Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Aku masih ingat bagaimana senangnya hatiku hari itu. Jika biasanya halaqoh wali santri Kuttab Al Fatih (KAF) dilakukan bersama-sama dengan para ayah, pada 8 Desember 2018 akhirnya ada pula halaqoh khusus bunda. Sebenarnya setiap hari Rabu ada halaqoh pekanan khusus untuk para bundanya santri KAF, cuma di hari yang sama aku juga punya jadwal liqo pekanan, jadi ya nggak pernah hadir.
Pentingnya Murojaah
Ustazah Udi saat itu mengajak kami untuk muroja’ah kisah Maryam. Ada yang belum tahu makna murojaah?
Yang dimaksud dengan murojaah adalah kegiatan mengulang kembali pelajaran, hapalan dan lain sebagainya. Dari segi bahasa, Murojaah ini berasal dari kata “roja’a yarji’u” dan “muroja’atan” yang artinya adalah kembali.
Istilah muroja’ah ini banyak digunakan dan didengar, khususnya dalam pendidikan Islam utamanya di pesantren. Istilah Muroja’ah ini ditujukan pada kegiatan mengulang pelajaran sebelum ujian, mengulang hafalan ayat-ayat Al-Quran dan lain sebagainya.
Belajar dengan jalan muroja’ah ini adalah metode yang digunakan untuk menjaga hafalan juga pelajaran sebab ilmu dan hafalan mudah sekali untuk terlupa apabila tidak diulang-ulang secara berkala.
Ustazah Udi menyampaikan betapa pentingnya fase murojaah dalam proses belajar, dikarenakan kita hanyalah manusia biasa tempatnya lupa. Hari ini belajar, besoknya lupa.
Tujuan puncak dari pencarian ilmu adalah semakin meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kita kepada Allah. Maka jika dalam proses belajar kok taqwa dan iman kita belum juga meningkat, disitulah pentingnya muroja’ah. Kita juga perlu melakukan tadabbur, atau perenungan, agar bisa menggali masalah dan mencari solusi atas masalah tersebut. Tentu saja perenungan terbaik adalah dengan membaca kitabullah.
Al Quran telah diturunkan sedemikian rupa oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Di dalamnya berisi 1/3 kisah, 1/3 aqidah dan 1/3 hukum. Kisah-kisah di dalam Al Quran merupakan cara Allah untuk menasehati diri kita tanpa merasa digurui. Dari 35 surat dan 1500 ayat di Al Quran berisi tentang kisah dan hikmah pentingnya mempelajari kisah.
Rasulullah berdakwah di Mekah kurang lebih 13 tahun. Selama 13 tahun tersebut, ayat-ayat yang turun berupa kisah. Ayat-ayat tersebut kemudian dikenal dengan ayat-ayat Makaniyah. Sedangkan ayat yang berisi hukum-hukum turun di Madinah, disebut dengan ayat-ayat Madaniyah, termasuk juga di dalamnya hukum sholat.
Belajar Parenting dari Kisah Maryam dan Keluarganya
Setelah memberikan sedikit pembukaan mengenai murojaah dan kandungan Al Quran, Ustazah Udi lalu bertanya siapakah empat perempuan pemimpin di surga. Hayoo, teman-teman tahu nggak?
Yes, betul sekali. Empat perempuan pemimpin di surga adalah Khadijah, Maryam, Asiyah dan Fatimah. Sebagaimana dikisahkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah ﷺ, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah. (HR. Hakim 4853).
Namun pada kajian bunda hari itu, Ustazah Udi hanya ingin fokus pada kisah Maryam. Kisah Maryam selalu menggetarkan hati. Sosok perempuan salehah, suci dan bahkan kualitas keimanannya disejajarkan dengan para nabi.
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). - (Q.S Ali Imran: 42)
Mendidik sejak Dari Kandungan
Membicarakan Maryam, maka tak akan lepas dari keluarganya. Bagaimanakah Maryam nan salehah ini dididik oleh keluarganya? Seperti yang kita tahu bahwa Maryam merupakan putri dari Imran. Sejak di dalam kandungan, istri Imran sudah bernazar bahwa kelak anak yang dikandung istrinya akan diserahkan agar berkhidmat di Baitul Maqdis.
(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Quran Surat Ali Imran: 35)
Selain bernazar, isteri Imran atau ibunda dari Maryam juga terus berdoa agar bayi yang dikandungnya tak pernah digoda oleh setan. Sehingga saat Maryam dilahirkan, setan tidak diperkenankan untuk mengganggunya. Nabi ﷺ bersabda,
Setiap anak manusia pasti diganggu setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia teriak menangis, karena disentuh setan. Kecuali Maryam dan putranya. (HR. Bukhari 4548 dan Muslim 2366).
Dari sinilah kita belajar bahwasanya proses mengasuh anak itu tidak dimulai sejak anak lahir, namun sudah dimulai sejak si anak masih di dalam kandungan. Ketika sejak di dalam kandungan, kedua orangtuanya sudah senantiasa mendoakan yang baik-baik, mentilawahkan Al Quran, maka insya Allah kelak si anak akan tumbuh penuh kesalehan dan senantiasa dilingkupi kebaikan-kebaikan.
Keluarga Pilihan Allah
Ustazah Udi menambahkan bahwa banyak orang yang salah kaprah tentang Ali Imran. Dikiranya Ali Imran adalah nama seorang lelaki. Padahal Ali bermakna keluarga. Ali Imran itu artinya keluarga Imran. Keluarga Imran adalah salah satu referensi parenting terbaik yang bisa kita gali lewat Al Quran, sebagaimana termaktub dalam Surat Ali Imran: 33;
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (Qs. Ali Imron: 33)
Dalam surat tersebut kita bisa melihat Adam dan Nuh ditulis tanpa keluarga, sedangkan Ibrahim dan Imran disebut dengan keluarga Ibrahim dan keluarga Imran. Dari sinilah kita belajar bahwasanya Adam dan Nuh adalah contoh sosok-sosok yang hebat. Adam dan istrinya adalah pasangan suami istri pertama yang membesarkan generasi manusia pertama, ujian besar datang ketika anak-anaknya saling bertikai. Begitupula nabi Nuh, sosok yang sedemikian hebat dan sabar dalam berdakwah, termasuk dalam mendakwahi keluarganya. Meski pada akhirnya istri dan salah satu anaknya lebih memilih berkhianat. Sedangkan keluarga Ibrahim dan keluarga Imran adalah contoh a home team, di mana seluruh anggota keluarganya kompak dalam beribadah dan ketaqwaan.
Dari Keluarga Ibrahim, kita belajar betapa jarak tidak akan merusak bonding antara orangtua dan anak ketika selalu menghadirkan Allah dalam ruang-ruang pengasuhan. Ibrahim dan Ismail terbentang jarak ribuan kilo, namun Ismail berhasil menumbuhkan karakter-karakter didikan ayahnya lewat tangan sang Ibu, Hajar. Ketika kita disodori kisah keluarga Ibrahim, seringnya kita akan menjawab, “Ya iyalah wong keluarga Nabi.”
Itulah kenapa ada Keluarga Imran yang bisa kita jadikan rujukan. Keluarga Imran bukanlah keluarga nabi, namun keluarga Imran adalah contoh sebuah keluarga yang bapak, anak dan cucunya merupakan orang-orang pilihan. Generasi yang setiap levelnya semakin baik. Keluarga Imran juga merupakan keluarga orang biasa, bukan nabi yang menjadi pilihan Allah. Maksud yang dikandung dari hal ini adalah jika Imran bisa, kita pun bisa mendidik anak-anak sebagai hamba pilihan Allah.
Qowammah adalah Kunci Keberhasilan Pengasuhan
Istri Imran menurut kisah israiliyah bernama Ibu Hana atau Hannah. Di dalam Al Quran nama Imran disebut 4 kali, sedangkan nama Maryam disebut 34 kali. Lantas kenapa ibu Hana/ istri Imran tidak disebut namanya di dalam Al Quran? Ternyata ada hikmah tersendiri. Bu Imran tidak disebut dengan namanya sendiri atau hanya disebutkan dengan istri Imran, agar kita tahu bahwa Bu Imran merupakan hasil didikan dari Pak Imran. Itulah kenapa hanya nama Pak Imran yang disebut, meski Maryam terlahir sebagai yatim.
Dari sini kita bisa mengambil hikmah bahwasanya suami adalah pendidik istrinya/ qowwamah. Hasil qowwamah yang bagus akan menghasilkan kualitas istri yang bagus, dan nantinya akan berpengaruh pada kualitas anak yang juga bagus.
Jagalah Allah, Maka Allah akan Menjagamu
Selain belajar dari keluarga Imran, kisah Maryam juga menunjukkan hikmah lainnya. Bahwa Allah memberi rezeki kita tanpa perhitungan apapun. Betapa matematika Allah itu berbeda dengan matematikanya makhluk. Maryam yang menghabiskan hari-harinya untuk berkhidmat dan beribadah di dalam Baitul Maqdis selalu dicukupkan oleh Allah, tak pernah kurang suatu apapun. Bahkan Nabi Zakaria sering dibuat kaget karena di kamar Maryam selalu tersedia buah-buahan yang belum waktunya tumbuh di musim tersebut. Karena ketaatan Maryam, Allah selalu menjaga perempuan salehah ini sebaik-baiknya.
“Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS: Ali Imran, ayat 37)
Mempelajari kisah Maryam tidak akan pernah habis sekali duduk. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari salah satu perempuan terbaik di dunia ini. Dan semoga kita bisa meneladani kebaikan-kebaikannya. Aamiin.
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Referensi:
- Halaqoh Bunda Wali Santri Kuttab Al Fatih Semarang, 8 Desember 2018
- https://brainly.co.id/tugas/5903993#readmore
- https://kisahmuslim.com/4995-maryam-teladan-bagi-muslimah.html
😉👍👍
ReplyDeleteMakin suka sama tulisannya Mbak. Terima kasih.
ReplyDeleteMasih sulit buat nerapin itu sehari hari
ReplyDeleteSemoga bisa orang tua sholeh, mendidik anak di jalan Allah agar menjadi penyelamaat kita di akhirat kelak. Aamiiin ....
ReplyDeleteGendhukku, ayo kita terapin
ReplyDeleteHaiii, Kakak Marita 🙏🥰🥰🥰
ReplyDelete