Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Pada postingan tentang Lingkar Muslimah yang lalu, aku sempat berjanji untuk membagikan materi “Milennial Melek Literasi - Mulai Eksyen dari Kepsyen.” Nah, kali ini aku mau membayar hutang tersebut. Hanya saja apa yang kubagikan hari ini sedikit pengembangan dari materi bersama adik-adik di Lingkar Muslimah.
Qodarullah pada Selasa, 15 Oktober 2019 yang lalu, aku diberi amanah untuk menjadi narasumber di Sekolah Ibu - nya PAUD/ TK Alam Ar Ridho. Excited sekali waktu aku dihubungi oleh Mbak Berty. Meski deg-degan juga, wkwk. Excited karena sudah lama banget nggak menyambangi TKnya Ifa tersebut, sudah sekitar 2 tahunan berarti aku nggak main-main ke sana. Deg-degan, karena akhirnya bisa kembali dolan ke tempat yang cukup berjasa dalam perjalanan pengasuhanku tersebut sebagai seorang narasumber, ih wow…
Saat Mbak Berty membisikkan tema yang diminta berhubungan dengan dunia tulis-menulis, aku bingung. Kebetulan Mbak Berty menghubungiku soal ini jauh sebelum aku dihubungi pihak Lingkar Muslimah. Nah, kok ya dua event ini temanya sejalan menurutku. Setelah selesai manggung di Lingkar Muslimah, kubagikan materi tersebut ke Mbak Berty, kira-kira kalau materi yang kusampaikan seperti itu, berkenan atau tidak. Ternyata berkenan, ya sudah… cap cuzz. Namun berhubung kali ini audience-nya adalah emak-emak, maka materinya sedikit kumodifikasi dong, menjadi “Emak Melek Literasi - Mulai Eksyen dari Kepsyen.-
Tibalah hari yang sudah direncanakan, aku telat sekitar 15 menit karena nungguin Affan nggak bangun-bangun, akhirnya digotong meski masih rebes, wkwk. Kaget sih sampai ke lokasi ternyata pesertanya lebih banyak dari yang kuduga.
ekpresi ketika menyadari bahwa ada mbak Adit sebagai salah satu audience |
Pic copyright by mbak Adit - after sharing session |
Kejutan lainnya.. karena bisa ketemu teman sesama fasilitator Bunda Sayang Ibu Profesional, mbak Adit alias mbak Diya Marwa. Baru mau rencana kopdar, eh sudah ditakdirkan kopdar duluan sama Allah. Well, semoga saja apa yang kubagikan pagi itu bisa memberi manfaat yaa, buibu.
Literasi, Makanan Apa Itu?
Apa sih yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata ‘literasi’? Saat aku mengajukan pertanyaan ini pada adik-adik Lingkar Muslimah dan ibu-ibu wali murid PAUD/ TK Ar Ridho, sebagian besar menjawab bahwasanya literasi adalah hal yang berhubungan dengan tulis-menulis. Aku pun awalnya juga seperti itu. Ternyata, ini makna literasi:
Wah, nggak nyangka ya? Berarti mereka para pegiat literasi adalah orang-orang pembelajar, ehem ehem. Selain bermakna sebagai orang yang belajar, ternyata literasi adalah kemampuan menggunakan/ mendayagunakan berbagai ketrampilan dan potensi untuk menemukan karya solutif di dalam kehidupan.
Ternyata sedalam itu maknanya, gaess. Kalau disimpulkan pegiat-pegiat literasi adalah orang-orang yang mampu memaksimalkan potensi dan ketrampilan dirinya sehingga bisa menemukan atau menciptakan sebuah karya sebagai solusi dari berbagai masalah di dalam hidup.
Terus apa hubungannya sama tulis-menulis… ya memang literasi itu kaitannya nggak hanya soal tulis-menulis, pals. Ada 6 jenis literasi sebagai berikut:
Jadi misal kita ngobrolin tentang literasi keuangan, maka pegiat literasi keuangan adalah orang-orang yang mampu membuat karya solutif di bidang keuangan, misal membuat aplikasi penambah uang secara instan, hehe. Kalau pegiat literasi di bidang budaya & kewarganegaraan, ya mungkin mereka yang bisa menciptakan tarian perekat toleransi. Intinya, karya yang dihasilkan haruslah sesuatu yang bermanfaat, bukan sekedar buat gegayaan.
Kenal Lebih Dekat dengan Literasi Baca Tulis
Nah, kalau literasi baca tulis sendiri apaan ya?
Dari kalimat di atas berarti sebenarnya literasi baca tulis itu tidak sekedar meminta kita untuk membaca secara aktif, namun juga menuangkan ide-ide kita hasil dari proses membaca dalam bentuk tulisan.
Dikatakan dari berbagai sumber, dengan melek literasi kita bisa menjadi lebih percaya diri, berisi, penuh empati dan bisa memahami sebuah keadaan dengan lebih baik. Kenapa? Karena kita menjadi kaya akan wawasan.
Apalagi kalau sudah tahu manfaatnya sebanyak ini, kayanya teman-teman yang selama ini masih nggak ngeh dengan literasi baca tulis akan berpikir ratusan kali untuk tidak mau dekat-dekat dengannya.
Untuk yang selama ini hidupnya masih belum banyak bersinggungan dengan literasi baca tulis, ayolah mulai membangunnya. Diawali dengan menumbuhkan minat membaca. Duh, paling malas membaca nih, gimana dong? Cuzz, cari teman atau komunitas yang bisa menularkan kepada kita semangat dan minat membaca.
Kalau minat membaca sudah tumbuh, perlahan jadikanlah minat tersebut menjadi kebiasaan. Yang awalnya membaca hanya kalau sempat, mulai buat jadwal membaca secara konsisten. Misal dalam seminggu kita buat target selesai membaca 1 bab. Setelah kebiasaan membaca telah menjadi sahabat sehari-sehari, mulai budayakan kegiatan membaca. Bisa dimulai dari rumah, lalu berkembang ke komunitas atau masyarakat terdekat. Misal kalau di rumah dengan membuat ‘Pekan Literasi atau Pohon Literasi’. Ajak seluruh anggota keluarga memilih satu buku yang akan dibaca dalam satu minggu, lalu di akhir minggu saling menceritakan isi buku yang sudah dibaca dan menempelkan judul buku di pohon literasi keluarga.
Diharapkan ketika budaya literasi sudah berkembang, akan tumbuh literate power alias melek literasi tadi. Setelah doyan membaca, diharapkan dari hasil membacanya mereka bisa saling berbagi wawasan dan informasi yang didapatkan. Kalau semua orang di Indonesia suka baca pakai banget lalu saling share info yang mereka miliki, bayangkan sekuat apa bangsa ini.
Namun pada kenyataannya, ada beberapa fakta berikut:
1. Banyak yang tidak suka membaca, apalah lagi menulis.
2. Ada yang suka membaca, tapi merasa kesulitan menulis.
3. Ngakunya suka nulis, tapi bacanya cuma status medsos… kok nyindir diri sendiri, hehe.
Memang baiknya seperti apa sih? Apakah untuk bisa menulis, orang harus suka membaca dulu? Kalau menurutku sih iyes, kalau kata Mas Anang nggak tahu deh…
Sama halnya ketika pertama kali anak-anak belajar membaca dan menulis. Biasanya anak-anak akan dikenalkan dengan huruf, kata-kata dan bagaimana mengucapkannya terlebih dahulu, baru kemudian masuk ke tahap belajar menulis.
Bukankah ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mendapat wahyu pertama kali, wahyu tersebut berbunyi: Iqro bismirrobikalladzi kholaq…? Ya, perintah pertama yang turun kepada Rasulullah adalah perintah membaca, bukan menulis. Bahkan, membacanya saat itu bukan membaca huruf seperti sekarang ini yang kita lakukan. Mendengarkan dan menghafalkan apa yang disampaikan oleh malaikat Jibril, sang pembawa wahyu dari Allah.
Dari kisah turunnya wahyu pertama ini saja ada banyak hal yang bisa kita gali jika dihubungkan dengan literasi baca tulis, utamanya soal urusan pentingnya membaca.
Kenapa Kita Harus Membaca?
Sepenting apakah membaca? Katanya nih ya, kalau olahraga adalah hal yang bisa menyehatkan tubuh, maka membaca itu cara untuk menyehatkan pikiran. Jadi kalau mau sehat pikiran, banyak baca deh… eits, bacanya yang baik-baik lo, jangan baca lambe-lambean mulu, wkwk.
Pernah nggak sih pada suatu masa kalian menyelenggarakan sebuah event. Flyer sudah dibagikan lengkap dengan caption atau broadcast yang sudah sangat lengkap keterangannya. Namun sang contact person dari event tersebut pasti akan sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan; kapan acaranya, di mana lokasinya, bayar nggak, endebra endebre…
Dari hal sesederhana itu, bisa kita simpulkan betapa masih banyak orang yang malas membaca. Sejalan dengan fakta-fakta berikut ini:
Jadi apakah kita termasuk dari orang-orang Indonesia yang berhasil membaca buku dalam setahun?
Jika iya, semoga karena kita termasuk yang sudah paham bahwasanya membaca adalah salah satu perintah Allah sebagaimana sempat kuulas sebelumnya.
Selain karena membaca adalah perintah Allah, sebagai seorang ibu kita juga mau nggak mau harus rajin membaca. Sering banget menemui para ibu yang malas membaca, tapi anaknya disuruh suka baca. La gimana caranya? Wkwkk.
Pengasuhan terbaik adalah keteladanan. Sungguh menggelikan ketika kita berharap anak suka membaca sedangkan kita di dekatnya asyik main HP, hihi. So, kalau mau punya anak yang rajin baca, sebagai ibu kita juga harus memberikan contoh terlebih dahulu. Bahkan pernah ada seorang teman yang membagikan artikel tips untuk para orangtua yang tidak suka membaca namun ingin anaknya cinta baca. Tips pertama adalah pura-pura baca buku di depan anak, wkwk.
Daripada pura-pura, kan mending baca beneran. Ya.. tapi nggak apa lah, siapa tahu awalnya pura-pura membaca, lama-lama jadi cinta. Witing tresna, jalaran saka kulina kan?
Setelah urusan dengan membaca teratasi, dari yang awalnya nggak minat kini jadi tertarik membaca. Dari yang awalnya sudah suka membaca perlahan mulai membangun kebiasaan membaca, lalu menjadi budaya. Baru deh kita mulai ngobrol soal menulis.
Menulis, Sepenting Apa?
Buat yang sudah dari lahir suka menulis, pasti menjawab penting bangeeet! Namun bagi sebagian besar yang lain, menulis itu tak semudah itu ferguso. Ya memang menulis itu tak mudah, tapi juga tak sulit, selama kita mau….
BERUSAHA!
Pinterrrr. Kasih applause buat pembaca setia Marita’s Palace…
Untuk mengompori teman-teman menulis, ada baiknya kita cari tahu dulu apa sih manfaatnya:
Setelah tahu manfaatnya masih belum ada krenteg alias semangat untuk menulis? Biasanya nih, banyak orang suka baca tapi susah menulis atau bingung harus mulai dari mana, karena…
1. sudah ngeblok diri sendiri "aku nggak seneng" dan "aku nggak bisa."
2. sudah ngeblok pikiran sendiri "tulisanku jelek."
3. suka nulis sambil ngedit.. akhirnya tulisannya nggak kelar-kelar, ujung-ujungnya dihapus dan nggak jadi diposting atau dikirim ke sebuah proyek.
Kalau kalian termasuk gank yang mana, pals?
Setelah ketemu asal-muasal kenapa selama ini susah banget memulai menulis, yuk kita tumbuhkan semangat menulis dengan langkah-langkah berikut:
1. Lakukan Sebagai Wujud Cinta pada Baginda Rasul
Pernah dengar kan hadits yang berbunyi “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”? Lewat menulis, kita bisa lo ber-MLM kebaikan. Caranya?
Misal, kita habis datang dari sebuah kajian atau seminar, kita merasa materinya sangat bagus dan sayang kalau tidak dibagikan. Sementara kita nggak punya kapasitas untuk membagikannya secara lisan. Kenapa tidak ditulis saja sebagai status fesbuk, instagram atau WA story? Daripada status isinya ngeluh ini itu, kan lebih baik kalau digunakan untuk sharing hal-hal baik.
Kata Imam Syafii pun mencatat itu bisa mengikat ilmu dengan lebih erat. Ilmu jika kita hanya dengarkan saja dan tidak diabadikan lewat tulisan, hanya akan mampir sebentar. Sekuat apa sih ingatan kita? Begitu pulang kajian mampir pasar, beli lombok dan sayur mayur, isi kajian sudah tergantikan dengan “kok uangku tinggal segini ya, tadi beli apa aja sih?” Hehehe.
Beda ketika kita tak sekedar mendengarkan, namun sekaligus mencatat isi kajian. Saat kita lupa, ada catatan yang bisa kita buka dan baca ulang. Apalagi kalau kemudian kita abadikan lewat artikel di blog, postingan di sosmed, insya Allah manfaatnya akan lebih luas lagi.
suasana Sekolah Ibu pagi itu |
2. Bangun Konsep Diri “Aku Bisa”
Hal ini khusus buat teman-teman yang tadi masuk dalam gank nomor satu dan dua. Yang belum apa-apa, sudah memblok dirinya sendiri nggak bisa, nggak seneng dan merasa tulisannya jelek. Padahal pas zaman sekolah rajin nulis diary. Jadi bisa nulis nggak?
Yuk, tonton video ini dulu, siapa tahu bisa mengambil intisari dari kisahnya:
What do you think, pals?
Lena Maria dengan fisiknya yang tak sempurna saja bisa membangun konsep diri yang kuat. Masa kita yang dimodali sama Allah dengan fisik yang lengkap, otak yang mampu bekerja dengan baik, masih merasa nggak bisa? Insya Allah bisa, selama mau belajar, banyak berlatih dan terus mencoba. Siap?
3. Banyak Membaca
Membaca akan mengayakan wawasan sekaligus kosa kata, sehingga akan lebih mudah bagi kita saat akan menyusun sebuah tulisan. Btw, membaca itu tak sekedar membaca sebuah teks buku ya. Seperti yang dibahas di bagian awal, bahwa literasi baca tulis adalah kemampuan untuk memahami, teks, gambar, video dan audio. Jadi, gunakan dan maksimalkan seluruh indera yang Allah berikan kepada kita.
Indera yang kita miliki akan membantu untuk ‘membaca’ lingkungan dan kondisi di sekitar, hingga timbul empati dan awareness, yang kemudian bisa melejitkan semangat untuk menulis.
suasana Sekolah Ibu - Melek Litersi |
4. Temukan Strong Why
Setiap orang bisa jadi memiliki strong why-nya masing-masing. Ada yang menulis karena merasa itu adalah panggilan jiwanya, ada yang menulis sebagai bagian untuk mencari ridha Allah, ada yang menulis biar jadi viral, ada yang menulis karena pengen jualan.
Salah satu teman penulis yang sudah melanglang-buana di dunia literasi, mbak Nungma - owner of DNA, menyampaikan bahwa setiap kali mau menulis, usahakan kita jawab tiga pertanyaan ini terlebih dahulu: mengapa kita harus menulis, mengapa hal ini harus ditulis, dan mengapa harus kita yang menuliskannya.
Wejangan doi yang selalu aku ingat dan menancap erat di ingatan;
Karena kelak jika jatah hidup saya habis, saya tidak ingin dikenang orang hanya dalam 3 kalimat saja: nama, tanggal lahir dan tanggal wafat. Harus ada warisan karya dan ilmu yang semoga bermanfaat yang saya tinggalkan, yang semoga itu bisa menjadi tabungan jariyah di akhirat kelak.
Nah, silakan temukan strong why teman-teman apa.
Setelah 4 langkah di atas dieksekusi, biasanya pertanyaan selanjutnya adalah mau nulis apa dan di mana yaaa. Ini pun sangat personal ya. Bisa mulai dengan passion teman-teman apa. Yang suka bikin cerpen, bisa ikut proyek-proyek antologi. Yang sukanya nulis panjang tanpa kendali, bisa ngeblog kaya eike. Yang sukanya nyetatus ringan, bisa do micro blogging via instagram atau facebook. Yang mau nulis sekedar curhat harian dan nggak mau dibaca orang lain, beli buku diary.
Yang sukanya jualan property, mungkin bisa banyak sharing tentang tips memilih rumah, tips mendesain rumah, cara menata interior kamar dan sebagainya. Sehingga status jualan rumahnya bisa beragam, nggak melulu; “Butuh rumah ukuran apapun, hubungi xxxx.” Nggak menarik, lama-lama orang bakal bosan.
Bahkan meskipun kita menulis untuk jualan, buatlah tulisan yang akan membuat orang melirik dan mengambil manfaat dari apa yang kita bagikan. Jadi meskipun jualan kita nggak laku-laku, setidaknya ada ilmu atau informasi baik yang sudah kita sampaikan, insya Allah ini balasannya lebih dari sekedar nominal uang.
Satu tips pamungkas untuk teman-teman yang pengen mulai nulis tapi nggak kelar-kelar; nikmatilah kebebasan menulis. Biarkan tulisan kita keluar dan mengalir hingga selesai, jangan pedulikan tanda baca, dan sebagainya. Setelah selesai, endapkanlah beberapa jam atau beberapa hari, barulah baca lagi hasil tulisan kita, jika ada yang perlu diedit baru lakukan editing.
Jangan pernah menulis sambil melakukan editing. Edit tulisan ketika sudah selesai.
So, sudah siap menulis?
Mulai Eksyen dari Kepsyen
Nah, di akhir sharing sessionku di Sekolah Ibu PAUD/ TK Alam Ar Ridho, aku memberikan challenge untuk mereka. Sesuai dengan judul sharing hari itu; “Emak Melek Literasi: Mulai Eksyen dari Kepsyen”, maka kutantang mereka untuk membuat postingan di medsos, boleh di instagram atau facebook, tentang acara atau materi pagi itu.
Dan inilah yang sudah berani mengikut challenge tersebut:
A. Instagram
1. @riendiayuvairuz: https://www.instagram.com/p/B3pBpDyhGCg/
2. @fitri.rachma.wati: https://www.instagram.com/p/B3xBA7xFzA-/
3. @diya_marwa: https://www.instagram.com/p/B3r5XYcp_Au/
4. @rennycelica: https://www.instagram.com/p/B3zrZ5WnGKl/
B. Facebook
1. Sri Agustina:
2. Tin Ambarwati: https://www.facebook.com/tin.ambarwati/posts/2587998481221128
Duh, sekarang gantian aku yang dibikin kebingungan untuk menentukan mana ya yang kepsyennya paling menarik. Semuanya menarik dan bagus. Namun, namanya hidup, mau nggak mau harus menentukan pilihan kan?
Awalnya, aku hanya akan memberikan satu buku untuk peserta terbaik menurutku. Namun melihat antusiasme ibu-ibu wali murid PAUD/ TK Alam Ar Ridho ini, akhirnya kubongkar lagi simpanan bukuku. Alhamdulillah ketemu beberapa buku tambahan yang akan kubagikan.
foto bareng after sharing session |
Setelah pertimbangan yang cukup panjang; isi kepsyen, teknik menulis - lebih ke tidak singkat-menyingkat kata, mencantumkan hashtag yang benar, maka... eng ing eng... inilah urutan best of the best yang berhak mendapatkan gift dariku:
- Mbak Renny dengan akun instagram @rennycelica - Buku Wanita dan Pena, antologi terbaruku bersama Rumbel Literasi Media Ibu Profesional Semarang. Alasannya karena menurutku kepsyen mbak Renny dituliskan dengan pas, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Beliau mampu menuliskan insight dari materi yang didapat dengan gayanya sendiri. Aku suka dengan pilihan diksinya. Persyaratan hashtag dan mention/ tagging-nya dipenuhi.
- Mbak Fitri Rachma Wati dengan akun instagram @fitri.rachma.wati - Buku Sekantong Kisah Penyejuk Hati Jilid 2. Alasan dipilih karena kepsyennya cukup lengkap, bahkan mengular sampai kolom komentar. Namun hashtag sudah tercantum lebih dulu di kepsyen utama. Mengulas materi dengan tepat, ada beberapa singkatan tapi nggak banyak.
- Mbak Adit dengan akun instagram @diya_marwa - Buku Father, A Warm Hearted Man. Alasan: fasil banget lah ini, wkkw. Kepsyennya panjang dan komplit, plus inspiratif. Namun untuk kepsyen Instagram sepanjang itu sebenarnya kurang tepat, karena jarang ada yang mau baca sampai habis, hehe. Tips kalau mau nulis panjang di instagram: daripada diteruskan di kolom komentar, sebaiknya dibuat dalam beberapa postingan. Biasanya kalau kepsyen di Instagram terlalu panjang, akhirnya nggak cukup untuk menuliskan hashtag sebagai persyaratan.
- Mbak Sri Agustina yang diposting lewat akun facebook - Buku Father, The Salt of My Life. Alasan: penyetor postingan pertamax. Selain itu kepsyennya cukup lengkap dalam menceritakan kembali materi/ acaranya.
- Mbak @riendiayufairuz yang juga sudah setor pertama kali. - Buku Witing Mulyo Jalaran Wani Rekoso by Mbak Ressy Laila. Kepsyennya singkat tapi tepat. Sayang masih banyak singkatan-singkatan.
- Mama Lala alias Mbak Tin Ambarwati - Buku Witing Tresno Jalaran Soko Kulino by Mbak Ressy Laila. Kepsyennya singkat tapi berhasil menarik insight untuk menumbuhkan semangat membaca.
Semoga berkenan dengan hadiah kecil dariku ya temans.. dan semoga bermanfaat plus bisa membangkitkan semangat baca tulisnya. Oya, untuk buku selain Wanita & Pena memang tidak ada tulisanku di dalamnya, namun insya Allah berisi tulisan-tulisan keren dari teman-teman Pejuang Literasi. Dua buku lainnya merupakan karya dari mbak Ressy Laila yang insya Allah sangat menginspirasi. Nanti aku titipkan ke mbak Berty ya buku-bukunya.
Sampai jumpa di celoteh-celotehku selanjutnya. Hari ini siap menyambut teman-teman yang mau main ke rumah untuk belajar ngeblog, ada yang mau ikutan? Boleh lo, cuzz sini.
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Terima kasih mba Marita😍😍 acara kemaren bener2 menginspirasi dan booster untuk emak-emak seperti saya. Sukses ya mba say, moga Allah limpahkan pahala berlipat utk mba skeluarga. Thanks a lot for amazing book, it's spesial gift for me 🥰🥰
ReplyDeleteDari dulu taunya cuman nulis. Dan ternyata setelah membaca ini semakin yakin, nulis itu luas. Tapi menyenangkan 🤩
ReplyDelete