillah, bahagia... huehehe
Alhamdulillah aku udah self love sejak sebelum nikah. Mungkin ini juga yang bikin aku punya modal jadi nggak ngalamin baby blues. Karena begitu menikah, banyak support system yang mendukung aku. Dari suami, mertua, orang tua, adik2ku, keluarga besar yg selalu ada di sisi ku bahkan tanpa perlu aku meminta. Banyak kasih sayang yang aku terima, jadi ketika bertemu masalah pun, aku easy going. Karena yakin ada mereka, bahkan kalo pun sendiri, aku yakin Allah selalu ada untukku
ReplyDeleteIya sering banget deh dengar ucapan mamak nggak boleh sakit padahal mamak juga manusia, seolah setelah jadi ibu kita nggak boleh punya keinginan pribadi, dosa banget kayaknya hehe..harus diubah nih pemikiran ini dan selalu self love. Terima kasih tulisannya, Rit..
ReplyDeletePernah ngalemin tuh, sebenarnya masalahnya sepele, tapi, aku yang besar-besarin sendiri.
ReplyDeleteSebenarnya kalau ya sudah lakukan saja, lewati, ntar juga bisa. Eh, malah dipakai mbulet-mbulet, nah jadi runyam. Sering tuh seperti itu. Hahaha.
Tapi, ya, lama-lama ketemu jalannya, Mbak. Benar kalau ada yang bilang, sampai liang lahatpun, kita tetap bisa belajar hidup.
Ada masa dimana dulu aku selalu merasa, kalau ada hal-hal yang tidak baik terjadi di sekitarku, pasti itu salahku. Self judgement gini ini ya berat juga ya pengaruhnya ke psikis. Melewati tahapan ini tidak mudah. Butuh kepercayaan diri juga yang dipadu dengan self love.
ReplyDeleteMemang skrg andalan terutama ya Allah sih pegangannya mbak. Udah yg paling bener utk membangkitkan keterpurukan pokoknya. Semangat selalu..yaaa
ReplyDeleteYa Allah semoga kami semua diberikan kekuatan untuk menyayangi diri dan membahagiakan diri dan orang lain sesuai dengan porsinya. Aku juga mba kadang bandingin diri gitu, dampaknya malah buruk. Makasih ya mbaaa buat ulasan dan tipsnya
ReplyDeleteAsli, tulisan ini ngademin banget sih. Banyak hal bising dari dalam maupun luar diri yang nggak jarang bikin capek. Cara paling ampuh ya harus belajar untuk mencintai diri sendiri.
ReplyDeleteNggak masalah nggak sempurna. Terserah juga orang mau ngomong apa. Tutup aja kuping kalau capek dengerin. Toh, kita emang nggak bisa membungkam semua komentar ke kita kan?
bener banget nih mba, kita perlu banget ya self love, terus jangan lupa juga untuk memaafkan diri sendiri. jangan melulu memaafkan orang lain tapi kadang masih menyalahkan diri sendiri. tulisannya bagus. terima kasih pengingatnya.
ReplyDeleteAku terharu membaca postinganmu ini mbak. Begitulah aku menjalani hidup. Tanpa mengenali diri sendiri dan menemukan kekuatan dalam diri, mustahil bisa berdiri sampai sekarang. Tak ada dukungan dari kuar, bukan berarti harus mengalah. Meski sesekali down jugs.
ReplyDeleteMindfullness yang aku rasakan adalah ketika minum air. Aku merasakan air masuk, melewati bibir, ke mulut, mengalir ke tenggorokan, terus turun dan turun sampai ke perut. Mindfulness ini bisa diterapkan kemana-mana juga, seneng ya belajar ginian.
ReplyDeleteOke banget mba artikelnya. Memang wanita gampang ga PD terutama setelah jadi Ibu. Saya rasa sedikit karena imej ibu haruslah sempurna, padahal ngga ada yang sempurna selain Tuhan. Rasa galau ga PD sebaiknya kembalikan ke Tuhan saja ya mba, jangan pikirkan yang lain2
ReplyDeletethank you mbak marita.. such a beautiful and meaningful bgt... tanpa sadar aku sering todak mencintai diriku sendiri... pelan2 mau kupraktekan ya mbak..bismillah
ReplyDeleteWaw.. Setiap pointnya aku resapi dan ini bener banget. Semua rerata ibu suka pd bilang self love itu dimulai dr me time. Tp me time sj sebenarnya tidaklah cukup. Kita perlu mengaplikasikan point2 yg mba sebutkan itu. Itulah self love sebenarnya.
ReplyDeleteArtikelnya bagus banget, Mbak. Dari 7 poin itu yang paling susah menurutku adalah becoming mindful. Itu dasarnya sih, self-care tapi nggak mindful ya berasa kaya rutinitas aja, seperti sholat misalnya. Kalau nggak khusu pasti beda rasanya dengan sholat yang penuh dengan kesadaran dan kepasrahan. Rasanya harus belajar lagi tentang mindful ini biar bisa cinta sama diri sendiri.
ReplyDeleteStop being perfect, iyes! Ini menyiksa banget klo masih ingin perfect terus. Aku ngalaminya. Aku sndiri sering gitu. Kepengen kerjaan rumah kelar, anak terurus, dan ada waktu buat me tine tiap hari. Tapi nyatanya kita punya kapasitas yg berbeda. Ya udah, turunin standar lg deh.
ReplyDelete