Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Apa kabar pals di hari Jumat nan berkah ini? Semoga senantiasa dalam lindungan Allah SWT yaa.
Kaget baca judulnya? Apa coba hubungannya 5G dan Menara Paris sama DKK Semarang? Ooh jelas ada… kalau nggak ada hubungannya nggak mungkin dong aku tulis, ye kan?
Hari Kamis, 26 September 2019 yang lalu di Bale Diva, aku menghadiri media gathering bersama dr. Moch. Abdul Hakam, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang yang baru saja dilantik pada bulan Juni 2019. Pak Hakam bukanlah sosok yang baru kukenal, karena sebelumnya beliau pernah menjadi Direktur Pelayanan di tempat kerja suami; Rumah Sakit Wongsonegoro (RSWN). Bahkan suami pernah diajak mendampingi Pak Hakam dinas luar ke Bali untuk sharing mengenai paperless system for hospital.
Seingatku sih aku bertemu Pak Hakam ya baru sekali waktu menjemput suami di Bandara sepulangnya dari Bali, itu pun hanya sapaan mohon pamit saja. Maka aku tak terlalu yakin kalau beliau masih ingat bahwa aku adalah istri dari salah satu mantan anak buahnya. Ternyata oh ternyata, saat masuk ke ruangan gathering dan beliau menyalami satu per satu peserta yang hadir, beliau menyapaku, “suaminya mas Martin ya?”
“Istrinya, Dok, bukan suaminya,” iseng mengoreksi kalimat dr. Hakam, meski aku tahu beliau tidak sengaja.
”Oh iya, maksud saya istrinya… maklum sudah sore nih. “Jawab Kepala DKK tersebut sambil tertawa kecil. Grrr.. seluruh peserta yang hadir pun ikut tertawa bersama-sama.
Sedangkan aku merasa tersanjung karena diingat oleh salah satu orang penting di Semarang, wkwk. Dasar cah mellow.
Hangat, ramah, workaholic, inovatif dan visioner.
Mungkin itulah lima kata yang menurutku bisa menggambarkan sosok dr. Hakam dari pertemuan sore itu. Walaupun seorang kepala dinas, namun beliau tidak ingin ada sekat antara dirinya dengan media. Bahkan meski gurat kelelahan nampak di wajahnya, beliau tetap semangat memaparkan program-program DKK Semarang. Beliau juga antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh rekan-rekan media dan blogger.
Kalau soal inovasi, dr. Hakam memang selalu selangkah lebih maju. Dari obrolan-obrolanku dengan suami, doi banyak cerita tentang inovasi-inovasi yang dikembangkan dr. Hakam ketika masih menjadi direktur pelayanan di RSWN. Salah satu inovasi beliau adalah dijalankannya paperless sytem. Meski jujur aku kadang suka gemes juga saat itu, soalnya dr. Hakam suka ngajak meeting suami dan teman-temannya di jam-jam pulang kantor, hehe.
Kan eike sebagai istri karyawan yang ditinggal kerja seharian dan sudah sangat merindunya, akhirnya harus menanti kepulangan suami lebih lama, wkwk. Maaf ya, dr. Hakam…. Eitss, tapi itulah salah satu bukti kinerja joss dari dr. Hakam. Penuh dedikasi pada pekerjaan beliau, hingga sering lupa waktu. Sama kaya eike kalau sudah ngetik di depan laptop, anak sendiri juga lupa… eeeh.
Nah, kalau RSWN telah membuktikan inovasi dr. Hakam yang sudah berjalan, pasti jadi penasaran kan inovasi apa saja yang dimiliki oleh DKK Semarang semenjak dipimpin oleh beliau? Mau tahu apa mau tahu bangeeet?
Inovasi DKK Semarang yang Sedang Berjalan
Jujur, aku termasuk orang yang jarang ke Puskesmas sejak tinggal di Semarang. Seingatku sejak nikah 2008, baru 2 kali aku masuk Puskesmas. Pertama, saat minta imunisasi TT waktu hamil pertama di Puskesmas daerah Puspanjolo, Semarang Barat. Kedua, saat meriksain Ifa waktu bayi di Puskesmas pembantu Sendangmulyo. Sudah lama banget lah nggak mengikuti perkembangan Puskesmas. Padahal dulu waktu masih di Salatiga, Puskesmas selalu jadi pertolongan pertama saat badan lagi nggak sehat.
Alasan kenapa nggak lagi ke Puskesmas setelah di Semarang salah satunya karena faskes 1 BPJS pilihan suami ada di klinik, jadi kalau pas badan nggak sehat ya kami cuzz ke klinik tersebut. Alasan lainnya mungkin karena terlalu meremehkan Puskesmas ya.
Dr. Hakam menyadari kenyataan tersebut, bahwasanya banyak masyarakat Kota Semarang yang memandang Puskesmas sebelah mata. Banyak anggapan bahwa Puskesmas itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang kelas menengah ke bawah. Oleh karenanya dr. Hakam ingin menaikkan harga diri Puskesmas, agar masyarakat di semua lapisan mau berbondong-bondong ke Puskesmas.
Terlebih lagi, Puskesmas itu nggak semata-mata untuk berobat lo, pals. Sesuai dengan kepanjangannya, “Pusat Kesehatan Masyarakat”, artinya di Puskesmas seharusnya kita bisa mendapat infomasi apa saja terkait kesehatan, misal penyuluhan tentang memilih alat KB yang tepat atau sosialisasi mengenai penyakit darah tinggi, pengetahuan tentang stunting dan lain-lain.
Dalam rangka meningkatkan nilai dan kualitas Puskesmas, DKK Semarang menggelontorkan dua inovasi kerennya.
1. Puskesmas 5G
Wuih, mantaaap kan? Provider seluler saja belum ada yang launching 5G, Puskesmas-puskesmas di bawah DKK Semarang kok bisa sudah punya 5G? Ternyata oh ternyata, yang dimaksud 5G adalah “Gratis, gesit, gak ribet, gak antri dan go cashless.” Yuk, kita kenalan lebih dalam dengan budaya 5G yang kini diterapkan pada 37 Puskesmas di Semarang tersebut.
a. Gratis
Apapun jenis pelayanan kesehatan (tanpa tindakan) di Puskesmas tidak akan dikenai biaya bagi warga ber-KTP Kota Semarang. Tujuannya tentu saja agar semua lapisan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa pusing memikirkan biaya.
b. Gesit
Kalau dulu kita sering mengeluh kinerja Puskesmas lelet bin lama, sekarang insya Allah keluhan tersebut tidak lagi berlaku. Ternyata bukan cuma RSWN yang sudah menjalankan sistem paperless, di Puskesmas pun sekarang sudah berjalan lo sistem tersebut.
Apaan sih paperless - paperless dari tadi… fyi, paperless adalah sebuah sistem yang akan memangkas waktu tunggu karena data kesehatan pasien sudah tersimpan dalam rekam medis elektronik. Yang punya hobi nonton drama Korea dengan tema kesehatan, bisa lah mbayangin paperless ini. Di drakor kan kita sering lihat dokter kalau mantau data pasien nggak lagi pakai tumpukan kertas, tapi selalu lewat komputer/ tab. Semacam itu lah.
Secara nggak langsung paperless ini juga membantu penyelamatan lingkungan hidup. Alhamdulillah, jadi berkurang kan pohon yang ditebang buat bikin kertas kalau paperless berjalan? Jadi bangga sama suamik, apa hubungannya jaaal? Hahaha… Soalnya doi yang ngoding sistem paperless di tempat kerjanya.
c. Gak Ribet
Kalau dulu kita ke Puskesmas hanya bisa di pagi hari, sekarang 37 Puskesmas di Semarang bukanya sampai sore lo. Nih kubagikan jadwalnya:
Senin sampai Kamis:
Loket pendaftaran 07.00-16.00
Pelayanan 07.00-17.00
Jumat:
Loket pendaftaran 07.00-14.00
Pelayanan 07.00-15.00
Sabtu:
Loket pendaftaran 07.00-11.00
Pelayanan 07.00-12.00
So, buat teman-teman yang pengen ke Puskesmas tapi terkendala dengan segala macam kesibukan di pagi hari, kini nggak perlu sedih lagi karena pelayanannya sekarang sampai sore! Joss..
d. Gak Antri
Selain lelet, biasanya yang sering jadi bahan pergunjingan adalah soal antre di Puskesmas. Badan lagi nggak enak, masih harus antri lama, kan malas banget yaa? Tapi sekarang nggak lagi dong, karena sudah ada PUSTAKA! Apa lagi iniih?
Pustaka adalah sebuah aplikasi yang memiliki nama panjang Puskesmas Tanpa Antrian Kota Semarang, gunanya untuk melakukan booking pendaftaran saat kita membutuhkan pelayanan di Puskesmas.
Selain lewat Aplikasi Pustaka, booking pendaftaran juga bisa dilakukan lewat sms atau whatsapp masing-masing Puskesmas. Jadi, nggak perlu datang pagi-pagi mruput sampai lupa mandi, eeh… kita bisa datang sesuai arahan dari Puskesmas supaya nggak menunggu terlalu lama.
e. Go Cashless
Terobosan lain yang dilakukan oleh DKK Semarang di 37 Puskesmas yaitu kemudahan untuk melakukan pembayaran pelayanan tindakan di Puskesmas secara non tunai melalui Go Pay. Caranya gampang, cukup scan QR code gopay Puskemas, lalu pembayaran kita akan langsung diterima. Kalau gagal? Hmm, kemungkinannya kecil deh. Coba cek dulu… jangan-jangan saldo Gopay kita yang habis, hehe.
Untuk bisa menjalankan budaya 5G di Puskesmas-puskesmas, dr. Hakam menambahkan bahwa beliau perlu melakukan DARMO sebelumnya. Apa lagi coba…
Dr. Hakam bilang kalau DARMO ini terinspirasi dari Jack Ma. Hayo, tahu Jack Ma nggak? Googling kalau belum kenal yaa, wkwk.
Discover: menemukan masalah yang ada di lingkup Puskesmas. Ooh, ternyata masyarakat itu ingin dilayani dengan ramah, cepat dan mendapat fasilitas yang baik.
Adventure: terkait dengan inovasi. Jika masalah sudah diketemukan, saatnya mencari solusi. Dengan masalah yang di atas, berarti Puskesmas harus mau meningkatkan kualitas SDM, baik secara mindset dan soft skill-nya. Diperlukan pelatihan dan pembiasaan yang tidak sebentar untuk merubah mindset yang sudah berjalan bertahun-tahun dan diarahkan menuju perubahan perilaku yang lebih baik, sehingga kini 3S (Senyum, Salam, Sapa) sudah diterapkan oleh para pegawai Puskesmas kepada masyarakat.
Selain itu juga perlu adanya inovasi di bidang infrastruktur. Maka kini jangan heran kalau Puskesmas mulai berbenah. Semakin bersih dan menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan masyarakat, seperti ruang laktasi dan area bermain anak yang nyaman.
Reanalysis: Saat sebuah program dijalankan, maka harus ada evaluasi dan analisa setelahnya. Apakah sudah maksimal, mana yang harus dibenahi dan ditingkatkan. Apa diperlukan inovasi pendukung tambahan dan sebagainya.
Momentum: Sebagai lembaga pelayan publik, DKK harus mampu melihat momentum yang sedang kekinian di masyarakat. Misalnya sekarang ini Kawasan Kota Lama sedang menggeliat, DKK mulai memikirkan apa yang bisa dikerjakan di kawasan tersebut agar bisa turut serta meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Semarang.
Output: Jika langkah-langkah di atas sudah dilakukan secara konsisten dan kompak di seluruh lapisan, maka harapan besar dari DKK, “Semarang as Sustainable Healthy City for All” bisa tercapai. Aaamiin.
2. Menara Paris
Menara Paris merupakan inovasi DKK lainnya, perwujudan dari M alias momentum dalam DARMO yang disampaikan oleh dr. Hakam.
Melihat Kota Lama Semarang yang kini sudah direnovasi menjadi sangat cantik dan nyaman hingga semakin banyak menarik khalayak ramai untuk datang menikmati suasana tempo doeloe, DKK merasa harus mengambil momentum ini sebagai salah satu cara media promosi pelayanan kesehatan masyarakat. Maka kemudian lahirlah MENuju semARAng PARIwisata Sehat atau yang kemudian dikenal sebagai Menara Paris.
Tujuan dari program ini adalah untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan menjadikan Kota Lama sebagai tujuan wisata sehat bagi masyarakat.
Rangkaian kegiatan di Menara Paris ternyata sangat beragam, meliputi pemeriksaan kesehatan (pelayanan kesehatan umum, pelayanan kesehatan gigi, konseling gizi, dan pemeriksaan IMT alias Indeks Massa Tubuh), tes IVA dan Gen Hebat (GENerasi seHat Bugar Tangguh) yang melayani Posyandu remaja, tes kebugaran (rock port), dan penyuluhan kesehatan.
Waah, kece beud ya programnya? Catat nih waktu pelaksanaannya biar nggak ketinggalan; setiap Sabtu minggu ke-3, pukul 15.00 – 18.00, di Kawasan Kota Lama Semarang. Kalau seingatku sih pas acara Festival Kota Lama beberapa waktu lalu, Menara Paris mengambil lokasi di belakang Taman Srigunting.
Btw, saat aku share informasi mengenai inovasi-inovasi DKK Semarang di whatsapp story, ada salah seorang temanku yang kemudian njapri, sebut saja Miss Fitri. Dia menceritakan testimoninya mengenai Puskesmas. Saat hamil anak kedua, bu RT memintanya untuk mendaftarkan datanya di Puskesmas agar bisa mendapatkan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil. Katanya nih, pelayanan Puskesmas sangat memuaskan. Ibu hamil jadi lebih terpantau kesehatannya.
Waktu kami chatting, aku udah izin untuk screenshot percakapan kami sebagai salah satu bukti masyarakat yang telah terlayani oleh Puskesmas dengan sangat baik. Ms. Fitri mempersilakan karena good news harus disebarkan. Sayangnya justru aku yang kelupaan, dan chat kami waktu itu sudah terhapus saat aku bebersih WA. Setidaknya melalui ceritaku ini, semoga teman-teman tambah yakin kalau Puskesmas sekarang memang sudah berbenah menjadi lebih baik.
Wah, jadi nggak sabar nih menanti inovasi-inovasi DKK Semarang lainnya. Pals, mau aku bisikin satu inovasi lagi nggak? Katanya nih, dalam waktu dekat, DKK bakal launching aplikasi E- bank sampah. Semacam aplikasi GoJek yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan dan pengelolaan bank sampah. Aplikasi yang bakal sangat membantu emak-emak mager macam eike yang suka malas keluar rumah, sampai akhirnya nggak sadar kalau tukang rongsok sudah lewat.
Diharapkan nantinya rumah/ komplek perumahan yang mengelola bank sampah tidak lagi bingung ketika sampah yang dikumpulkan sudah menggunung, tapi tukang rongsokan nggak segera datang untuk mengambil tumpukan sampah tersebut. Dengan E - bank sampah, kita tinggal klik “Sampah Penuh” di aplikasi, lalu tanpa perlu menunggu lama akan ada kurir yang mengambil sampah-sampah tersebut. Asyik kan?
Luar biasa lah inovasinya DKK Semarang, dari mendatangkan 5G sampai Menara Paris! Semoga dr. Hakam, Mas Hanif, Mbak Ira Sulistiana dan kawan-kawan lainnya yang ada di DKK Semarang senantiasa dilimpahi kesehatan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Insya Allah lelahnya menjadi berkah. Sukses selalu untuk DKK Semarang, terima kasih untuk inovasi-inovasi kerennya demi Semarang Hebat, menuju A Sustainable Healthy City for All!
At last but not least, aku minta maaf kalau ada kata-kata yang tidak berkenan dalam menyampaikan informasi ini. Ambil yang baik-baik dan hempaskan bagian buruknya. Bagaimana pun kesempurnaan hanyalah milik Allah. Duh, kok berasa ceramah yaa… Anyway, terima kasih sudah mampir di istanaku, pals… see you tomorrow!
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Detail sekali 💯 makanya aku senang main kesini 😆
ReplyDeleteAku udh nyoba pustaka. Puas bgt dong ngga perlu antri
ReplyDeleteCocok buat aku yg ga sabaran wkwk. Makin bangga rasanya akutu jd warga Semarang. Maju teruus DKK 😁
Luar biasa....
ReplyDeleteWiih.. Baru tau 5G nya puskesmas..
ReplyDeleteKalo benar berarti perubahan yg sangat signifikan. Kalo saya ke puskesmas cuma nganter imunisasi anak.. Selebihnya klo sakit pake bpjs klinik