Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Level kedua yang kujalani bersama para teteh geulies Bandung berjalan semakin baik. Meski perubahan belum terlalu signifikan, namun setidaknya perolehan badge kali ini ada peningkatan. Bisa jadi karena materi di level 8 ini cukup menarik dan menantang. Membicarakan finansial memang selalu menarik, apalagi untuk para emak-emak. Bukan hanya karena para emak biasa berperan sebagai manajer keuangan di dalam keluarganya, namun karena para emak juga harus bisa mendidik anak-anaknya agar memiliki kecerdasan finansial.
Satu hal yang aku garis bawahi dari obrolanku bersama tetehs geulies Bunsay #5 Bandung adalah tantangan terbesar bagi para ibu dalam mengajarkan anak-anaknya kecerdasan finansial yaitu karena mereka menyadari betapa mereka sendiri masih perlu banyak belajar tentang hal ini. Namun tak masalah, bukankah raising your kids sejatinya adalah raising ourselves? Maka di level ini, para teteh geulies ini berlomba-lomba belajar kembali menata diri menjadi manager keuangan yang handal sekaligus menjadi coach keuangan bagi putra-putrinya.
Di level ini, rencananya aku ingin menyempatkan diri untuk membaca setoran tantangan 10 hari yang telah masuk dan memberikan apresiasi setiap hari. Namun pada akhirnya rencana itu tinggallah rencana. Aku hanya berhasil menjalankan rencana itu hanya di hari pertama atau kedua saja, setelahnya aku hanya membaca setoran seperti biasanya tanpa memberikan apresiasi satu per satu. Padahal dari yang kulihat, lonjakan setoran terlihat signifikan ketika fasilnya memberikan apresiasi kepada para mahasiswinya.
Namun harus kuakui secara jujur, ketika memasuki hari-hari berikutnya dan setoran semakin banyak yang masuk, agak kewalahan ketika harus memberikan apresiasi satu per satu. Berbeda ketika masih di hari pertama dan kedua, belum banyak yang menyetorkan tantangan sehingga masih muda bagiku memberikan apresiasi satu per satu. Tapi aku tak patah semangat, aku masih ingin mencobanya di level 9. Apalagi jika mengingat materi di level 9 sangat menarik, kuyakin akan banyak setoran tantangan 10 hari yang asyik untuk disimak.
Mereka yang Terpilih
Aku bersyukur karena di level ini tak ada yang harus mengangkat koper dari Bunsay #5 Bandung. Meski ada beberapa nama yang mendapat warning karena sudah dua level berturut-turut tidak setor tantangan 10 hari, namun semua mahasiswi masih aman dan bisa lanjut ke level 9. Semoga saja di level 9 semangat yang mulai membara di level 8 semakin terjaga dan berakhir dengan happy ending alias lulus sesarengan.
Bagian terumit ketika menjadi seorang fasilitator adalah menentukan para bintang di setiap level. Sebagaimana anak-anak yang selalu memiliki keistimewaan mereka masing-masing, begitu juga para mahasiswi Bunda Sayang… mereka memiliki sisi unik dan potensi yang berbeda. Namun tugas harus tetap dilaksanakan, dan inilah nama-nama terpilih yang kuanggap sinarnya cukup mencolok di level 8 ini.
Mahasiswi Apresiatif
Di level 7, Teh Detin Nitami terpilih menjadi mahasiswi dengan aliran rasa terbaik, kini di level 8 predikat sebagai mahasiswi apresiatif mampu disabetnya.
Bukan tanpa alasan predikat itu disandang olehnya. Setoran-setoran T10Hari Teh Detin tercatat sangat rapi dan detail dalam setiap postingannya di Tumblr. Tulisannya yang mengalir membuat siapapun yang membaca pasti ikut terhanyut di dalamnya. Selain itu banyak insight-insight yang didapat setiap selesai membaca postingan Teh Detin.
Di akhir setoran selalu dilengkapi dengan infografis yang menjadi rangkuman dari setoran hari itu. Kereen! Lebih dari itu, buatku Teh Detin menuliskan T10Harinya dengan sangat tulus dan sungguh-sungguh, bukan sekedar menggugurkan kewajiban.
Mahasiswi Aktif
Lagi-lagi di level 8 ini Teh Fitri Kaniawati terpilih sebagai mahasiswi teraktif, karena harus diakui beliau sangat aktif saat sesi diskusi. Beliau juga paling sering melempar pertanyaan-pertanyaan kritis yang membuat fasil tertantang untuk menjawab. Selain itu level ini Teh Fitri juga bisa kembali meraih badge Outstanding Performance. Catatan T10 harinya pun sangat rapi, detail dan inspiratif. Nama beliau pun masih menjadi yang paling banyak direkomendasikan oleh teman-teman sekelas untuk menjadi postingan terinspiratif.
Mahasiswi Teladan
Predikat ini di level 8 akhirnya berhasil disandang oleh Teh Lu'luk Risalatu Ulinnuha. Teh Lu’luk ini selain aktif dan rajin, catatan setoran T10 harinya juga sangat rapi dan detail. Yang paling keren karena Teh Lu’luk mampu konsisten tiap levelnya mempertahankan prestasinya dalam meraih badge Outstanding Performance. Teman-teman sekelas harus belajar nih tips manajemen waktu setor tantangan dari Teh Lu’luk.
Aliran Rasa Ter…
Tak banyak yang mengumpulkan aliran rasa di level ini, sepertinya hanya separuh dari kelas. Namun tetap saja memilih salah satu yang terbaik, bukanlah hal mudah. Dengan beberapa pertimbangan, pada akhirnya aliran rasa Teh Erlyn Permanasari terpilih sebagai yang terinspiratif. Ingin membaca aliran rasanya? Cuzz ke link ini ya.
Menulis aliran rasa di caption instagram tentu saja berbeda ketika menuliskannya di blog atau google docs yang bisa menampung ribuan kata. Namun Teh Erlyn mampu menuliskan aliran rasa dalam jumlah kata terbatas dengan rasa yang sangat pas. Insight yang didapat selama level ini pun terangkum dengan baik.
Quote dari aliran rasa Teh Erlyn:
Prinsipnya adalah latih - percayakan - jalani - supervisi - latih lagi. Dan menjalani itu semua dimulai dari ibu. "For things to change, I must change first".
Koordinator Bulanan
Level 8 berjalan dengan sangat lancar salah satunya berkat kehadiran korlan yang luar biasa; Teh Eva Dwi Purnamawati!
Korlan level ini sangat rajin dan punya cara memotivasi rekan-rekannya dengan gaya spesial; menyapa setiap pagi sambil membagikan rekapan setoran harian, disertai dengan infografis yang kece. Sebelum memulai sesi diskusi, di pagi atau siang harinya, Teh Eva selalu mengingatkan teman sekelasnya tidak hanya dengan woro-woro via chat, namun juga dilengkapi dengan infografis yang unyu-unyu sehingga banyak yang tertarik untuk menyimak.
Teh Eva juga rajin berkoordinasi dengan fasil dan teman-teman perlas terkait rekap setoran dan teman-teman yang terlihat belum setor tantangan sama sekali.
Jumat Hangat nan Inspiratif
Berbeda dengan level sebelumnya, di level 8 hanya ada satu Sesi Jumat Hangat, yaitu pada 29 November 2019. Meski hanya ada satu sesi, namun berkat narasumber yang kece, Jumat Hangat di level #8 sangat berkesan.
Teh Desry Praharani yang saat itu sedang menanti kelahiran anak kedua berbagi kisah dengan sangat menarik, apalagi didampingi dengan Teh Lu'luk Risalatu Ulinnuha sebagai host malam itu.
Alhamdulillah di akhir level, putri yang dinanti telah lahir dengan selamat. Teh Desry berbagi tentang kecintaannya terhadap dunia literasi dan suka dukanya menjalani LDM dengan suami dan homeschooling bersama anak pertamanya, Sakura.
Mengawali kisahnya, Teh Desry menceritakan bahwa dia memang suka menulis diary sejak dulu. Setipe denganku, Teh Desry mengatakan ia adalah orang yang lebih suka mengungkapkan segala perasaannya lewat tulisan. Hingga kemudian saat kuliah, masuk jurusan bahasa Indonesia dan menjadi semakin suka menulis.
Di antara banyak genre tulisan, Teh Desry mengakui lebih suka menulis tentang kisah Inspiratif / cerita nyata. Lambat laun Teh Desry semakin menyadari bahwa ternyata menulis telah menjadi sebuah kebutuhan bagi dirinya agar tetap "waras" dalam menjalani semua tantangan-tantangan kehidupan.
Saat ini Teh Desry sudah menerbitkan 9 buku antologi, dan ternyata baru kusadari kalau dua di antaranya kami berada dalam proyek antologi yang sama. Dari 9 buku tersebut, Goodbye Blazer Welcome Daster adalah yang paling favorit. Fyi, buku antologi yang paling favorit buat Teh Desry ini sudah hampir masuk cetakan ke-4 lo saking laris manisnya.
Anyway, sedang dibuka PO buku tersebut bundling dengan seri lanjutannya di mana ada tulisanku di dalamnya. Kuy diborong biar bisa baca tulisan Teh Desry dan aku. Mumpung masa PO diperpanjang sampai 25 Desember 2019.
Di penghujung sesi sharingnya, Teh Desry membagikan closing statement yang sangat nampol sekali;
“Terima dengan ikhlas apa yang sedang dijalani saat ini, maka kita akan bahagia saat menjalaninya. Terkadang hidup ini memang tidak sesuai dengan rencana, tetapi yakinlah bahwa Allah lebih tau apa yang terbaik untuk kita."
AHA Notes tentang Cerdas Finansial dari Teteh Geulies Bunsay #5 Bandung
Selain menemukan mutiara-mutiara terindah di level 8, ada beberapa catatan menarik yang kutemukan saat mengawal diskusi mengenai cerdas finansial bersama tetehs geulies Bunsay #5 Bandung. Mau kubisikin apa saja catatan tersebut?
1. Belajar Rezeki = Belajar Tauhid
Nggak bisa dipungkiri ketika ngobrolin tentang cerdas finansial, maka artinya kita sedang belajar memahami tentang konsep rezeki. Lebih jauh lagi ketika membicarakan mengenai rezeki, maka artinya kita secara tak langsung sedang memahami kembali tentang konsep tauhid. Betapa rezeki itu pasti, kemuliaan yang harus dicari.
Sangat penting untuk selalu sounding ke diri sendiri bahwa "AKU BERMENTAL KAYA" agar menguatkan bahwasanya segala rezeki adalah milik dan dari Allah. Ketika mental ini telah terbangun, diharapkan akan terbangun sikap untuk selalu mengelola rezeki tersebut sebaik mungkin, dalam rangka untuk menggapai ridhaNya.
Jadi setiap kali menerima duit di tangan,yang diingat “ah iya, ini punya Allah, jadi harus dikeluarkan agar dapat ridhaNYA Allah.” Maka ketika tadinya berat untuk sedekah dulu, jadi lebih ringan. Ketika tadinya pengen beli ini beli itu, jadi urung karena mempertimbangkan apakah Allah ridha, misalnya kita beli gamis baru, sedangkan masih banyak gamis lain yang masih layak pakai.
2. Needs vs Wants
Selain belajar tentang konsep rezeki, cerdas finansial juga melatih diri untuk mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Untuk menyederhanakan konsep ini, kita ambil contoh kondisi lapar. Di saat kita lapar, maka kebutuhan kita adalah makan. Jika di rumah sudah ada sayur bayam dan telur goreng, maka kebutuhan makan sudah terpenuhi. Namun ketika kita tergoda untuk makan pizza saat berselancar di aplikasi Go/ Grab Food, maka itu bukan lagi kebutuhan, namun telah bermetamorfosa menjadi keinginan.
Pertanyaan menarik datang dari Teh Fitri mengenai diskon di supermarket. Teh Fitri menanyakan apakah membeli barang diskon termasuk memenuhi keinginan? Bagaimana jika dengan membeli barang di saat diskon membuat kita jadi lebih menghemat uang belanja bulan depan.
Siapa sih yang tak tergiur dengan diskon atau promo buy 1 get 1? Buatku soal ini bisa jadi sangat fleksibel, karena:
a. tergantung barangnya. Jika barang yang didiskon berupa sembako atau barang-barang yang selalu rutin dibeli secara bulanan (sabun cuci, pewangi, dsb), jelas setuju dengan pendapat teh Fitri bahwa membeli barang berdiskon seperti ini bisa menghemat uang belanja di bulan berikutnya. Namun jika barangnya berupa pakaian atau jajan yang di luar budget, bisa jadi ini godaan.
b. tergantung kondisi keluarga masing-masing. Keluarga baru yang belum punya panci, mug dan perlengkapan rumah tangga lainnya, bisa jadi promo buy 1 get 1 sangat membantu sekali kan?
c. tergantung kondisi keuangan masing-masing. Mau ada diskon semiring apapun, kalau dompet sedang tongpes, tetap saja jatuhnya mahal ya. Yang paling enak memang hidup pas-pasan; pas ada diskon, pas kita sedang butuh barang tersebut, pas pula ada uangnya.
3. Hubungan Konsep Diri dan Cerdas Finansial
Ternyata orang yang konsep dirinya kuat memiliki kecerdasan finansila yang lebih baik. Sementara itu konsep diri erat hubungannya dengan INDIVIDUALITAS/ EGO.
Egois memang tidak baik, namun setiap manusia tetap harus memiliki ego, anak-anak yang tidak dilatih memiliki ego akan cenderung tidak memiliki konsep diri.
Konsep diri erat kaitannya dengan fase egosentris, dalam hal ini masuk ke dalam hal tentang kepemilikan masing-masing. Di usia-usia 2 - 5 tahun, JANGAN PAKSA anak memberi/ berbagi SEBELUM anak terpenuhi kebutuhannya. Arahkan lingkungan sekitar yang lebih besar untuk MENGUTAMAKAN kebutuhan anak di usia ini.
Sebagai contoh, soal mainan… Jika anak belum puas bermain, JANGAN PAKSA anak memberikan/meminjamkan mainan ke adik/ kakak/ temannya yang merengek minta mainan yang sedang dipegangnya. Beri penjelasan pula kepada yang sedang merengek tersebut bahwa anak kita sedang bermain dan belum selesai memainkannya, minta mereka untuk menunggu. Dengan cara ini, artinya kita telah memuliakan anak dan hak anak terpenuhi. Jika hak anak sebagai individu terpenuhi dengan baik, tidak akan ada yang namanya anak tantrum. Lebih jauh lagi ke depannya kita tak akan bertemu dengan koruptor dan pencuri uang negara.
Kita perlu tahu indikator anak telah memiliki konsep diri yang cukup baik:
- Anak bisa menjaga barang miliknya dengan cukup baik.
- Anak tidak akan merebut barang milik orang lain.
- Anak berani membela diri jika barangnya diambil tanpa izin/ diambil paksa.
- Anak rela memberikan haknya kepada adik/ kakak/ teman/ orang lain dengan kesadaran penuh.
4. Konsep Mini Budget
Dalam mengajari anak mengelola keuangan, khususnya mulai usia 8/ 10 tahun, ajarkan mereka tentang mini budgeting. Bahwasanya dalam mengelola keuangan, kita perlu menyadari bahwa di setiap rezeki kita ada hak Allah, ada hak orang lain, ada hak diri sendiri dan ada hak masa depan.
Artinya dalam mengelola keuangan, anak harus diajarkan menyisihkan rezeki untuk berzakat, bersedekah, menabung dan baru dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan anak.
5. Upah vs Usaha
Saat kita ingin memberikan reward atau apresiasi kepada anak, ajarkan anak tentang konsep usaha. Caranya yaitu ajukan tawarannya terlebih dahulu, baru berikan syarat untuk mencapainya. Misal kakak pengen beli slime, maka tawarkan ke kakak; “Kakak pengen beli slime? Boleh kok,tapi bantu bunda cuci piring/ rapikan ruang tamu selama 7 hari berturut-turut ya.”
Konsep usaha dengan model tawaran-syarat ini akan melatih anak untuk memiliki mental berjuang. Aku mau slime, jadi aku harus berusaha untuk berhasil mencuci piring selama 7 hari berturut-turut.
Beda ketika kita menggunakan konsep upah, yaitu dengan memberitahukan syaratnya dulu baru tawarannya. Misal, “Kalau kakak bantu bunda cuci piring selama 7 hari, nanti bunda belikan slime.”
Jika menggunakan konsep upah, mental yang tumbuh “aku sudah melakukan ini, jadi aku harus mendapat sesuatu.”
6. Menyapih dan Hubungannya dengan Konsep Rezeki
Terkesan sederhana, namun ternyata menyapih memiliki makna yang sangat dalam. Pertama, bahwasanya menyapih adalah perintah Allah. Beberapa waktu lalu aku menghadiri kajian bersama Ustazah Poppy Yudhitia, saat itu aku baru tahu bahwa menyapih sebaiknya pas di usia 2 tahun dan tidak lebih dari usia tersebut. Bahkan secara syariat, diperbolehkan menyapih sebelum usia 2 tahun asalkan suami ridha.
Sayangnya kita seringkali mudah menyepelekan perintah menyapih dengan alasan kasihan anaknya, biar nanti kan berhenti sendiri dan berbagai alasan lainnya. Ustazah Poppy saat itu lalu menyentil para peserta yang hadir, “jangan kaget kalau nanti anak juga mudah menyepelekan perintah ayah bundanya, la orang tuanya juga suka menggampangkan perintah Tuhannya.” Duh, jleb yaks.
Kedua, menyapih sejatinya mengajarkan anak tentang konsep CUKUP. Anak harus tahu bahwa segala hal di dunia ini memiliki batasan. Bahwa hidup berlebihan itu tidaklah baik, maka ketika sudah cukup usianya, anak harus belajar menahan hawa nafsunya untuk terus-terusan menyusu.
Masih banyak sekali hal-hal menarik yang aku diskusikan bersama teman-teman Bunsay #5 Bandung di level 8, namun bisa-bisa jurnal ini tak selesai-selesai dirangkai jika harus kutulis semuanya. Yang pasti ada banyak AHA things yang kucatat, betapa cerdas finansial memiliki banyak keterkaitan dengan beberapa hal penting di dalam kehidupan kita.
Hmm, jadi penasaran kira-kira di level 9 akan ada catatan-catatan menarik apa lagi ya? Welcome level 9... Tunggu jurnal fasilku berikutnya ya!
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Waaa... Lengkap jurnal fasilnya.. 💖 Poin2 cerdas finansialnya bermanfaat bangey mba... Yg no. 6 unpredictable... Langsung masuk catatan nih..
ReplyDeleteTerima kasih Teh... Iya Saya juga baru tahu kalau sedalam itu makna menyapih.. jadi merasa bersalah nyapihnya anak-anak selalu lebih 2 tahun semua...
Delete