Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Ketika dua tangan diamanahi beragam aktivitas, terkadang begitu mudah aku mengeluh akan sempitnya waktu, atau berandai-andai jikalau bisa mengkloning diri. Padahal daripada menghabiskan waktu dalam keluhan tanpa dasar dan manfaat seperti itu, bukankah lebih baik aku banyak bersyukur bahwasanya aku dipercaya dengan banyak amanah. Jikalau banyak yang terbengkalai, bukan salah amanah yang diberikan, bukan pula salah waktu yang terasa berlari begitu cepat, namun salahku yang masih saja terlena dan sering menunda-nunda.
Hadir pada acara Tabligh Akbar dan Dzikir Bersama pada hari Minggu, 4 Maret 2018 yang lalu mengingatkanku akan betapa banyak kesempatan Allah yang aku sia-siakan. Saat itu bertubi-tubi aku mengucap syukur, betapa Allah sangat luar biasa menggerakkan hati dan kakiku untuk melangkah ke Masjid Jami’ Al Fatah Klipang, berkumpul bersama saudara-saudara sholihah dari Majelis Dzikir Ash Sholihah. Sungguh untuk memantapkan kaki hingga hadir ke lokasi acara butuh perjuangan berat.
Awalnya aku enggan hadir. Lintasan demi lintasan pikiran melayang, “aih tanggal muda enaknya jalan-jalan sama keluarga, acara dzikir paling juga begitu,” dan masih banyak pikiran buruk lainnya yang menggedor batas nuraniku agar tidak perlu datang ke acara tersebut. Namun di sisi lain, izin dari suami keluar dengan mudahnya. Suami siap baby sitting for the day, Ifa pun bersemangat ‘main’ ke masjid yang interiornya menawan hati itu.
i love the interior of the mosque |
Dan kabar baiknya, actually we didn’t have any plans for the day, so I didn’t have any reasons to say no. Bismillahirrohmanirrohim, mantap lah kaki melangkah pagi itu.
Ketika kuda besiku masuk ke parkiran masjid, aku melihat teman-teman dari Ash Sholihah sudah mulai menata tikar dan mempersiapkan buku tamu. Setelah menyapa saudari-saudari yang semoga insya Allah menjadi teman sesurga kelak, aku mulai mengambil beberapa gambar untuk melengkapi amanah yang diberikan kepadaku. Sejujurnya saat itu mataku mulai meredup. Sebagai nocturnal mom yang lebih sering terjaga di malam hari, sebuah tantangan besar bisa terjaga dalam sebuah aktivitas di pagi hari. Namun melihat semangat rekan-rekan, mata yang tadi meredup pun mulai menyala dengan awas.
Alhamdulillah, satu per satu peserta pun datang. Ada yang datang sendirian, namun tak sedikit juga yang datang dalam satu rombongan besar. Hatiku berdesir, malu aku pada mereka. Aku yang rumahnya begitu dekat dengan lokasi acara begitu angot-angotan hadir, sedang mereka yang rumahnya cukup jauh dengan lokasi acara begitu semangat untuk bertholabul ilmi. Ada yang bonceng-boncengan, ada yang naik ojek online, ada pula yang rame-rame nyarter angkot. Masya Allah.
panitia acara dari Majelis Dzikir Ash Sholihah sedang bersiap |
Karena Malaikat pun Ikut Hadir…
Pernah nggak sih teman-teman merasa hidup terkungkung dalam sebuah rutinitas yang tiada habisnya? Merasa kurang piknik dan ingin menghambur ke sebuah ruang bernama ketenangan? Namun entah kenapa seringnya kita justru lari ke tempat hiburan, mall atau ngumpul dengan teman untuk sekedar ngobrol tanpa manfaat di saat ingin mencari ketenangan. Sedang Rasulullah pernah bersabda;
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699)
Jadi kenapa masih saja kebingungan mencari di mana ketenangan berada, jika ketenangan itu sudah pasti akan ditemukan di majelis-majelis ilmu. Diambil dari web Rumaysho, setidaknya ada empat keutamaan yang insya Allah akan kita dapatkan ketika kita menghadiri majelis ilmu;
Pertama, meraih ketenangan.
Disebutkan oleh Al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata, “Ada seseorang yang sedang membaca (surat Al-Kahfi). Di sisinya terdapat seekor kuda yang diikat di rumah. Lantas kuda tersebut lari. Pria tersebut lantas keluar dan melihat-lihat ternyata ia tidak melihat apa pun. Kuda tadi ternyata memang pergi lari. Ketika datang pagi hari, peristiwa tadi diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda, “Ketenangan itu datang karena Al-Qur’an.” (HR. Bukhari, no. 4839 dan Muslim, no. 795)
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Itulah yang menunjukkan keutamaan membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an itulah sebab turunnya rahmat dan hadirnya malaikat. Hadits itu juga mengandung pelajaran tentang keutamaan mendengar Al-Qur’an.” (Syarh Shahih Muslim, 6: 74)
Kedua, mendapat rahmat Allah.
Dalam Al-Qur’an juga disebutkan, “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)
Dalam hadits Salman, ada yang berdzikir pada Allah, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat ketika itu, beliau pun bersabda, “Apa yang kalian ucapkan? Sungguh aku melihat rahmat turun di tengah-tengah kalian. Aku sangat suka sekali bergabung dalam majelis semacam itu.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 1: 122. Al-Hakim menshahihkannya dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi).
Ketiga, malaikat akan mengelilingi majelis ilmu.
Tanda bahwasanya malaikat ridha dan suka pada orang-orang yang berada dalam majelis ilmu.
“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha pada penuntut ilmu.” (HR. Abu Daud, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223; At-Tirmidzi, no. 2682. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Sedangkan Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini). Maksudnya, para malaikat benar-benar menghormati para penuntut ilmu. Atau maksudnya pula malaikat turun dan ikut dalam majelis ilmu. (Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 493)
Keempat, akan disebut oleh Allah di sisi makhluk-makhluk mulia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku pada-Ku. Aku bersamanya kala ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, maka aku akan menyebut-nyebutnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu.” (HR. Muslim, no. 2675)
Dengan empat keutamaan tersebut pastinya kita akan selalu merindu untuk bisa menghadiri majelis-majelis ilmu ya. Dan semoga kita selalu bisa menjadi bagian dari para perindu majelis-majelis ilmu. Aamiin.
tasmi' dari mbak Wiwit membuka Tabligh Akbar |
Kembali ke catatan Minggu pagiku, hati yang awalnya keras dan enggan hadir perlahan mencair. Apalagi ketika acara demi acara berjalan. Yang tertinggal hanya nyesss di hati. Diawali dengan tasmi’ yang begitu indah oleh mbak Wiwit. Surat Al Baqarah begitu syahdu dibawakan. Hatiku tergelitik, kapan bisa mengaji seindah itu?
Setelah tasmi’ yang syahdu usai, sambutan demi sambutan digaungkan. Sambutan pertama dari ibu Indah mewakili Ibu Mia Inayati, Ketua Majelis Dzikir Ash Sholihah yang tidak bisa menghadiri acara karena ada kepentingan keluarga. Ibu Indah dengan gaya khasnya mampu menaikkan semangat para ibu yang mulai memenuhi masjid. Lalu dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan takmir Masjid Al Fatah, bapak Sholahudin.
sambutan dari ibu Indah mewakili ketua Majelis Dzikir Ash Sholihah |
Sambutan dari perwakilan takmir Masjid Al Fatah |
Dua acara yang paling ditunggu dalam Tabligh Akbar dan Dzikir Bersama pagi itu tentu saja tausiyah dari ustazah Dyah Rahmawati dan dzikir yang dipimpin oleh Ustaz Usep Badruzzaman. Alhamdulillah setelah satu sholawat dari grup rebana selesai dilantunkan, Ustazah Dyah telah hadir di tengah-tengah kami dan siap menyirami hati dengan tausiyahnya yang selalu adem sekaligus penuh motivasi.
Jangan Pernah Sia-siakan Kesempatan!
Allah selalu punya hikmah di balik qodar-Nya. Begitu juga pasti ada maksud Allah untuk melangkahkan kakiku ke majelis di pagi itu. Aku yang akhir-akhir ini seringkali keteteran mengelola waktu, Allah gerakkan hatiku untuk menghadiri taklim tersebut untuk mendengar sentilan demi sentilan yang disampaikan oleh ustazah Dyah Rahmawati.
Ustazah Dyah Rahmawati yang selalu bersahaja dengan gamis hitam dan kerudung putihnya |
peserta Tabligh Akbar khusyuk mendengarkan tausiyah dari ustazah Dyah Rahmawati |
“Kesempatan” adalah tema yang diambil ustazah Dyah Rahmawati pada acara Tabligh Akbar pagi itu. Sebuah kata sederhana, namun seringkali kita lupa maknanya tidak sesederhana mengucapkannya. Mungkin beberapa dari kita sering tanpa sadar mengucapkan “Aah, lewat deh kesempatannya,” kesempatan dari sesama manusia bisa saja sering kita lewatkan atau kita sepelekan. Namun semoga kesempatan yang diberikan Allah mampu kita gunakan sebaik-baiknya.
Setidaknya ada tiga ‘pintu kesempatan’ yang Allah selalu berikan untuk hamba-hambaNya;
Pertama, pintu taubat. Pintu ini adalah pintu yang tak pernah ditutup. Dan cara paling mudah untuk bertaubat adalah dengan memperbanyak istighfar. Sebuah kata sederhana yang insya Allah memiliki banyak manfaat.
Selain sebagai pertolongan Allah yang instan, istighfar juga mampu mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan, melapangkan setiap kesempitan dan memberikan rizki yang tak diduga. Sudah berapa kali beristighfar hari ini, pals?
Kedua, pintu langit yang dibuka tiap Senin dan Kamis. Selain pintu taubat yang senantiasa terbuka, ada lagi sebuah pintu yang selalu dibuka oleh Allah tiap hari Senin dan Kamis. Pada dua hari itu Allah akan mengabulkan setiap do’a dan mengampuni dosa-dosa, kecuali mereka yang sedang berselisih.
Jadi, yang saat ini sedang berselisih dengan kerabat, teman, tetangga, atau malah suaminya, hayuk lah segera berdamai. Biar saat pintu langit dibuka di hari Senin dan Kamis, kita termasuk yang doanya dikabulkan dan dosanya diampuni oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ditambahkan oleh ustazah Dyah Rahmawati bahwasanya sebaiknya kita menghindari perselisihan. Orang yang mudah marah dan berselisih, urusannya akan menjadi susah, rezeki semakin jauh dan tidak berkah. Tidak ada sedikit pun manfaat dari berselisih, jadi peace yooo!
Ketiga, pintu langit yang selalu dibuka selama bulan Sya’ban. Di bulan Syaban amal-amal perbuatan kita diangkat, maka jangan sia-siakan waktu di bulan ini. Btw, kurang berapa hari lagi hayo syaban akan tiba? Semoga saat bulan itu tiba, kita bisa senantiasa perbanyak amal-amal baik ya. Jangan lupa sebentar lagi Rajab, salah satu bulan haram pun semakin dekat lo. Bulan di mana amal baik akan dilipatgandakan, begitu juga jika kita melakukan amal keburukan, ayo banyak-banyak nabung kebaikan yaaa… get ready for ramadhan!
Setelah menyentil betapa seringnya lalai akan kesempatan yang diberikan oleh Allah, ustazah Dyah Rahmawati juga melengkapi tausiyah pada pagi itu dengan tips agar kita selalu bisa meningkatkan nilai-nilai kebaikan.
Pertama, dengan meningkatkan ketaatan. Ta’at kepada siapa? Tentu saja yang paling utama ta’at kepada Allah, dan ta’at kepada Rasulullah. Selanjutnya, jika kita seorang anak maka sudah sepantasnya untuk ta’at kepada orangtua. Dan jika kita seorang istri, maka wajib ta’at kepada suami.
Ta’at dalam menjalankan aturan Allah itu bukan sekedar karena mau melaksanakan aturan itu, ataupun karena suka dengan aturan itu, bahkan bukan juga karena kita bisa mengerjakannya. Ta’at itu berarti kita mampu meyakini bahwa aturan itu dibuat untuk kebaikan kita, maka mau tidak mau, suka tidak suka, bisa atau tidak, kita akan berupaya melakukannya.
Untuk soal ketaatan ini, sudah sepatutnya kita belajar dari keluarga Nabi Ibrahim. Bagaimana Nabi Ibrahim menanti keturunan hingga usianya ke-90 tahun. Ketika akhirnya dianugerahi Ismail, Allah memerintahkan beliau untuk membawa Siti Hajar dan Ismail ke tengah padang pasir. Siti Hajar tidak berkeluh kesah, beliau ikhlas karena tahu itu perintah Allah, “pergilah, Allah akan menjagaku.”
La kita sekarang, dikasih uang belanja sama suami kurang dikit aja ngamuk yak… gimana ditinggal di padang pasir tanpa sangu yang memadai kaya Siti Hajar? #selfplak. Ingat lo ya buat para istri, terutama yang bikin postingan ini, suami menjadi penyebab masuk surganya seorang istri, maka hayuk perbaiki sikap kita yang mungkin masih kurang pantas kepada suami. Begitu juga yang statusnya masih sebagai anak dari orangtuanya, hayuk berhenti menyakiti hati orangtua kita. Karena ridho Allah bergantung pada mereka lo.
Hidup memang penuh ujian, namun sesungguhnya di balik setiap ujian kehidupan ada tujuan yang tersimpan; memperbagus ta’at. Maka standar kelulusan dari setiap ujian kehidupan adalah ketika kita mampu meningkatkan keta’atan kepada Allah. Semoga kita termasuk orang-orang yang lulus ujian ya, pals.
Cara kedua untuk meningkatkan kebaikan yaitu dengan keyakinan dan sikap taqwa. Dengan terus memupuk ketaqwaan, Allah akan memudahkan kita menuju jalan yang lurus. Sikap taqwa pula yang akan terus memacu kita untuk bisa memberikan kontribusi pada kehidupan.
Dengan berakhirnya tips untuk meningkatkan nilai kebaikan dari ustazah Dyah Rahmawati, berakhir pula tausiyah pada pagi itu. Beliau pun langsung izin untuk bertolak ke acara lainnya. Alhamdulillah meski singkat, namun ilmunya sungguh padat dan membuatku semakin bersyukur karena pada akhirnya memutuskan hadir ke acara tersebut.
Doorprize yang Lebih Utama
panitia berbagi doorprize |
Sesaat setelah pembagian doorprize sesi pertama berakhir, suasana pun berubah menjadi syahdu. Ustaz Usep Badruzzaman mulai memimpin dzikir. Ini kali kedua aku ikut majelis dzikir bersama beliau. Bagi yang senang menonton acara dzikir di TV bersama Ustaz Arifin Ilham, mungkin bisa membayangkan bagaimana syahdu dan harunya berada di tengah-tengah sebuah majelis dzikir. Menyimak di TV saja bisa sedemikian harunya, apalagi ketika benar-benar hadir di sebuah majelis dzikir…. Tak bisa digambarkan dengan kata-kata.
ustaz Usep Badruzzaman memimpin dzikir bersama |
Sebelum memandu majelis dzikir, ustaz Usep mengawalinya dengan sebuah pengingat yang indah;
Bahwasanya jangan sedih jika terlilit masalah, terlilit hutang, merasa hidup penuh kesempitan, karena kita akan dibantu oleh Allah asalkan Allah mencintai kita. Bagaimana agar Allah mencintai kita?
Ya, siapa yang bertaubat pada Allah, maka Allah cintai.
Ustaz Usep Badruzzaman juga kembali mengingatkan bahwa semua yang hadir pada acara hari itu telah ditakdirkan, Allah telah menggerakkan hati dan kaki hingga tiba di lokasi. Maka sudah sepantasnya kita gunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya untuk meminta ampunan pada Allah dan bermunajat yang panjang kepadaNya.
Menjelang siang, isak tangis dari peserta Tabligh Akbar dan Dzikir Bersama saling bersautan. Semoga isak tangis itu tak berhenti saat itu. Semoga pertaubatan pada hari itu terus konsisten dilakukan setiap harinya, khususnya aku yang seringkali lalai. Semoga pula segala doa dari semua yang hadir dan munajat panjang pada hari itu dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Meski awalnya hadir karena sebuah keterpaksaan, aku pulang dengan rasa syukur yang berlimpah karena bisa berada di tengah-tengah para saudari shalihah. Semoga kelak kami bisa dikumpulkan bersama di jannah-Nya. Aamiin.
Yang ingin melihat cuplikan acara Tabligh Akbar dan Dzikir Bersama tersebut, boleh lo tengok ke mari;
Oya, buat yang ingin merasakan indahnya majelis ilmu dan dzikir sebagaimana yang aku rasakan, insya Allah pada hari Minggu, 8 April 2018, Salimah Kota Semarang akan menggelar Tabligh Akbar di Balaikota Semarang. Semoga Allah mudahkah langkah-langkah kaki kita untuk bisa menghadiri acara tersebut ya. Sampai bertemu kembali di lain kesempatan dan catatan-catatan berikutnya, pals.
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Datang ke majelis ilmu gak bakalan rugi malah tambah berkah, kalau aku ama suamiku pas di semarang sering ijutan pengajian minggu pagi di mesjdi agung jateng, kalau di jakarta InsyaAllah ikutan adzikra ustad arifin ilham dll.
ReplyDelete