Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Biar nggak terlewat deadline lagi, sekalian deh posting buat tema kedua dari “10 Days Challenge Wanita dan Pena.” Tantangan dari Rumbel Literasi Media Ibu Profesional Semarang ini diadakan selain agar teman-teman yang sedang belajar blogging semakin lancar dan bersahabat dengan blog beserta pritilannya, semakin semagnat menulis dan dalam rangka Road to Wanita dan Pena’s publishing.
Yup, Wanita dan Pena sendiri adalah proyek antologi pertama dari Rumbel Literasi Media IP Semarang. Insya Allah akan ada 20 kisah inspiratif yang ditulis oleh member dari Rumbel Literasi Media tentang jatuh bangun mereka berteman dengan pena. Seperti apa kisah-kisahnya? Doakan ya semoga lahiran antologi ini berjalan dengan lancar dan selamat. Jangan lupa kalau sudah terbit, diborong ya, hehe.
Day 2: Curahan Hati
Perempuan membutuhkan space untuk bisa mengeluarkan 20.000 kata setiap harinya. Maka wajar kalau perempuan dibilang lebih cerewet dibandingkan kaum Adam. Cerewetnya perempuan ini bisa bermacam-macam, bisa dikeluarkan lewat nasihat panjang bak gerbong kereta api kepada anak-anaknya atau omelan ke suaminya, hihi. Tak jarang juga 20.000 katanya terluapkan lewat catatan-catatan di buku harian.
Nah, kalau sekarang sih buku hariannya kece ya, bukan lagi berupa buku tulis tapi bisa berupa blog. Curcol panjang yang dulunya hanya tersimpan rapi dalam buku harian, sekarang bisa jadi satu postingan di blog, bahkan nggak jarang postingan yang berupa curcol malah banyak yang baca dibandingkan postingan-postingan berupa tips dan review produk, hihi.
Ngobrolin tentang buku harian alias diary, aku pernah dihadiahi salah seorang sahabatku sebuah buku diary berwarna biru. Sahabatku sepertinya tahu hobiku menulis sangat mendarah daging, maka dipilihlah diary sebagai hadiah ulang tahunku yang aku lupa ke berapa. Ke sepuluh kalau nggak salah ingat. Dia orang pertama yang bilang kepadaku, “kamu jadi penulis aja…” Tentunya saat itu aku hanya manggut-manggut karena belum terbayang juga bagaimana caranya menjadi penulis. Saat itu aku cuma tahu bahwa mengarang, membuat cerita dan menulis puisi itu mengasyikkan.
Aku masih ingat perasaan gembira yang membuncah di hatiku ketika membuka kado dari sahabatku saat itu. Apalagi ketika tahu ternyata isinya sebuah diary, feel so special. Yang terbersit saat itu, “aaah teman terbaeeeeek inih, elo tau yang gue mau…” Saking spesialnya buku diary itu, selain karena hadiah dari sahabat paling spesial, ketika lembar demi lembar telah habis terisi, aku tetap menyimpannya. Sayangnya sekarang aku lupa meletakkanya di mana setelah proses pindahan ke rumah yang sekarang.
Diary berwarna biru itu dilengkapi dengan gembok dan kunci. Aku biasanya menyimpan kuncinya di dalam dompet, biar adik atau ibuku tidak ada yang bisa mengintip isi diary itu. Karena di situlah aku menyimpan semua cerita dan rasa yang ada. Dari naksir siapa sampai catatan ketika menanti kelahiran adik semua ada di situ. Tidak lupa pula catatan ketika aku bertanya-tanya kenapa orangtuaku senang sekali bertengkar setiap hari pun terekam dengan baik di diary tersebut.
Beberapa tahun lalu aku sempat membuka-buka kembali diary itu, aku tersenyum kecil lalu terbahak membaca catatan-catatan yang ada di dalamnya. Tulisan khas anak-anak yang begitu polos dan jujur itu membuat ingatanku melayang pada apa-apa yang kualami di masa kecil hingga remaja. Dari buku harian itu pula kemudian aku berhasil menuliskan beberapa kisah inspirasi yang akhirnya tertuang di blog ini ataupun di beberapa proyek antologi yang aku ikuti.
Aku tak menyangka kalau hobiku menulis diary ternyata bisa berbuah sangat manis. Ya, meski baru jadi blogger cupu dan baru berani menulis keroyokan, buatku ini sebuah perjalanan yang sangat istimewa. Benar adanya bahwa apa yang kita alami di masa kecil akan berjejak hingga dewasa. Dan benar adanya bahwa misi hidup yang Allah titipkan kepada kita akan terus memanggil-manggil untuk kembali, meski seberapa jauh kita telah berusaha meninggalkannya.
Btw, teman-teman blogger waktu kecil dulu apa juga punya hobi nulis diary sama sepertiku? Kalau iya, apa yang dirasakan teman-teman ketika sekarang membaca ulang buku diary di masa kecil? Seru-seru geli kah?
Saat mulai kehilangan ide untuk buat postingan di blog, selain jalan-jalan, ikut seminar, baca buku or blogwalking, membaca ulang buku harian di masa kecil dan remaja bisa jadi salah satu cara untuk menemukan ide tulisan lo. Curcol kita di zaman old bisa jadi menghasilkan ide tulisan yang sangat menarik. Seperti tulisan-tulisanku tentang ibu di diary-ku ternyata menghantarkanku banyak ide tentang sosok beliau. Salah satunya tertuang di blog ini dan tercetak sebagai sebuah kisah inspiratif di salah satu buku antologiku yang berjudul Storycake for Your Life: Berpikir Positif. Coba aja deh kalau nggak percaya. Selamat menggali ide dari buku diary lamanya ya, pals!
Kenapa saya selalu terdistrek dg indografis yg mbak Ririt gunakan? Hihi...
ReplyDelete