header marita’s palace

Yakin Sudah Siap Menikah? Tonton Dulu Twivortiare dan Belajar 7 Hal tentang Pernikahan!

Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Stop talking about corona dulu ya, pals. Well, bukan cuek… hanya membatasi dan memilah informasi saja yang penting didengar dan tidak. As I said di beberapa artikel terkait covid-19 yang kubuat beberapa waktu lalu bahwasanya cemas berlebih bisa menyebabkan daya imunitas kita turun. Sedangkan untuk melawan covid-19, kita butuh imun yang bagus. So, sambil tetap doing physical distancing, work from home, cuci tangan, pakai masker kalau harus keluar, yuk kita jaga imun dengan jaga pola hidup sehat, jaga makan dan nonton yang bisa bikin happy.

Watching movie is one of my favorite self-care activities. Aku baru sadar hari ini kalau beda negara, beda genre film juga yang kusukai. Kalau film-film Hollywod dan Indonesia, aku lebih suka romance, family drama, or drama comedy. Sedangkan kalau drama Korea, aku lebih suka genre detective, kesehatan, dan malah kurang menikmati kalau bumbu romance-nya terlalu banyak, wkwk.

Jadi saat semua orang heboh nonton Crash Landing on You, sampai hari ini aku bahkan belum kelar nonton tuh drama. Padahal siapa sih yang nggak klepek-klepek sama Hyun Bin? Hahaha.

Beberapa bulan ini entah kenapa aku nggak bisa tuntas menikmati drakor hingga episode terakhir, selalu mandheg di tengah perjalanan, kecuali Romantic Dr. Kim Part 2. Saat ini aku lagi mencoba menikmati Memorist, Hospital Playlist dan Rugal. Nggak tahu deh kira-kira mana yang akan bertahan hingga akhir, we’ll see.

Nah, kemarin setelah nonton Rugal langsung dua episode, aku sebenarnya pengen nonton Joker or Birds of Prey, tapi setelah dipikir-pikir… sounds bad… bukannya happy bisa tambah stress wkwk. Jadi akhirnya larilah nyari film yang ringan-ringan saja, dan terpilihlah Twivortiare!

Tahu dong Twivortiare? Sebuah film yang diangkat dari salah satu novel best seller-nya Ika Natassa dengan judul sama. Diperankan oleh aktor 1000 film, siapa lagi kalau bukan, Reza Rahadian. Bersanding dengan Raihanun, istri dari sutradara Teddy Soeriatmadja yang melambung namanya sejak main di Badai Pasti Berlalu pada 2007.

Aku bukan pembaca karya-karyanya Ika Natassa. Tapi karena yang main Reza dan Raihanun, aku tertarik buat nonton. Kalau Reza nggak usah ngomong banyak-banyak lah soal kualitas aktingnya, meski lama-lama bosen juga tiap film selalu ada doi, wkwk. Sorry ya Bung Reza…

Btw, aku suka sama Raihanun sejak nonton doi di Badai Pasti Berlalu. Wajahnya yang eksotis, dipadu dengan kualitas akting ciamik, jempool deh. Film lainnya dari doi yang pengen kutonton sebenarnya Lovely Man, tapi belum nemu sampai sekarang. Sempat nonton 27 Steps of May, tapi alurnya yang terlalu lambat, jujur bikin aku ketiduran dan belum kelar nonton, meski secara kualitas cerita, bagus banget sih.

Oke, back to Twivortiare, saat baca sinopsisnya, aku sudah bisa menebak alurnya sih. Tapi setelah nonton langsung, tetep asyik kok buat dinikmati, khususnya buat yang sedang persiapan mau nikah, atau rumah tangganya lagi sering cekcok atau malah lagi di ambang perpisahan, very recommended movie! Dari kacamataku, ada 7 pelajaran tentang pernikahan yang aku dapatkan dari film ini. Mau tahu?

Belajar 7 Hal tentang Pernikahan dari Twivortiare

Aku nggak bakal ngreview soal filmnya dan kasih sinopsis di sini, jadi silakan cari dari artikel lain yang pasti udah banyak banget tersebar di internet. Intinya sih film ini menceritakan tentang kehidupan rumah tangga Alex dan Beno. Mereka sudah sempat bercerai, dan akhirnya setelah 2 tahun berpisah, mereka memutuskan untuk menikah kembali. Apakah di pernikahan yang kedua semua akan berjalan lebih mudah?

Sayangnya, tak ada pernikahan yang benar-benar mudah, pals! Mana ada sih menjalani ibadah itu mudah? Pasti ada aja kan godaannya? Dan sejatinya pernikahan adalah ibadah terlama. Jadi pasti akan selalu ada ujiannya. Siap nggak siap, kalau udah nyebur, ya kudu siap. Pilihannya hanya tenggelam, atau belajar berenang sekuat tenaga hingga bisa sampai tujuan bersama-sama.

Dari ceritanya si Alex dan Beno di Twivortiare, ada 7 hal tentang pernikahan yang bisa kita pelajari:

1. Tujuan Awal Menikah adalah Kunci!

Sambil menyelesaikan artikel ini, sengaja kupasang soundtrack Twivortiare berulang-ulang. Diciptakan dan dinyanyikan oleh Glenn Fredly. Lirik yang daleeeem banget, dipadu dengan suara khas Glen, duh… bapeeer!

Jalan kita memang penuh liku
Berharap kepastian 'kan ada
'Tuk kembali ke awal
Berikan 'ku alasan
Untuk tetap bersamamu
Setelah lelah berharap
Berjarak dengan waktu
Semoga mendewasakan
Arti rasa satu itu
Berkaca kau dan aku
Kembali ke awal.

Sebagian lirik dari Kembali ke Awal, selanjutnya bisa nonton video klipnya aja di youtube yaks.. hehe.


“Kembali ke awal” yang diambil sebagai judul lagu ini menurutku bisa diinterpretasikan dengan dua hal. Yang pertama, bahwa setiap kali ada konflik di dalam rumah tangga, mau itu besar atau kecil, saat kita dan pasangan sudah sama-sama untuk tetap jalan bareng, maka harus sama-sama untuk memulai semuanya dari awal lagi. Membangun saling percaya lagi, membangun kasih sayang dan merajut hal-hal yang mungkin sempat hilang.

Sementara yang kedua, menurutku kembali ke awal adalah mengingat apa sih tujuan kita menikah dulu. Buatku mengingat dan merefleksikan kembali tujuan menikah bisa jadi momen yang menguatkan kembali pernikahan saat sedang ada konflik. Membuat kita berkaca, apa yang dulu membuat kita dan pasangan saling jatuh cinta, juga saling bertanya pada diri masing-masing apakah tujuan itu masih sama. 

Nggak tahu buat orang lain, tapi selama 12 tahun menikah, it works for me. Apalagi mengingat jatuh bangun yang telah kami lewati hingga masih bersama detik ini, rasanya sayang kalau harus hancur hanya karena ego dan emosi sesaat.

Di film ini, ada scene di mana Alex menonton ulang video pernikahan mereka. Mencoba menggali lagi tujuan pernikahannya dengan Beno. Namun ketiga ego masih menguasai, keinginan untuk menjadi pemenang dan merasa menjadi korban akan mengalahkan sesi refleksi yang sudah ia coba lakukan. Btw, kalau diingat-ingat dulu waktu awal-awal nikah, 5 tahun pertama yang kurasakan… ya gitu deh kaya Alex dan Beno, hahaha. Sekarang kalau ingat bisa ketawa, dulu sih rasanya neraka beud! That’s why jangan dikit-dikit pengen cerai, pengen pisah, kecuali mungkin ada hal-hal principal yang dilanggar… terus cari tahu kenapa sih Allah mempertemukan dan mempersatukan kita dengan pasangan.

2. Mars vs Venus

Siapa yang menikah sama pasangan karena merasa saling cocok satu sama lain? Apakah saat menikah kemudian ketemu hal-hal yang ternyata… eh, kok beda. Eh, kok dia begini, eh, mauku kan begitu. Bahkan anak kembar saja nggak bakal benar-benar punya 100% persamaan kok, apalah lagi kita sama pasangan yang sudah jelas beda jenis kelamin, dibesarkan oleh keluarga yang berbeda, mendapat pendidikan yang berbeda, melewati kisah dan pengalaman-pengalaman yang berbeda. Jadi ya jangan heran kalau ketika sudah menikah, semua yang kita bayangkan di awal pernikahan nggak bakal 100% sama!


Sebelum nikah sama ayahnya anak-anak, aku sempat mengalami masa jahiliyah selama hampir 4 tahun. Apakah kemudian setelah menikah kami nggak perlu saling beradaptasi? Apakah kemudian jadi lebih mudah memahami? Nggak juga, pals. Masih aja bentrok, masih aja kudu belajar, masih aja ada yang nggak saling mengerti. Pernah juga rasanya nggak kuat deh. Rasanya kami nggak cocok deh. Kayanya salah pilih deh. Tapi ya seiring berjalannya waktu, sama-sama tahu bahwa perbedaan-perbedaan yang ada justru membuat hubungan kami menjadi lebih kaya.

Apa jadinya kalau karakterku dan suami sama? Aku keras, dia keras? Wow, bubrah. Apa jadinya kalau aku pengen semua serba cepat dan dia juga? Stress kali anak-anak kami, wkwk. Apa jadinya kalau aku yang nggak sabaran ketemu dia yang juga nggak sabaran? Hancur minang, pals. Ternyata segala perbedaan yang ada di kami dibuat Allah sedemikian rupa, biar kami saling belajar satu sama lain. Aku belajar sedikit selow dari dia, dia belajar sedikit disiplin, aku belajar mengelola emosi, dia belajar untuk tegas. Jadi, jangan keluhkan perbedaan yang ada… justru carilah apa yang bisa kita padukan dari perbedaan itu.

3. Sudah Kenal Bahasa Cinta Pasangan?

Di film ini terlihat banget sih bahwa sebenarnya Alex itu sebagaimana perempuan pada umumnya, pengen suaminya bersikap romantis; kirim bunga, merayunya dengan kata-kata puitis. Tapi apalah daya, Beno yang dokter spesialis jantung itu, tipe cowok yang sangat kaku, ya sebagaimana laki-laki pada umumnya. 

Romantisnya Beno itu dengan selalu bertanya kabar istrinya, kirim makan siang yang menunya itu-itu aja, wkwk. Dengan pekerjaannya sebagai dokter, mau nggak mau, jam kerjanya kadang nggak bisa diprediksi. Apalagi kalau ada operasi cito/ mendadak, mau nggak mau kudu segera ke rumah sakit. Sementara Alex, pengen banget punya quality time sama suaminya. Tapi setiap kali Beno pulang, Alex pengen ngobrol, Beno selalu bilang, “besok saja yaa… capek nih.”

Mengenal bahasa cinta pasangan itu perlu, pals. Kayanya udah berkali-kali sih aku nulis soal bahasa cinta di artikel-artikelku bertema pernikahan. So, nggak bakal kujelaskan panjang lebar. Intinya, setiap orang punya bahasa cinta yang paling dominan. Nah, kadang bahasa cinta kita yang paling dominan itu nggak sama dengan bahasa cintanya pasangan. Karena nggak paham, mikirnya… ih, doi nggak ngerti aku banget deh. So, silakan temukan bahasa cinta teman-teman dan pasangan, lalu coba isi tangki cinta yang mungkin mulai mengering sesuai dengan yang dibutuhkan bahasa cintanya masing-masing.

4. Terima Paket Lengkap Pasangan

Saat kenal pasangan di awal bisa jadi kita terlalu terkesima dengan segala kelebihan yang doi tampilkan. Namun seiring berjalannya pernikahan, ternyata pasangan kita nih punya paket komplit yang isinya nggak cuma baik-baiknya doang, tapi juga ada jelek-jeleknya. Misal, doi sabar sih, tapi sukanya naruh barang sesukanya sendiri. Atau doi pekerja keras sih, tapi sama sekali nggak romantis, jangankan merayu, nanya ada apa ke kita aja nggak pernah sama sekali.

Lucunya nih… saat sebelum menikah, atau di awal-awal pernikahan… kita nih positive banget melihat pasangan. Kebaikannya selalu terlihat dengan nyata. Tapi begitu pernikahan masuk usia kedua, ketiga, keempat atau malah belasan, kebaikannya jarang kita ingat. Kita pikir… yah memang harusnya begitu kan? Yang kita sering ingat dan nempel di pikiran justru hal-hal jeleknya aja. Padahal kalau mau bikin list tentang kebaikan dan keburukan doi, insya Allah masih banyak kebaikannya kok. Coba saja deh!

Btw, kalau lagi jengkel dengan keburukan-keburukan pasangan… coba lakukan hal ini; saat doi tidur, pandangi wajahnya yang terlelap. Bayangkan apa saja yang sudah ia temui hari ini, kelelahan apa saja yang dia rasakan, masalah apa saja yang dia temui, tapi dia tetap pulang ke rumah. Betapa dia berusaha untuk kasih yang terbaik buat keluarga. It works for me. Menumbuhkan empati bisa jadi hal paling mudah untuk menerima paket lengkap di dalam diri pasangan.

5. Seni Berkomunikasi

Berkomunikasi itu ternyata ada seninya. Aku pun baru belajar setelah nikah, bahkan setelah punya anak, wkwk. Dulu mah tabrak aja. Pakai rasa doang, pengenku begini, bla bla bla. Tapi ternyata nggak bisa… selain memahami bahasa cinta pasangan, kita juga kudu tahu seninya berkomunikasi. Bahwasanya kita dan pasangan punya FoE (frame of experience) dan FoR (frame of reference) yang berbeda. 

That’s why penting banget untuk memilih waktu yang tepat untuk ngobrol, apalagi kalau masalahnya rada pelik, janganlah doi pulang kerja langsung ditodong untuk mikir berat. Yang ada langsung naik pitam ntar. Biarin mandi dulu, main sama anaknya dulu, bikinin teh dulu. Baru deh ngobrol.. wkwk, kalau malah ditinggal tidur? Ya, berarti belum the right time, haha. Sabaaar, tahaan. Masih ada teknik-teknik lainnya, bisa tengok di ceritaku saat aku dan suami pernah mengalami miskomunikasi.

6. Ego dan Emosi

Aku maunya begini! Pokoknya begini, nggak mau tahu.

Itu kalimat yang sering banget aku ucapkan ke suami di awal-awal pernikahan. Yes, I’m sooo selfish! Dan yes, aku akui berantemnya kami dulu ya seringnya karena I’m so selfish. Selain selfish, aku tuh hobi banget mengikuti emosi sesaat. Misal lagi cemburu or marah, udah deh lupa makai logika, ngikutin cemburu dan marahnya doang, nggak mau dengerin penjelasan pasangan.

Lah kalau cuma searah begini, masih lumayan aman. Amannya karena saat itu suami lebih memilih mengalah, daripada rame jadi berabe, wkwk. Tapi lama-lama nggak aman juga… capek juga kali ngalah terus-terusan. 

Apalah lagi kalau dalam rumah tangga, dua-duanya saling keukeh dengan ego dan emosinya masing-masing, ya nggak bakal ketemu di satu titik. Bakal perang dunia melulu deh di rumah. Kalau udah begini, selain mencoba mengoreksi 5 poin di atas, misal udah ganggu banget dan membahayakan pernikahan, menurutku sih cari perantara yang netral. Kalau punya cukup dana, pergi ke konselor pernikahan juga lebih baik. Bisa jadi… ego dan emosi yang terjadi dan nggak kelar-kelar, karena ada hal-hal yang belum tuntas di masa lalu. Nah, yang belum tuntas ini memang harus dituntaskan, biar nggak merusak yang sedang kita jalani sekarang.

7. Berjuang dan Bersabar

Aku suka sih sama voice note yang dikirim Beno ke Alex di akhir cerita. Juga saat Alex finally  sadar betapa pentingnya untuk saling berjuang dan bersabar di dalam pernikahan. Nggak bakal bisa kita berjuang sendiri, sementara pasangan nggak gerak. Begitu juga sebaliknya, nggak bisa pasangan yang sabar sendirian, dan kita nggak belajar untuk sabar. Justru begitulah kunci pernikahan; SALING.

Cinta saja memang nggak cukup. Cinta itu bukan modal awal sebuah pernikahan. Nyatanya ada yang menikah tanpa cinta, dan baik-baik saja. Namun cinta itu adalah buah dari perjuangan dan kesabaran. Saat kita berhasil menumbuhkan empati, memahami kisah hidup pasangan, mengenal pola pikirnya, menemukan bahasa cinta dan seni berkomunikasi dengannya, saat itulah cinta yang sebenarnya akan tumbuh. 

Cinta adalah upaya yang harus selalu dijaga, bukan sebuah rasa yang terus-terusan dicari. Namun yang terpenting menurutku sih, cinta akan selalu ada, nggak akan jauh-jauh kok sama kita… selama dalam menjalani rumah tangga, kita selalu bawa serta Allah dalam setiap langkah yang kita ambil. 

Well, inilah 7 hal yang bisa kudapat dari Twivortiare, yang bisa menjadi pengingat bagi kita tentang pernikahan. Dan di film itu digambarkan kalau kedua orangtua Beno dan Alex saling mendukung pernikahan mereka, serta saling mencintai anak dan menantu mereka. Jadi bener-bener di film ini permasalahannya hanya tentang dua orang saja. Sementara dalam pernikahan yang benar-benar kita jalani, kadang permasalahan pun bisa timbul dari pihak mertua, keluarga besar, tetangga... 

So, selamat berjuang.. semoga selalu sakinah, mawaddah, warohmah! Buat yang masih prepare menikah, nggak perlu takut nikah. Sounds scary, tapi saat kita menjalaninya sendiri, sejatinya saat itulah Allah sedang mendewasakan kita kok :)

pic taken from IDN Times

Kalau kalian sudah pernah nonton film ini belum, pals? Mau dong denger versi kalian tentang apa yang didapat dari film ini. Ditunggu ya ceritanya!

Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

47 comments

Terima kasih sudah berkunjung, pals. Ditunggu komentarnya .... tapi jangan ninggalin link hidup ya.. :)


Salam,


maritaningtyas.com
  1. Enggak scary kok. Intinya tuh kalau udah milih seseorang jadi pasangan, ya udah terima aja kelebihan dan kelemahannya. Yang paling manjur tuh saat kita dengan halus mengatakan pada diri sendiri, bahwa kita tuh punya kelemahan segunung. Pasangan kita aja mau nerima, masa kita enggak mau nerima kelemahan dia yang mungkin lebih sedikit daripada punya kita. ;)

    ReplyDelete
  2. Aku udah nonton film ini dan juga udah baca novelnya. Dan iyes betul sekali..banyak hal yang bisa dipetik dari film Twivortiare ini. Aku setuju dgn 7 poin yg mba Marita ulas. Yang pasti pernikahan itu memang butuh kerja keras, kesabaran dan perjuangan. Dan usia pernikahan kita sama ternyata�� . Btw aku setuju banget dengan sebutan pemeran 1000 film alias 4L (loe lagi loe lagi) buat Reza Rahadian haha.

    ReplyDelete
  3. Aku belum kesampaian mau nonton film ini nih selalu tergoda film lain, ternyata setelah baca reviewnya bagus juga ya. Walaupun sudah menikah lama setidaknya masih bisa belajar dari film ini. Poin-poin yang ditulis ini bener banget nih. Terima paket lengkap pasangan ini wajib banget ya, karena namanya juga manusia gak ada yang sempurna

    ReplyDelete
  4. Iya Mbak, belajar banyak dari film ini. Seketika autotercenung, bahwa pernikahan itu adalah babak baru dalam mengarungi kehidupan yang baru. Pernikahan itu begitu sakral karena di dalamnya terdapat nilai-nilai kemuliaan. Tiada yang lebih diidamkan dari pernikahan selain barokah, dimana kebaikan-kebaikan berdatangan dan diharapkan akan semakin besar pengaruhnya, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Merengkuh barokah tentulah harus dimulai dengan niat yang benar, dengan proses dan cara yang mendatangkan keridhaan-Nya. Meski dalam perjalanannya, pasti penuh onak dan duri. Buat Mbak Marita dan suami tercinta, semoga terus bergandengan tangan hingga ke surga, menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rohmah. Aamiiin Ya Rabb.

    ReplyDelete
  5. Setuju banget dengan istilah Bahasa Cinta pasangan, dan menerima paket lengkap, karena memang tak ada yang sempurna harus saling mengisi, semua di peroleh dari teknik berkomunikasi yang baik

    ReplyDelete
  6. Belum nonton akunya, kak.
    Tetapi 7 poin tentang pernikahan di atas benar adanya.
    Memutuskan menikah, berkomitmen menua bersama. Tinggal buat variasi hariannya agar tetap semangat melalui hari.

    ReplyDelete
  7. Aku udah nonton filmnya Kak. Novelnya ika natashaa emang keren-keren, salah satunya ini. Meski aku belum meniikah, tapi aku ikutan nangis pas nontonnya hehehe. Aku setuju sama 7 poin di atas, terumata poin 7, sabar dan berjuang... baik Alex maupun Beno, saat mereka udah ditahap ini, masalah mereka kelar dan mereka bisa memulai lagi.

    ReplyDelete
  8. jujur aku belum nonton dan baca novelnya.. jadi bikin penasaran. reviewnya bagus-bagus nih untuk filmnya.. aku cari ah filmnya kapan-kapan

    ReplyDelete
  9. Pas baca judul kupikir itu judul drakor. Nggak apdet banget aku soal film dan novel ��

    Awal2 menikah rasanya juga beraaat banget, apalagi belum mengenal banget, blm ada 'rasa', beda karakter, dst. Alhamdulillah bisa sampai di titik ini, semoga seterusnya bersama sampai tujuan. Aamiin..

    ReplyDelete
  10. Bentaar ...aku tak tanya dlu Hyun Bin tu yg mana? Soalnya aktor Korea menurutku wajahnya podo kabeh hahaha ....
    Oya aku belum baca novelnya, nonton juga belum tp 7 poin di atas tu bener banget si. Awal2 nikah juga aku masih idealis mauku gini harus gini, pengen suami romantis tp makin ke sini makin paham klo romantis aja ga cukup. Setuju banget kuncinya adalah SALING. Thanks mbak jadi ada referensi novel lagi deh.

    ReplyDelete
  11. Trims mba.. 7 hal penting ini memang harus selalu ada dlm sebuah hubungan, apalagi pernikahan ya.. InsyaAllah jadi bahan pembelajaran buat kita semua..

    ReplyDelete
  12. Wah, aku blum lihat yg ini..wah bgs ya byk nilai2 positif nya juga ..iya kita hrs bisa menerima keleb dan kekurangan pasangan kita yak

    ReplyDelete
  13. AKu belum nonton mba, hiks ketinggalan yak padahal udah lama
    tapi aku udah download bukunya di gramedia digital siap-siap baca ah mengingat banyak banget belajar tentang pernikahan di sini

    ReplyDelete
  14. Tips2 dari Mba Marita yg disusun dr film tsb kena banget apalagi buat pasangan muda, tapi bagian bukunya entah kenapa aku dr awal ngga pernah ikutin seri2 novelnya Ika Natassa yaa...pdhl klo baca2 ulasan kayaknya bagus

    ReplyDelete
  15. Aku belum nonton dan habis ini pengen nonton juga. Kok syarat pesan banget, aku mauuuuu banhet dan butuh deh.

    Lah kok sing main favorit aku juga, mau mau. Semoga di IFLIX ada nih film.

    ReplyDelete
  16. baper aku nih hehe.. aku udah nonton filmnya juga dan emang terbawa jalan ceritanya sih. Bagus aktingnya dan ceritanya masuk akal. Poin2 di atas bener banget menurutku

    ReplyDelete
  17. Wahh memang banyak ya lika-likunya.. jadi penasaran nih sama film nyaa

    ReplyDelete
  18. Tujuan menikah alias komitmen itu beneran, emang substansi menikah deh. Kudu diingat-ingat kalau ada masalah. Sama poin seni berkomunikasi, ga bisa ditawar lagi. Pernah kudengar teman cerita tentang banyaknya artis yang tergoda cerai, masalh utamanya ternyata ya karena ga ada komunikasi. Atau komunikasinya ga berhasil. Itulah sebabnya saya pernah menulis perlunya komunikasi(h) karena komunikasi harus didasari kasih sayang. Terima kasih sudah diingatkan.

    ReplyDelete
  19. Bener banget ini kak. Udah nonton jg filmnya dan emang bnyak hal yg bisa kita pelajari dari film ini. Gk boleh egois jg jadi salah satu kunci pernikahan ya

    ReplyDelete
  20. Wah keren banget ini filmnya, btw memang tujuan menikah itu adalah kunci. Dan satu hal yang paling penting sesudah menikah adalah mampu mengalahkan ego dan emosi.

    ReplyDelete
  21. Mungkin kalau Dewi baca review film ini enggak terlalu ingin nonton, tapi saat baca hikmah dan tujuh ulasan mbak Marita, Dewi langsung takjub penasaran dengan isi ceritanya. Paling ngena banget di poin tujuh, benar-benar butuh perjuangan dan kesabaran ya mbak di dalam pernikahan:)

    ReplyDelete
  22. Nonton film selain untuk mencari hiburan, menikmati jalan ceritanya juga sekaligus bisa mengambil hikmahnya ya..
    Seperti nonton Twivortiare kita bisa belajar banyak tentang pernikahan

    ReplyDelete
  23. Aku justru jatuh cinta sama akting Raihanun karena nonton dia 27 steps of May mba hehe, makanya jadi penasaran waktu dia di Twivortiare. Bener sih banyak pembelajaran soal pernikahan di Twivortiare ini. Aku juga bukan penggemar Ika Natassa, baru baca novelnya yang Cricital Eleven aja kemudian nonton filmnya. Sama-sama soal pasangan menikah, tapi entah kenapa ku lebih suka Twivortiare mungkin karena belum baca novelnya kali ya, dan juga kehangatan kedua ibu bapak mertua di Twivortiare ehehe

    ReplyDelete
  24. Wah aku nonton juga nih film waktu tayang di bioskop, ikut berkali2 kesel menahan napas. Bener2 menikah itu ya harus siap mental ya, karena kalau menikah itu kerja sama dua orang dan dunia bukan lagi tentang diri kita sendiri. Akting keduanya keren juga sih :D

    ReplyDelete
  25. Baca ulasannya jadi pengen nonton filmnya :)
    emang bener ya mba pernikahan itu belajar terus tanpa akhir, diawali dengan niat baik walau butuh perjuangan semoga hasilnya selalu baik & bahagia

    ReplyDelete
  26. Aku sudah baca bukunya tapi belum nonton filmnya. Seperti biasa aku belum bisa nonton film genre ini karena ada anak-anak. Btw, pernikahan itu emang gimana, penuh misteri kalau menurutku. Ya aku sendiri di tahun ke-10 masih berusaha menguak misteri itu, karena masih sering menemukan hal-hal yang mengejutkan dri pasangan. Mungkin dia pun sama. Tapi memang harus kuakui, nikah itu marathon. Harus inhale exhale.

    ReplyDelete
  27. aku sewaktu jaman-jaman habis kelulusan dan masuk dunia kerja, begitu suka dengan bukunya mba Ika ini. Serasa real dan memang serial twivi dan dwivortiare ini ngajarin banget lika-liku menjalani biduk rumah tangga pasangan suami istri

    ReplyDelete
  28. Benar, jujur saja saya baru menikah beberapa bulan lalu. Daaann mulai merasakan bagaimana mengontor ego, emosi, kesabaran bahkan komunikasi yang baik terhadap pasangan. Beberapa diantaranya kadang saya terapkan dari beberapa film yang saya tonton yang berhubungan dengan kehidupan rumah tangga, intinya banyak belajar dan selalu bersyukur

    ReplyDelete
  29. Memahami bahasa cinta pasangan. Ini bagian yg paling penting sekali dan termasuk sensitif. Krn perempuan kdg2 sukanya baper klo liat film, drama atau pasangan nyata yg keromantisan suaminya sempurna kayak di novel2. Jadiny pengen begitu.

    Tp ingat, tiap org itu unik. Dan menunjukkan keromantisan pun unik. Tetap sabar dan terima dgn lapang dada, selagi suami tidak punya wil, tdk mukul, tdk pelit dan tidak kasar.

    ReplyDelete
  30. Dengan saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing, berkomunikasi dengan baik saling terbuka dan menyatakan rasa kasih sayang yang terus menerus juga bisa mempertahankan sebuah hubungan dalam rumah tangga ini.

    ReplyDelete
  31. Pas nonton film ini berasa hapal dengan alur ceritanya, ternyata udah baca novenya duluan, kalau saya lebih menikmati novelnya sih, walaupun alur cerita dan akting para aktornya tetap keren, dan dibikin gemes sama sikap si dokter cool, yang mengulangi kesalahan sama padahal udah baikan

    ReplyDelete
  32. nggak ada yang sempurna emang ya mba 100% soal pasangan wkwkwk
    pasti ada aja, tapi ya udah nyaman dan sayang apalagi doi sabarnya kayak luasnya lautan ya bahagia. Wajib nonton ya, aku belum selesai baca buku ini

    ReplyDelete
  33. Sebuah film yang mendadak jadi menakutkan soal bagaimana memahami satu sama lain. Tetapi harus dipahami juga untuk rumah tangga lebih baik ke depan.

    ReplyDelete
  34. Aku belum nonton & baca novelnya. Tapi setuju dengan semua poin yg mbak sebutkan. Intinya, perbedaan di dalam pernikahan adalah utk menyatukan, bukan memisahkan. Yg terpenting jangan melanggar komitmen & ke luar dari biduk pernikahan itu. Bahaya :)

    ReplyDelete
  35. Wah, dari kemarin maju mundur mau nonton film ini.
    Krn gak suka Reza Rahardian, bosan aja gitu liat dia mulu yg main film hahaha.
    Tp ntr mau tak coba nonton ah.

    ReplyDelete
  36. Wuah banyak banget catatannya. Untung aku masih belum bakal menikah beberapa tahun kedepan. Banyak yang harus dipersiapkan, supaya pernikahanku ga seumur jagung atau merasakan kawin cerai kayak di film ini

    ReplyDelete
  37. menikah itu adalah kompromi.
    belajar kompromi dgn pasangan :)

    ReplyDelete
  38. Wah, bagus nih kayaknya mbak. Kalo baca dari reviewnya, tontonan ini sarat akan manfaat. Mau nonton juga ahk pas luang

    ReplyDelete
  39. kalau aku belum nonton sih.. tapi dengan baca pelajaran pernikahannya, jadi penasaran. Semoga muncul di Iflix biar bisa nonton di rumah.

    menikah itu emang perjuangan dan ibadah luar biasa. tanpa niat ibadah, pasti mudah menyerah. 7 pelajaran di atas sangat berharga. banyak hal-hal baru yang aku dapat mbak... trimakasih inspirasinya.

    ReplyDelete
  40. Pernikahan memang tentang kesabaran berjuang bersama pasangan, itu yang paling kerasa, Komunikasi juga sangat penting. Tapi kalau sama-sama kerja dirumah, komunikasi jalan terus hahaha.. cuma butuh latihan banyak sabar. Jadi pengen nonton, sejak trailer udah penasaran, sampe lupa hihi

    ReplyDelete
  41. Wah, kayaknya menarik nih cerita filmnya. Boleh nih masuk list buat tontonan selanjutnya. tapi ngomongin pernikahan tu memang ga ada habisnya. Buatku sendiri pernikahan itu ibaratnya adaptasi seumur hidup.

    ReplyDelete
  42. Bener banget kak, cinta saja memang nggak cukup. Cinta itu bukan modal awal sebuah pernikahan. Nyatanya ada yang menikah tanpa cinta, dan baik-baik saja. Namun cinta itu adalah buah dari perjuangan dan kesabaran. Saat kita berhasil menumbuhkan empati, memahami kisah hidup pasangan, mengenal pola pikirnya, menemukan bahasa cinta dan seni berkomunikasi dengannya, saat itulah cinta yang sebenarnya akan tumbuh. Makasih yaa kakkkk ilmunyaaaa

    ReplyDelete
  43. Mbk Maria, makasih Reviewnya mbak jadi pingin banget nonton film ini biar nemu insight baru tentang pernikahan

    ReplyDelete
  44. Aku awal² kesengsem sama soundtracknya mbak. Maklum deh selain fans beratnya Glenn, kalimat awal di lagu tersebut menggambar aku yang harus belajar menerima suami dari awal. Semua kesalahan yang sama² kami kerjakan, dan kami berupaya untuk mengulang dari awal. Trus cari filmnya, dan pas nonton hadeuh bagusss ternyata.

    Aku juga suka Raihannum, dan aktingnya Reza selalu prima kan. Tinggal cari dan baca sendiri bukunya nih yang belum

    ReplyDelete
  45. proposal ta'aruf sudah siap semua kak, hehehe tinggal nunggu acc dari ummi dan abah doang ini haha

    ReplyDelete
  46. Aku tahun 2020 ini InsyaAllah 10 tahun menikah. Kalau ditanya, sebenarnya aku ngga tahu sebab aku sayang sama istriku. Mungkin itulah esensi dari menikah. Menua bersama dan saling support. ahahahaha.

    ReplyDelete
  47. Aku belum nonton film ini, Mbak. Kapan2 pengen nonton deh. Btw iya ngerasain byk bgt bumbu pernikahan. Usia pernikahan blm 5 th, jadi masih kerasa bgt pertaruhan ego gitu deh, hehe...

    ReplyDelete