Masih berjibaku dengan segala macam tugas work at home, pals? Atau masih pusing bagaimana mengajari anak menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya? Ups, jangan spaneng gitu dong. Melelahkan memang sih… manusiawi kalau kita merasa lelah dengan segala keadaan yang ada di depan mata sekarang ini.
Hanya fokus pada rasa lelah dan dampak-dampak buruk yang hadir karena covid-19 tidak akan membuat kondisi ini semakin baik. Justru yang ada kita akan semakin uring-uringan, nggak tenang dan hal itu bisa berpengaruh pada imunitas tubuh. Jika segala ikhtiar sudah kita upayakan, dan covid-19 masih anteng ada di sini, maka tugas kita selanjutnya adalah bertawakal pada Sang Maha Pemilik Hidup. Terima, jalani dengan ikhlas, dan gali hikmah di balik setiap ketentuanNya.
5 Hal Baik After Covid-19
Bukankah takdir Allah selalu baik dan tak pernah salah? Maka bukan saatnya merutuki keadaan ini, Allah pasti punya kejutan untuk kita lewat wabah ini. Hmm, kenapa nggak kita coba menggali hikmah yang bisa kita dapatkan after covid-19?
1. Udara Bersih
Bahkan belum juga corona menghilang, bukti nyata ini sudah terpampang nyata. NASA mengeluarkan foto penampakan kota Wuhan setelah terjadinya covid-19. Ternyata tingkat polusi turun drastis. Langit menjadi biru, udara menjadi bersih. Masya Allah indah sekali.Kenapa bisa terjadi? Ya karena pabrik-pabrik berhenti beroperasi, tak banyak kendaraan di jalanan, tak banyak lalu lalang yang terjadi… bumi beristirahat dari segala aktivitas yang melelahkan. Menghirup nafas dengan lebih tenang dan menikmati kedamaian untuk sesaat.
china before and after covid 19 |
jakarta before and after covid 19 |
Ketika manusia yang diamanahi menjadi khalifah di bumi tak bisa menjalankan perannya dengan baik, Allah tak perlu banyak bicara. IA turunkan makhlukNya, dan IA benahi bumi langsung dengan tanganNYA. Jadi masihkah kita mengingkari kuasaNya?
2. Awareness Terhadap Kebersihan dan Kesehatan Meningkat
Ketika covid-19 belum datang menghampiri, banyak orang yang nggak tahu bagaimana cuci tangan 6 langkah. Banyak orang yang naik motor tanpa pakai masker, termasuk aku, hehe. Banyak orang yang pola tidur dan pola makannya asal-asalan, duh kejewer sendiri lagi.Namun karena kedatangan covid-19, alhamdulillah berbondong-bondong orang jadi lebih sadar tentang pentingnya kesehatan. Yang tadinya nggak pernah makan sayur dan buah, mulai banyak makan sayur dan buah. Yang awalnya suka begadang, jadi mengurangi begadang. Yang awalnya masker saja nggak punya, sekarang jadi mengoleksi masker beragam jenisnya. Yang tadinya boro-boro cuci tangan, sekarang setiap 10 menit sekali lari ke kamar mandi buat cuci tangan.
salah satu info yang simpang siur tentang berjemur, ini valid.. sumber dari teman dokter |
Meski di satu sisi mulai banyak yang jadi ilmuwan-ilmuwan dadakan, share info kesehatan ini itu tanpa cek dulu apakah sudah terbukti kebenarannya, ataukah sekedar hoax semata. Semangat menebar kebaikan itu perlu, tapi jangan lupa untuk selalu sehat berinternet dengan 3M dan BAIK ya, pals!
3. Empati Terhadap Sesama Bertumbuh
Di salah satu kajian ustaz Budi Ashari pernah disampaikan bahwa di masa-masa pandemic seperti ini, akan mulai muncul 2 jenis manusia. Manusia yang hanya memikirkan dirinya sendiri atau manusia yang juga memikirkan orang lain. Senang ya melihat semakin banyak orang dan komunitas yang saling bantu-membantu di masa covid-19 ini. Ada yang berbagi masker gratis, ada yang berbagi APD untuk tenaga medis, ada yang bagi-bagi makanan untuk ojol dan masih banyak lainnya. Masya Allah, di balik masa yang sulit, ternyata masih banyak hati-hati yang baik. Hmm, aku jadi mikir bisa bantu apa ya untuk mereka yang terdampak?4. Adab Terhadap Guru Meningkat
Salah satu adab terhadap ilmu adalah adab kita pada guru. Sayangnya banyak yang mulai kehilangan adab terhadap guru. Orangtua juga banyak yang tak mengajarkan hal ini pada anak-anaknya. Maka lihatlah, semakin banyak anak yang kurang ajar terhadap guru-gurunya. Banyak beredar bagaimana guru-guru diperlakukan tak hormat oleh para muridnya.Oleh orangtua, guru hanya dianggap sebagai orang yang dibayar untuk membantu dalam pendidikan anak-anak. Karena kita bayar, rasa hormat terhadap sosok yang sangat berjasa ini banyak berkurang. Seringnya menyepelekan dan kurang mengapresiasi jasa-jasanya. Setelah covid-19? Masihkah kita tak hormat dan tak menghargai para guru? Seharusnya sih tidak ya?
Dengan pengalaman selama belajar di rumah bersama anak-anak hampir enam pekan pastinya kita jadi sadar betapa tugas guru itu tak mudah. Betapa kita tak bisa hanya pasrah bongkokan pada guru, tanpa mau ikut serta dalam pendidikan anak-anak.
5. Bonding di Dalam Keluarga Semakin Kuat
Ketika sebelum covid-19 menyerang, meluangkan waktu bersama keluarga menjadi hal yang sangat susah. Kini karena covid-19, kita bahkan nggak perlu meluangkan waktu, kita malah diberi waktu sebanyak-banyaknya bersama keluarga. Yang biasanya berangkat kerja pagi-pagi buta, pulangnya malam saat anak-anak sudah terlelap. Kini kita bisa work from home, yang meski pusing karena banyak diusili anak-anak, namun melihat anak dan pasangan selama 24 jam pastinya sebuah anugerah yang luar biasa.Ketika tadinya mau meluangkan waktu ngobrol bersama pasangan susahnya minta ampun, kini karena adanya covid-19 bisa bahu membahu menjadi guru belajar untuk anak-anak. Setelah jam belajar selesai, bisa main dan seseruan bersama. Sebuah nikmat yang mungkin tak bisa kita dapatkan sebelum covid-19 datang.
Tak hanya lima hal di atas, at last but not least, after covid-19 bisa jadi keimanan kita terhadap Allah SWT akan semakin meningkat berkali-kali lipat. Tentu saja hal-hal baik itu hanya akan terjadi dengan syarat dan ketentuan berlaku.
- Udara bumi yang bersih hanya akan bisa didapat ketika himbauan pemerintah untuk #dirumahaja benar-benar dijalankan. Nyatanya sampai hari ini aku melihat saat harus keluar ke pasar, jalanan masih sangat ramai. Apakah hanya di Semarang, atau di kota kalian juga masih seperti itu?
- Awareness terhadap kebersihan dan kesehatan akan meningkat jika kita nggak menyepelekan covid-19. Ketika himbauan untuk pakai masker dan cuci tangan sudah jadi bagian dari diri kita. Namun nyatanya, aku masih banyak melihat yang nggak paham apa pentingnya pakai masker dan cuci tangan.
- Empati terhadap sesama bertumbuh ketika kita bisa melihat bahwa ada banyak orang yang hidupnya kurang beruntung dari kita. Namun saat kita masih merasa paling susah, bahkan dengan tenaga medis yang sudah berjuang di garda terdepan saja kita tak bisa berempati, entahlah beberapa bulan ke depan akan jadi apa hati-hati kita. Mungkin membatu?
- Adab terhadap guru meningkat hanya akan terjadi ketika saat ini kita mampu sadari betapa ternyata peran guru dalam kehidupan anak-anak begitu besarnya. Ternyata ngajarin matematika nggak semudah bayangan. Ini baru satu anak, bayangkan para bapak ibu guru harus bertanggungjawab untuk 15-25 anak di kelas. Dan selama ini kita maunya hanya terima beres, karena merasa sudah membayar SPP?
- Bonding di dalam keluarga semakin kuat hanya jika selama di rumah waktu berkualitas benar-benar tercapai. Kalau selama di rumah, bapaknya sibuk pegang laptop, emaknya nonton drakor, anak-anaknya nonton youtube.. (jleb!) Ya entahlah apakah bonding yang kuat itu bisa terwujud, atau malah jadi akan banyak kasus perceraian yang muncul seperti di Wuhan pasca lock down?
- Keimanan, rasa pasrah dan tawakal kita terhadap Allah akan semakin meningkat atau justru semakin drop secara drastis? Tergantung. Apakah selama masa #dirumahaja kita lebih banyak berhura-hura (baca: nonton film, denger musik, buka lambe-lambean, tik-tokan, dan lainnya)? Atau justru banyak mengisi hari-hari kita dengan aktivitas yang semakin mendekatkan diri padaNYA (baca: ikut kajian online, banyak baca buku, lebih sering baca Quran, dsb)?
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com