Aku bersyukur bahwasanya pada detik-detik menjelang pengumpulan jurnal bunda cekatan #1 tahap kupu-kupu pekan ke-3 ini bisa memiliki nyali untuk menuliskan gejolak yang ada di hati. Beberapa waktu lalu aku sempat merasa gamang, sudah benarkah jalan yang kupilih. Mengambil manajemen emosi sebagai fokus belajarku di tahap kupu-kupu.
Kenapa bukan blogging level advance? Bukankah saat ini aku juga sedang berproses menuju cekatan di bidang itu?
Itulah gunanya mencatat jurnal dan membacanya ulang. Menuju Metamorfosa #4: Designing Map of My 2020 Universe mengingatkanku pada sebuah tujuan besar dari life mapping yang kususun tersebut;
Mencapai ridho Allah lewat jalan ketaatan sebagai istri, ibu yang menjalankan peran pengasuhan seutuhnya dan lewat kebermanfaatan untuk umat di bidang blogging dan parenting.
Sebuah tujuan yang aku tahu tidak bisa kuraih dengan instan. Bahkan sepertinya tak bisa berakhir begitu saja pada 2020. Tahun ini justru baru sebuah awal. Awal kelahiran atas semangat, kemantapan dan keyakinan baru dalam diriku.
Ramadhan kemarin jiwaku koyak. Awalnya kupikir asam lambung yang naik itu hanya karena masalah fisik yang terlampau dibiarkan untuk tak hidup sehat. Namun ada gambaran besar di balik itu semua yang pada akhirnya meluluhlantakkan pertahananku. Ya, I am still not okay since that day. Sejak TV di rumah ini tak pernah lagi menyala. Ada rasa bersalah, ada ketakutan, ada kemarahan, juga ada tanggungjawab yang terus memanggil-manggil agar aku kembali pada tracknya.
Allah menunjukkan caraNya, entah kenapa aku kemudian bisa ngobrol dengan mbak Dita, sekretaris regional IP Semarang. Obrolan yang awalnya tak terencana itu justru meluruskan benang-benang kusut di kepala. Ya, aku harus segera menyelesaikannya. Tidak boleh mundur lagi. Meski terlihat berat dan menyesakkan. Bukankah Allah hanya meminta kita berikhtiar? Percaya saja bahwa Allah akan pilihkan jalan terbaikNya.
A. Memilih Prioritas
Dan aku semakin yakin bahwa memang manajemen emosi adalah materi yang kubutuhkan untuk berproses menjadi seorang bunda cekatan di bidang sharing, motivating and healing. Terdengar berat, bahkan mungkin terkesan sombong dan sok, tapi ya... I want to be a healer, at least for myself and my family. Syukur-syukur jika bisa menebarkan sayap-sayap patahku yang mulai menguat kembali for my surroundings.
Karena sayapku yang pernah patah, mataku jeli menangkap mereka yang juga bersayap patah. Aku ingin bisa membantu mereka yang luluh lantak kembali semangat mengepakkan sayap dan terbang menuju tujuannya.
Dari tujuan life mapping yang kubuat Januari lalu, sudah jelas bahwa tujuanku adalah menggapai ridho Allah. Caranya bagaimana?
1. Menjadi istri yang taat
2. Menjadi ibu yang penyayang
3. Menjadi manusia yang bermanfaat lewat media blog for sharing parenting & self healing
Dan tujuan besar serta ketiga cara itu tak akan sampai pada muaranya JIKA AKU BELUM SEMBUH! Aku tahu self healing isn't an instant way. Sampai detik ini aku berproses. Semua orang yang pernah terluka adalah mentorku. Termasuk mbak Puji, mentorku saat ini di tahap Kupu-kupu. Meski aku belum banyak berkomunikasi dengan beliau, kuyakin bahwa pertemuan kami adalah takdir. Tak akan ada yang sia-sia dari pertemuan ini. Aku yakin Allah membawakan kepingan lain untuk melengkapi puzzle yang sedang kutata.
Sangat jelas bahwa prioritas utamaku saat ini adalah sehat mental secara holistik. Hingga aku mampu menuntaskan semua PR-PR yang ada, juga rencana-rencana yang merangsek isi kepala.
B. Setting Goal
Prioritas tanpa memiliki rencana hanya akan meninggalkan angan-angan. Beruntung di tahap kupu-kupu Bunda Cekatan ini aku dibantu untuk menyusun rencana secara matang. Jujur aku tak berani menyingkat waktu. Karena aku juga harus mendengar what my inner-self says. Aku tak mungkin membohongi nurani bahwa aku sudah siap dan sanggup, jikalau nyatanya belum.
Maka inilah yang kususun:
C. Do The Action
Rencana tanpa aksi hanyalah mimpi di siang bolong. Menulis ini aku seperti kembali diingatkan pada visi misi keluarga yang telah disusun sedemikian rupa. Ya, I should keep staying on the track. Suamiku memang sang pengemudi, tapi aku adalah navigatornya. Jika aku lengah, pengemudi pun bisa hilang arah. Dan ini saat yang tepat untuk kembali mawas diri dan tak terlena.
Doakan semoga yang kucatat di sini bukan sekedar imaji ya, pals.
Terima kasih sudah menjadi teman online yang setia mendengar segala random thoughts-ku malam ini. Sampai jumpa di jurnal rasa celoteh curahan hati berikutnya!
Masyaa Allah mba...
ReplyDeleteTulisanmu selalu bisa membuatku merenung & berkaca.
Memdengar memang bukan perkara yang mudah ya mba, butuh banyak sabar dan ilmu. Apalagi memdengar diri sendiri. Karena seringkali kita lupa, bahwa kita juga butuh untuk didengar 😊
Doa terbaik buat mbak Marita & keluarga 😘
Mau dong jadi mentee, ga usah di kelas kupu2 tapii hehe
ReplyDelete