Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Masih lari kencang menembus batas biar segera lunas membayar keterlambatan setor tantangan #WanitadanPena, finally masuk juga ke tema 9. Alhamdulillah. Membicarakan tentang motivasi yang berkaitan dengan wanita dan pena, maka nggak bakal jauh-jauh dari mengapa aku masih semangat menulis di sela-sela keriwehanku sebagai seorang ibu dari satu balita super aktif dan kakaknya yang juga nggak kalah caper.
It is called as passion! Mau riwehnya kaya apa, tapi akan selalu ada tempat dan waktu untuk mengerjakannya. Bahkan kalau sehari saja bolong menulis, badan, otak dan hati rasanya nggak karuan. Lah kok tantangan ini bisa rapelan kalau memang setiap hari pasti menulis? Karena yang ditulis nggak cuma tantangan ini aja, dan ternyata aku masih belum juga lihai membagi waktu antara blogging dan content writing, wkwk.
Oke deh, sekarang aku mau bikin sebuah daftar motivasi kenapa aku akan terus berupaya menggenggam pena, hingga nanti tangan tak lagi mampu menggenggam. Btw, ini hiperbola yaaa.. soale sekarang merangkai katanya nggak lagi pakai pena, tapi nutul tuts keyboard, hehe.
So, this is it…
1. Menggapai ridho Illahi. Apapun hal yang kita lakukan, maka sebaiknya niatkanlah untuk mengharap ridho-Nya. Dulu mah nulis seringnya nggak mikir, apakah nanti tulisanku akan membawa efek negatif atau positif. Tapi setelah tahu bahwa setiap hal yang kita lakukan akan dihisab, mulai deh mikir ratusan kali untuk nulis sesuatu yang bisa membawa efek nggak baik, baik untukku ataupun pembaca.
2. Karena dengan menulis, aku ada. Aku merasa menemukan siapa diriku dan mengapa Allah mengirimkan aku ke dunia ini. Ya, aku merasa bahwa melalui tulisan, aku merasakan kehadiran dan kemanfaatanku di muka bumi. Meski mungkin hanya sekuil kuku hitam, namun senang rasanya bisa membagikan sesuatu yang bisa menambah informasi pada orang lain.
3. Untuk mengeluarkan 30ribu kata tiap hari. Daripada ngomel ma anak dan suami, mending dituntaskan dalam bentuk tulisan kan? Lebih ciamik, nggak bikin panas kuping, wkwk.
4. Sebagai pengingat diri. Seringnya aku nulis sesuatu untuk mengingatkan diri sendiri. Misal habis datang ke kajian apa, ke seminar mana, kalau nggak ditulis aku bakal cepat lupa. Nah dengan menuliskannya, aku nggak cuma berbagi informasi, tapi juga mengabadikan pengingat diri. So, one day ketika semangatku lagi turun, aku baca lagi tulisan-tulisan lamaku, kadang suka nggak percaya kok aku bisa ada dalam kondisi sebaik itu, hahaha. Emak-emak labil nih :D .
5. Mencatat kenangan. Ingatan kita itu terbatas, aku aja merasa sekarang jadi cepat lupa. Nah dengan menuliskan kenangan, yang tadinya terlupakan jadi lebih abadi.
6. Curcolan berfaedah. Nggak bisa dipungkiri, rata-rata postingan blog eike mah remahan curahan hati. Cuma ya dikemas dengan lebih elegan lah ya biar enak dibaca, dan ada manfaat yang bisa diambil oleh pembacanya, wkwk.
7. Kalau nggak nulis, mau ngapain lagi agar bisa tetap berkarya dan berdaya? Itu yang terus terdengar dari sisi hati. Masak bisa tapi nggak minat, dandan apalagi, ngrajut? Angkat tangan… Ngelesi bahasa Inggris, udah banyak yang lupa karena lama nggak dipakai, wkwk. Ya sudahlah bisanya nulis.. jadi mari fokus pada kemampuan dan kelebihan.
8. Sarana belajar dan meningkatkan jam terbang. Menulis itu skill, nggak melulu soal bakat. Jadi kalau nggak diasah ya lama-lama karatan. Biar nggak karatan, biar otak nggak tumpul kudu rajin dilakukan. Semakin sering dilakukan, lama-lama nulis udah kaya muntah aja, sooor gitu. Tentu saja setelah selesai nulis, wajib self editing ya, dibersihin lah ‘muntahan’nya biar nggak bleber sampai ke mana-mana. Dari menulis juga aku kemudian bisa belajar hal-hal baru, dari bikin infografis, soal SEO, html, dan masih banyak lagi.
9. Menjadi warisan untuk anak-anak kelak. Secara eike bukan emak berharta tujuh turunan yaaa.. jadi ya cukup tulisan-tulisan ini lah yang nantinya kuwariskan kepada mereka. Ya Allah kasihan banget ya anak-anakku, kenyang huruf ntar mereka hahahaha.
10. Karena duit. Oke, nggak munafik, salah satu motivasiku untuk menulis adalah mencari uang, khususnya dari pekerjaan sebagai content writer. Kalau dari blogging, bisa dapat penghasilan masih kuanggap sebagai bonus, bukan keharusan. Meski suami bisa mencukupi kebutuhan, bukan berarti emak nggak pengen sesuatu kan? Apalagi aku termasuk tipe yang rada jual mahal untuk minta-minta. Kebiasaan sejak SMP kalau mo beli sesuatu ya harus berusaha, makanya sampai sekarang pun untuk sesuatu di luar kebutuhan rumah tangga, aku enggan nyadong suami. Misal pengen beli gamis idaman, kerudung or lipen, ya lebih puas merogoh kocek sendiri. Or kalau lagi jalan ke mana sama anak, lebih seneng aja kalau bisa jajanin pakai duit sendiri. Si anak juga seringkali jadi bangga karena merasa meski ibunya di rumah, tapi bisa beli-beliin doi sesuatu. Receh banget yaks?
Kira-kira itulah 10 motivasi yang menggedor-gedor jiwaku agar tetap semangat menggenggam pena. Kalau kalian apa, pals?
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com