Kalau ngomongin me time sih hampir sebagian besar pasti bilang butuh ya? Baik ibu ataupun ayah pastinya butuh waktu untuk diri sendiri. Kegiatan pengisi me time pun bisa beraneka ragam. Ada yang suka mengisinya dengan main game, kumpul dengan komunitas sehobi atau malah menyendiri baca buku.
Suka-suka saja, yang penting tujuan dari me time tercapai. Setelah tuntas melaksanakan me time, diharapkan badan dan otak menjadi lebih segar dan siap untuk menjalani rutinitas demi rutinitas yang menghadang.
Nah, bagaimana dengan couple time?
Jangankan couple time, me time saja sering nggak sempat.
Nggak asyiklah kalau pergi berdua dengan suami saja, kasihan anak-anak ditinggal. Masa orangtuanya seneng-seneng, anaknya ditinggal dan dititipin?
Dan banyak lagi pendapat yang beragam mengenai couple time. Kalau aku sih termasuk barisan say yay to couple time. Hmm, kalau suami gimana ya pendapatnya? Tungguin deh postingan doi tentang tema yang sama. Tapi nggak bisa dipastikan ya, bisa jadi sebulan, dua bulan atau tiga bulan lagi, wkwk.
Alhamdulillah akhirnya suami udah nulis tentang tema ini, meskipun aku harus menunggu 8 bulan, ya Allah ya Allah... kalau orang hamil udah mau lahiran aja ini. Langsung baca aja di blognya Martin Setiawan ya.
Beda dengan suami yang insya Allah bisa ketemu tiap hari. Meski begitu kalau nggak dialokasikan waktu buat berduaan, seringnya waktu kami pun habis untuk menemani anak-anak.
Nggak semua obrolan antara suami istri kan layak didengar anak-anak. Ada hal-hal yang butuh diskusi serius dan nggak mungkin dilakukan saat anak-anak masih ‘on.’ Apalagi duo Ifaffan mah kalau sama ayahnya posesif banget. Baru juga menyapa atau tanya sesuatu ke aku, udah langsung protes aja, “tuh kan kita nggak diajak ngobrol.”
Profesional bukan berarti harus selalu mengajak anak turut serta di setiap kegiatan ibunya, namun tahu secara pasti kapan waktu yang pas mengajak anak dan kapan memang harus ditinggal.
Begitu juga professional couple, menurutku harus tahu kapan waktunya menghabiskan waktu bersama anak-anak, kapan waktu untuk sendirian dan kapan waktu untuk berduaan. Balance in life is must. Kita mungkin hanya satu tubuh, namun di dalamnya memiliki banyak peran. Ada peran sebagai individu, sebagai istri dan juga sebagai ibu.
Ada waktunya kita harus menjalankan peran sebagai ibu, namun ada pula waktunya berperan sebagai istri.
Seringkali masalah itu tidak terlihat. Dan yang terlihat adem-adem saja nggak selalu baik-baik saja. Jadi ingat wawancara Sarita Abdul Mukti dengan Ussy Sulistyawati di channel YouTube Ussy. Sarita saat itu berkata jika ada kesalahan dalam pernikahan Sarita dengan mantan suaminya yang kini udah digondol Jennifer Dunn, bahwa keduanya tak pernah mengagendakan couple time secara khusus.
Sarita berkata, mantan suaminya adalah sosok family man dan ayah yang sangat baik. Dia paling nggak bisa pergi tanpa anak-anak. Setiap kali Sarita meminta waktu untuk berduaan, sang suami dulu selalu menolak dengan alasan, ‘kasian anak-anak, diajak saja.” Perlahan tanpa disadari hubungan keduanya perlahan menjauh. Terasa baik-baik saja, tidak ada masalah. Namun ternyata ada tangki cinta yang lupa dipenuhi.
Pasangan yang jarang mengagendakan couple time biasanya akan mengalami 4 hal ini;
Saking kebiasaan ke mana-mana selalu sama anak-anak, begitu hanya berduaan sama pasangan, kita tiba-tiba kehilangan bahan obrolan. Jika dulu sebelum nikah atau sebelum ada anak, ngobrol apa saja terasa menyenangkan, kini tiba-tiba jadi kehabisan obrolan. Ujung-ujungnya yang diobrolkan anak-anak lagi. Lalu sama-sama diam membisu.
Padahal ada banyak hal yang bisa jadi bahan obrolan. Dari bahas politik, lagu yang baru dirilis oleh band favorit hingga ngobrolin tetangga, eh… Tapi ternyata hal-hal sederhana yang bisa jadi bahan obrolan mendadak menguap karena sudah tak lagi dibiasakan.
Pergi kalau tanpa anak-anak kurang lengkap. Padahal dulu sebelum ada anak, pergi berdua terasa mengasyikkan. Terasa ada yang kurang dan jadi garing kalau hanya pergi berdua. Padahal kalau dimanfaatkan, pergi berdua bisa jadi masa-masa pacaran halal yang nikmat sekali. Bisa gandengan tangan tanpa takut dosa, plus tanpa digangguin anak-anak yang suka usil nyelonong memutus gandengan orangtuanya, wkwk.
Bingung mau ke mana saat berdua? Ini nih suami waktu cuti di akhir tahun lalu, mendadak pusing waktu aku ngajak dating. Dikasih opsi ini itu ditolak semua. Ya sudah manut saja, akhirnya malah nemu tempat makan murah meriah yang sekarang jadi tempat nongkrong baru, hehe.
Padahal sebenarnya banyak tempat yang bisa dituju. Bisa nonton film bareng, atau pergi ke toko buku bareng, atau sekedar duduk di warung kucing memesan jahe hangat sambil ngobrol ngalor ngidul seperti zaman-zaman dulu kala.
Pasangan yang mulai jarang mengalokasikan waktu untuk berduaan, biasanya mulai kesusahan dalam mengambil keputusan berdua. Suami kalau ditanyain hanya jawab terserah kamu lah. Istri pun bingung karena suami nggak kasih keputusan yang jelas. Akhirnya hubungan pun semakin kriuk-kriuk alias garing.
Kurangnya waktu couple time juga bisa berpengaruh pada kualitas komunikasi pasangan. Ketika komunikasi tak lagi baik-baik saja, maka alhasil akan mulai timbul selisih paham. Biasanya aku dan suami gini nih, kalau udah lama nggak ngopi bareng, langsung mendadak jadi mudah sensi dan serba salah. Ujung-ujung marah-marah lewat whatsapp, karena nggak berani nunjukin marah-marah depan anak-anak, wkwk.
Baiknya sih setiap malam diagendakan untuk pillow talk. Namun buat pasangan kaya kami yang anak-anaknya masih belum bisa pisah kamar, pillow talk masih jadi sekedar angan-angan. Maka aku dan suami mengagendakan ngopi bareng setelah anak-anak terlelap. Itu pun seringnya gagal.
Saat menunggu anak-anak terlelap, tak jarang kami pun ikut bablas ketiduran. Akhirnya nggak jadi ngobrol deh. Ya, at least dalam seminggu diagendakan 2 -3 kali lah ngopi bareng ini. Buat yang nggak suka ngopi, boleh diganti sama teh atau minuman kesukaan lainnya ya.
Apa yang diobrolkan? Ya apa saja. Kadang suami cerita tentang kerjaan kantornya. Aku kerja tentang komunitas-komunitasku. Kadang juga ngomongin cita-cita, berita yang lagi hits dan banyak lah. Seringnya sih kami kalau udah ngobrol bisa lupa waktu. Kan kalau ngobrol kami suka duduk di teras sambil menikmati angin malam. Begitu masuk ke dalam rumah, eh ternyata udah ngobrol 1-2 jam. Itu juga kalau dilanjut bisa sampai pagi kali.
Setelah ikut kelas offline Merawat Cinta-nya Pak Ading, akhirnya suami mau juga diajak kencan. Yaa… meski belum sesuai ekspektasi, setidaknya akhirnya doi mau mendengarkan juga kebutuhan istrinya untuk berduaan. Affan sengaja kami titipkan ke daycare setengah hari, dijemput saat jam pulang kakaknya sekolah. Affan bisa tetep asyik main, sementara di rumah aku dan suami bebas juga mau menuntaskan urusan-urusan orang dewasa. Eh? Apaan ini, wkwk.
Bisa banyak hal. Dari yang kruntelan di kasur sambil ngobrol segala macam tanpa ada iklan yang sliwar-sliwer (Affan lewat maksudnya), sampai bersih-bersih bareng. Kalau aku sih seneng ya bisa menghabiskan waktu berduaan sama doi tanpa anak-anak, bahkan meski nggak seharian, tapi begitu ketemu sama anak-anak jadi lebih happy aja.
Di hari pertama ambil cuti, kami pergi sejak pagi. Setelah mengantarkan anak-anak ke sekolah masing-masing, kami motoran tanpa tujuan. Eits, biasanya motoran berempat lalu tiba-tiba bisa motoran berdua lagi itu rasanya uhuy lo. Yang biasanya udah nggak bisa lagi melingkarkan tangan di perut ndut suami, karena di tengah-tengah kalau nggak ada Ifa ya Affan, eh bisa meluk doi lagi kaya zaman-zaman pacaran seru juga.
Motor sengaja dilajukan dengan kecepatan pelan kaya anak abegeh dimabuk asmara, sambil asyik ngobrol. Lalu akhirnya mlipir ke Bandungan. Eits, tidak seperti yang dikira, wkwk. Kami mlipir beli ronde sama gorengan, lanjut ngobrol, terus tanpa sadar udah saatnya jemput anak-anak pulang lagi hahaha.
Aku heran deh kalau di rumah kayanya nungguin suami pulang kerja rasanya lamaaaa sekali. Padahal ya sudah ngerjain banyak hal biar waktu di rumah terasa cepat, tapi tetep saja beda kalau ada suami di rumah. Begitu doi ambil cuti 3 hari, ke mana-mana barengan terus kok rasanya waktu berjalan lebih cepat dari biasanya.
Hmm, pengennya sih suami memaksimalkan waktu cuti yang dimilikinya. Doi sih workaholic, susah banget disuruh cuti. Padahal temannya sudah makai cutinya berkali-kali, dia dong dari awal kerja, baru tahun lalu ambil jatah cuti. Gedubrak. Itu juga kadang masih pakai lupa sama hari libur, wkwk. Saat kantor libur, doi dengan pedenya berangkat kerja dong. Ini totalitas atau apa ya?
Semoga tahun ini suami bisa ambil jatah cutinya dengan maksimal, terus dipakai buat jalan-jalan berdua sama istrinya, wkwk. Tentu saja tetap ada yang harus dialokasikan juga untuk jalan-jalan seru bareng anak-anak dong.
Kalau buat teman-teman sendiri, couple time or kencan setelah menikah perlu nggak nih?
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Dan banyak lagi pendapat yang beragam mengenai couple time. Kalau aku sih termasuk barisan say yay to couple time. Hmm, kalau suami gimana ya pendapatnya? Tungguin deh postingan doi tentang tema yang sama. Tapi nggak bisa dipastikan ya, bisa jadi sebulan, dua bulan atau tiga bulan lagi, wkwk.
Alhamdulillah akhirnya suami udah nulis tentang tema ini, meskipun aku harus menunggu 8 bulan, ya Allah ya Allah... kalau orang hamil udah mau lahiran aja ini. Langsung baca aja di blognya Martin Setiawan ya.
Mengapa Couple Time Diperlukan?
Kalau buatku yang punya over kata-kata untuk diluapkan, mungkin butuh lebih dari 20ribu kata setiap harinya, ngobrol jadi sebuah kebutuhan. Apalagi ngobrol sama suami! Meski kayanya aku sering menclok sana-sini, tapi teman dekatku nggak lebih dari 5 deh kayanya. Yang bener-bener bisa diajak ngobrol dari hati ke hati ya cuma beberapa, itu pun nggak selalu bisa ketemu tiap hari kan?Beda dengan suami yang insya Allah bisa ketemu tiap hari. Meski begitu kalau nggak dialokasikan waktu buat berduaan, seringnya waktu kami pun habis untuk menemani anak-anak.
Ya udah to ngobrol sama suami sambil nemenin anak kan bisa?
Nggak semua obrolan antara suami istri kan layak didengar anak-anak. Ada hal-hal yang butuh diskusi serius dan nggak mungkin dilakukan saat anak-anak masih ‘on.’ Apalagi duo Ifaffan mah kalau sama ayahnya posesif banget. Baru juga menyapa atau tanya sesuatu ke aku, udah langsung protes aja, “tuh kan kita nggak diajak ngobrol.”
Tapi masa tega sih ninggalin anak-anak sementara orangtuanya senang-senang?
Lah, kita senang-senang kan buat nyenengin anak-anak juga nantinya. Bukankah ada istilah happy parents, happy kids? Gimana bisa membahagiakan anak-anak kalau ayah bundanya aja sebenarnya ‘kering kerontang’ bin ‘garing’?
Mungkin persepsinya yang harus dirubah, bahwasanya kita nggak meninggalkan anak-anak untuk senang-senang. Kesannya kan kejam banget ya. Orang dewasa punya urusannya sendiri, begitu pula anak-anak. Tak selalu anak-anak bisa diajak dan dilibatkan dalam urusan orang dewasa. Ada masa-masa di mana anak-anak memang tetap harus berada dalam dunianya, sementara orang dewasa menuntaskan urusan-urusannya.
Misal, menghadiri seminar Bu Elly Risman atau Abah Ihsan, anak-anak akan dilarang masuk. Kenapa? Karena materinya memang bukan buat anak-anak. Itu kenapa di seminar-seminar para ahli parenting tersebut pasti disediakan kids corner yang memadai, sehingga orang tua bisa khusyuk belajar, anak pun bisa puas bermain.
Bahkan Bunda Septi Peni yang ketiga anaknya homeschooling pun menyarankan kepada kami, para fasilitator Institut Ibu Profesional, untuk tidak membawa anak-anak saat sedang bertugas. Anak-anak harus ada yang menjaga atau ditaruh di kids corner. Ini yang disebut profesional!
Mungkin persepsinya yang harus dirubah, bahwasanya kita nggak meninggalkan anak-anak untuk senang-senang. Kesannya kan kejam banget ya. Orang dewasa punya urusannya sendiri, begitu pula anak-anak. Tak selalu anak-anak bisa diajak dan dilibatkan dalam urusan orang dewasa. Ada masa-masa di mana anak-anak memang tetap harus berada dalam dunianya, sementara orang dewasa menuntaskan urusan-urusannya.
Misal, menghadiri seminar Bu Elly Risman atau Abah Ihsan, anak-anak akan dilarang masuk. Kenapa? Karena materinya memang bukan buat anak-anak. Itu kenapa di seminar-seminar para ahli parenting tersebut pasti disediakan kids corner yang memadai, sehingga orang tua bisa khusyuk belajar, anak pun bisa puas bermain.
Bahkan Bunda Septi Peni yang ketiga anaknya homeschooling pun menyarankan kepada kami, para fasilitator Institut Ibu Profesional, untuk tidak membawa anak-anak saat sedang bertugas. Anak-anak harus ada yang menjaga atau ditaruh di kids corner. Ini yang disebut profesional!
Profesional bukan berarti harus selalu mengajak anak turut serta di setiap kegiatan ibunya, namun tahu secara pasti kapan waktu yang pas mengajak anak dan kapan memang harus ditinggal.
Begitu juga professional couple, menurutku harus tahu kapan waktunya menghabiskan waktu bersama anak-anak, kapan waktu untuk sendirian dan kapan waktu untuk berduaan. Balance in life is must. Kita mungkin hanya satu tubuh, namun di dalamnya memiliki banyak peran. Ada peran sebagai individu, sebagai istri dan juga sebagai ibu.
Ada waktunya kita harus menjalankan peran sebagai ibu, namun ada pula waktunya berperan sebagai istri.
Buatku couple time adalah ruang dan waktu untuk mengecas kembali baterai dalam hubungan suami istri yang mulai melemah, agar kembali full, sehingga bisa fokus pada tujuan dan menjaga romantisme yang terkadang meluntur dikarenakan segala kesibukan dan rutinitas masing-masing.
Dampak Kurangnya Couple Time
Ah, aku nggak apa-apa tuh nggak pernah mengagendakan waktu ngobrol khusus atau pergi berdua sama suami. Baik-baik aja. Rumah tangga juga adem-adem saja tuh, nggak ada masalah.Seringkali masalah itu tidak terlihat. Dan yang terlihat adem-adem saja nggak selalu baik-baik saja. Jadi ingat wawancara Sarita Abdul Mukti dengan Ussy Sulistyawati di channel YouTube Ussy. Sarita saat itu berkata jika ada kesalahan dalam pernikahan Sarita dengan mantan suaminya yang kini udah digondol Jennifer Dunn, bahwa keduanya tak pernah mengagendakan couple time secara khusus.
Sarita berkata, mantan suaminya adalah sosok family man dan ayah yang sangat baik. Dia paling nggak bisa pergi tanpa anak-anak. Setiap kali Sarita meminta waktu untuk berduaan, sang suami dulu selalu menolak dengan alasan, ‘kasian anak-anak, diajak saja.” Perlahan tanpa disadari hubungan keduanya perlahan menjauh. Terasa baik-baik saja, tidak ada masalah. Namun ternyata ada tangki cinta yang lupa dipenuhi.
Pasangan yang jarang mengagendakan couple time biasanya akan mengalami 4 hal ini;
1. Kurang Bahan Obrolan Ketika Berdua
Padahal ada banyak hal yang bisa jadi bahan obrolan. Dari bahas politik, lagu yang baru dirilis oleh band favorit hingga ngobrolin tetangga, eh… Tapi ternyata hal-hal sederhana yang bisa jadi bahan obrolan mendadak menguap karena sudah tak lagi dibiasakan.
2. Pergi Berdua Jadi Membosankan
Bingung mau ke mana saat berdua? Ini nih suami waktu cuti di akhir tahun lalu, mendadak pusing waktu aku ngajak dating. Dikasih opsi ini itu ditolak semua. Ya sudah manut saja, akhirnya malah nemu tempat makan murah meriah yang sekarang jadi tempat nongkrong baru, hehe.
Padahal sebenarnya banyak tempat yang bisa dituju. Bisa nonton film bareng, atau pergi ke toko buku bareng, atau sekedar duduk di warung kucing memesan jahe hangat sambil ngobrol ngalor ngidul seperti zaman-zaman dulu kala.
3. Sulit Mengambil Keputusan Berdua
4. Sering Selisih Paham
Ide-ide Couple Time Sederhana
Apakah couple time harus melulu staycation di hotel atau pergi nonton ke bioskop? Tentu tidak! Kencan setelah menikah bisa dilakukan dengan cara-cara yang sederhana kok. Beberap contoh ide yang mungkin bisa teman-teman praktekkan:1. Pillow Talk/ Coffee Time/ Tea Time
Saat menunggu anak-anak terlelap, tak jarang kami pun ikut bablas ketiduran. Akhirnya nggak jadi ngobrol deh. Ya, at least dalam seminggu diagendakan 2 -3 kali lah ngopi bareng ini. Buat yang nggak suka ngopi, boleh diganti sama teh atau minuman kesukaan lainnya ya.
Apa yang diobrolkan? Ya apa saja. Kadang suami cerita tentang kerjaan kantornya. Aku kerja tentang komunitas-komunitasku. Kadang juga ngomongin cita-cita, berita yang lagi hits dan banyak lah. Seringnya sih kami kalau udah ngobrol bisa lupa waktu. Kan kalau ngobrol kami suka duduk di teras sambil menikmati angin malam. Begitu masuk ke dalam rumah, eh ternyata udah ngobrol 1-2 jam. Itu juga kalau dilanjut bisa sampai pagi kali.
2. Dating at Home
Bisa banyak hal. Dari yang kruntelan di kasur sambil ngobrol segala macam tanpa ada iklan yang sliwar-sliwer (Affan lewat maksudnya), sampai bersih-bersih bareng. Kalau aku sih seneng ya bisa menghabiskan waktu berduaan sama doi tanpa anak-anak, bahkan meski nggak seharian, tapi begitu ketemu sama anak-anak jadi lebih happy aja.
3. Ngafe or Motoran Berdua
Motor sengaja dilajukan dengan kecepatan pelan kaya anak abegeh dimabuk asmara, sambil asyik ngobrol. Lalu akhirnya mlipir ke Bandungan. Eits, tidak seperti yang dikira, wkwk. Kami mlipir beli ronde sama gorengan, lanjut ngobrol, terus tanpa sadar udah saatnya jemput anak-anak pulang lagi hahaha.
Aku heran deh kalau di rumah kayanya nungguin suami pulang kerja rasanya lamaaaa sekali. Padahal ya sudah ngerjain banyak hal biar waktu di rumah terasa cepat, tapi tetep saja beda kalau ada suami di rumah. Begitu doi ambil cuti 3 hari, ke mana-mana barengan terus kok rasanya waktu berjalan lebih cepat dari biasanya.
Harapan ke Depan Terkait Couple Time
Semoga tahun ini suami bisa ambil jatah cutinya dengan maksimal, terus dipakai buat jalan-jalan berdua sama istrinya, wkwk. Tentu saja tetap ada yang harus dialokasikan juga untuk jalan-jalan seru bareng anak-anak dong.
Kalau buat teman-teman sendiri, couple time or kencan setelah menikah perlu nggak nih?
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Ya pastiny dong, butuh couple time. Kalau ngga, ya gimana bisa ingat sama peran sebagai suami-istri. Yang ada mungkin cuma seperti rekan kerja atau malah teman kos2an hihihi..
ReplyDeletedulu sih aku team nay. tapi sekarang jadi team yeay. Lha kalo ortunya sutris emang bakalan ngaruh sama anak. Yang penting anak bener-bener dipasrahkan ke tangan yang tepat
ReplyDeletesekarang, yang bisa cuma poin 1 atau 2, pengen gitu poin 3 bisa dilakukan, tapi belum ada yang bisa dititipi, soalnya arkaan sek ngintil ae hahaha
ReplyDeletesetelah diingat ingat memang aku jarang banget couple time... baru merasakan bisa couple time setelah anak ketiga bisa ditinggal tinggal, sepertinya akan berkurang lagi couple time nya kalo no.4 lahir... hmmm
ReplyDeleteHappy parents, happy kid. Itu memang sudah banyak bukti ya.. Dan merutinkan couple time ini tampaknya salah satu upaya mewujudkan happy parents ya mba..
ReplyDeleteIya perlu banget tuh kencan-kencan asyik dengan suami. Walaupun tetap susah ya. Aku pernah lho udah diniatin gitu gaya-gayaan hanimun kedua pas ultah pernikahan ke-8, eh lhaaa kok ya tetep aja kepikiran anak di rumah udah bikin PR atau belum. Jadinya ya telpan-telpon aja ke rumah hehehee...
ReplyDeleteTetep lah penting ini untuk berduaan agar bisa terus menjaga gelora asmara antara suami istri. Duuhh geloraaa... emangnya senayan yo. :))
Kalau aku emang jarang pergi berdua aja tapi pasti ngobrol sebelum tidur, review kegiatan yang sudah dilakukan seharian dan kadang curhat misalnya ada hal-hal nyebelin atau menyenangkan yang terjadi
ReplyDeleteJadi PR buat aku nih sama Mas Hadi untuk bisa makin rapet lagi hahaha ak juga nyimak rumahtangga yang bubar Sarita dan Haris. Disayangkan
ReplyDeleteAnak-anakku udah gede, pengen quality time with hubby, beliaunya lebih milih di rumah, istirahat. Yasud ... Hehehe
ReplyDeletePengen couple time deh, tapi yang diajak blum ada wkkkk
ReplyDeleteTapi aq setuju bgt couple time itu perlu biar orangtua happy, mengasuh anakpun dengan happy
Kalo aku dan suami, yang suka ingat anak tuh ya aku. Jadi waktu si sulung masih bayi gitu kan suami ngajak makan berdua di luar rumah atau nonton bioskop gitu. Aku awalnya nolak, tapi suami emang orang yang senang 'pacaran' meski udah nikah. Jadi akhirnya ya biasa aja sih nitipin anak ke orang tua kalo lagi pengen kencan, wkwkwkkk
ReplyDeleteJadi kesimpulannya, wajib loh couple time itu agar perkawinan enggak menjemukan, hihiii
Wah keren mbak marita bisa coupleblogger gitu. Mustinya ditambahin juga di list, ya. Yes aku masuk squad garis keras say yes to coupletime
ReplyDeleteTerima kasih mba atas tulisannya. Sangat bermanfaat sekali.
ReplyDeleteMudah2an ... besok klo udah nikah, punya banyak waktu buat berduaan ama istri. Ehehe
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete