Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Beberapa
agenda padat merayap sejak hari Sabtu, disusul merapikan rumah karena
ahamdulillah etalase dan sofa di rumah sudah memiliki tuan yang baru. Ya, aku
memang ingin punya rumah lapang dan lesehan ala Japanese style, tapi rumah
peninggalan ibu ini buanyak banget barang dan nggak sesuai dengan ukuran
rumahnya yang mungil. Akhirnya setelah proses diskusi yang panjang, suami
setuju untuk mencarikan tuan baru untuk barang-barang yang tak lagi kami
gunakan.
Saking
sibuknya di dunia nyata, aku sampai melewatkan deadline pengiriman NHW #11.
Duh. Padahal semua file yang disiapkan untuk presentasi NHW #11 secara grup
sudah jadi, tinggal eksekusi menulis NHW #11
versi individu. Eh, la kok tiap malam selalu gagal bangun untuk nulis.
Ya sudah deh, mau diterima atau tidak, yang penting kirim dulu tugasnya.
Tugas kali
ini cukup bikin senyum-senyum sekaligus menyentil apakah aku sudah cukup
berperan dalam komunitas yang aku ikuti, khususnya di sini tentu saja Komunitas
Ibu Profesional Semarang. Hmm…
Sebenarnya di
PR sih disuruh berandai-andai. Dengan kemampuan diri dan kapasitas yang
dimiliki, kami diminta mengandaikan posisi yang pantas kami emban di komunitas
Ibu Profesional itu apa dan kalau ada di posisi itu apa yang akan kami lakukan.
Berhubung
menurutku amanah yang diberikan oleh koordinator kota kepadaku sudah cukup cocok
dengan passion dan kapasitas diri, maka aku nggak akan berandai-andai deh. Aku akan
menulis sesuai dengan amanah yang aku pegang saat ini.
Peranku
sebagai Ketua Rumbel Literasi Media
Diberikan
amanah sebagai ketua rumah belajar Literasi Media itu awalnya sedap-sedap perih.
Well, aku memang suka menulis, tapi rasa-rasanya masih kurang pantas lah
menjadi ketua rumah belajar, wong ilmunya masih cethek bangeeeeet. Di Ibu
Profesional Semarang sendiri menurutku ada yang lebih pantas. Namun karena bu
koordinator kota yang mengamanahi langsung, segan juga menolaknya.
Namun
ternyata justru dari titik inilah aku banyak belajar. Yang awalnya buku panduan
menulis dibaca lalu dilupakan, kini mau nggak mau dibaca ulang biar bisa
berbagi cerita dengan teman-teman di rumbel Literasi Media.
Alhamdulillah,
respon teman-teman terhadap rumbel ini juga cukup bagus. Mereka yang memang
memiliki passion menulis satu per satu bermunculan. Ternyata tulisannya
bagus-bagus lo, cuma mereka kurang percaya diri untuk menunjukkan hasil karya
mereka. Ya, kaya aku beberapa tahun yang lalu, suka nulis tapi nggak pede buat
nunjukin ke orang lain. La kapan berkembangnya ya? Hingga kemudian aku ketemu
teman-teman yang bisa membuatku menemukan kepercayaan diri bahwa aku mampu.
Nah, sekarang tugasku untuk memupuk kepercayaan diri teman-teman IP Semarang.
Untuk menjaga
konsistensi menulis anggota rumbel literasi media, aku mengadakan Gebyar
Literasi Media. Semacam kegiatan one month one post dengan tema yang
ditentukan. Tulisannya boleh diposting di blog atau media sosial yang mereka
miliki. Alhamdulillah meski masih banyak yang ragu-ragu, hasil karya yang ikut
program ini cukup keren-keren lo.
Para anggota
rumbel literasi media juga rata-rata minat belajar blog. Banyak yang awalnya
sudah puyeng duluan, kirain bikin blog itu rumit. Ternyata setelah dijalani,
bikin blog mah gampang. Yang susah mah konsisten menulis, betul atau betul? Dan
memang hanya yang memiliki passion yang akan benar-benar bertahan di sini.
Untuk ke
depan, aku ingin mengundang pula narasumber tamu untuk hadir memberikan tambahan
ilmu mengenai blogging dan dunia tulis-menulis, semoga saja tamu-tamu yang
sudah ada dalam daftar incaranku bersedia semua ya. Tentu saja sebagian besar
narasumber tamuku nanti adalah teman-teman dari Blogger Gandjel Rel dan IIDN
Semarang. Nggak usah jauh-jauh lah kalau cari penulis dan blogger kece di
Semarang dan sekitarnya, ada mbak Dewi Rieka, mbak Rahmi Aziza, Mbak Uniek, Mbak
Wuri, Mbak Ika Puspita, dan masih banyak lagi. Semoga saja program-program ini
berjalan dengan lancar, doain ya pals.
Selain
mengawal teman-teman di rumbel literasi media untuk konsisten menulis. Aku juga
membantu manager online-nya Ibu Profesional Semarang, mbak Adis, untuk share
event-event Ibu Profesional di sosial media.
Yang pasti
aku jadi banyak belajar dari amanah yang diberikan padaku ini. Coba kalau aku
nggak diberi amanah ini, pasti aku masih tetap asal-asalan menulis, hehe.
Sekarang juga nulisnya masih sesuka hati sih, namun paling tidak beberapa teori
menulis jadi diingat-ingat lagi.
Hasil Diskusi bersama Mbak Adis dan Mbak Fauzia
Selain
membahas tentang peranku di dalam komunitas, PR kali ini juga kami diminta
untuk berdiskusi dengan anggota yang sekota. Alhamdulillah di kelas C
matrikulasi koordinator ini aku sekelas dengan mbak Adis dan mbak Fauzia yang sama-sama anggota Ibu Profesional Semarang.
Di tengah
persiapan event Ibu Profesional selanjutnya, kami sempatkan diri untuk flash
discussion. Alhamdulillah nggak pakai waktu lama, karena mungkin chemistry kami
juga sudah ngeklik, kami sudah mencapai sebuah kesepakatan tentang struktur
organisasi dan event yang cocok dengan SDM dan SDA yang ada di Semarang.
Dari hasil
ngobrol kami ternyata kami seiya sekata soal karakteristik sebagian besar warga
Semarang yang senang sekali bersantai di akhir pekan. Tentu saja setelah
seminggu penuh dengan pekerjaan, menepi sejenak dari rutinitas pekerjaan saat
weekend tiba adalah sebuah waktu yang dinanti-nanti. Untuk mengisi weekend ini,
biasanya orang Semarang suka wisata kuliner, pergi ke mall atau malah memancing.
Sebagian
besar warga Semarang juga agak susah diajak hadir ke acara-acara pengembangan
diri, seperti tema bisnis atau parenting, terutama jika itu berbayar. Jangankan
yang berbayar ratusan ribu, yang gratis aja kadang nggak dilirik. Dilihat dari
beberapa kali pengalamanku mengadakan acara parenting, selalu harus kerja keras
mengumpulkan peserta. Dan begitu ada yang mendaftar, yang hadir pun rata-rata
itu lagi, itu lagi.
Bahkan yang
berminat datang ke acara tersebut pun sebagian besar bertipikal sangat santai.
Sudah diberitahu batas pendaftaran misal hari Rabu tanggal Z, nanti Selasa
malam atau Rabu pagi baru mendaftar. Sering sekali kejadian seperti ini, bikin
deg-deg ser panitia acara, hehe. Dikira panitia nggak nyiapin uba rampe apa ya…
Selain tipikal
warga Semarang yang santai kaya di pantai ini, kami juga mengamati tentang
minat warga Semarang untuk mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di
Semarang. Dari hasil pengamatan kami, tempat-tempat wisata di Semarang lebih
banyak dikunjungi oleh warga di luar Semarang, khususnya wisata-wisata religi
dan sejarah. Sementara warga Semarang sendiri biasanya lebih suka ke
tempat-tempat wisata keluarga yang santai semacam water blaster, tempat makan
dan beberapa lokasi yang adem di kabupaten Semarang.
Mungkin hal
ini juga dikarenakan beberapa lokasi wisata di Semarang yang tidak begitu terawat
dengan baik, jadi membuat orang pun enggan datang ke tempat tersebut. Namun Alhamdulillah
sekarang pemerintah kota Semarang mulai menata diri. Dengan mengusung Ayo Wisata
ke Semarang, tempat-tempat di Semarang mulai dirapikan dan dipercantik.
Tujuannya selain menarik banyak warga di luar Semarang, tentu saja agar warga
Semarang betah dengan kotanya sendiri.
Nah, Ibu
Profesional sebagai bagian dari masyarakat Kota Semarang mulai berpikir keras.
Kira-kira apa yang bisa kami berikan untuk kota tercinta sebagai bagian kami
dalam proses berbagi dan melayani. Di sinilah kemudian aku, mbak Adis dan mbak
Fauzia menemukan ide-ide di bawah ini.
Struktur Organisasi yang Pas untuk Ibu Profesional Semarang
Struktur
Organisasi menurut Schermerhorn (1996) adalah sistem tugas, alur kerja,
hubungan pelaporan dan saluran komunikasi yang dikaitkan secara bersama dalam
pekerjaan individual maupun kelompok.
Sedangkan menurut
Muhammad Burhanudin, ada beberapa jenis struktur organisasi yang bisa
diterapkan, bergantung pada kondisi dan situasi organisasi tersebut.
Hasil dari
chit-chat kami mengenai struktur organisasi, Ibu Profesional Semarang lebih
cocok menggunakan Divisional Structure. Yaitu stuktur organisasi yang
dikelompokkan berdasarkan pada produk yang sama, proses yang sama, kelompok
orang yang melayani pelanggan yang sama, dan atau berlokasi di daerah yang sama
di suatu wilayah geografis. Secara umum dalam struktur organisasi seperti ini
biasanya bersifat kompleks, dan menghindari masalah yang terkait dengan
struktur fungsional.
Beberapa hal
yang membuat kami yakin bahwa struktur tersebut adalah yang terbaik untuk Ibu
Profesional Semarang, karena struktur divisi memiliki keuntungan sebagai
berikut;
- Lebih banyak fleksibilitas dalam menanggapi perubahan lingkungan
- Peningkatan koordinasi
- Poin tanggung jawabnya jelas
- Keahlian berfokus pada pelanggan tertentu, produk, dan wilayah
- Banyak kemudahan dalam restrukturisasi.
Dan struktur organisasi
yang kini sedang berjalan di Ibu Profesional Semarang memang menggunakan
struktur tersebut. Inilah alur sistem organisasi yang ada di Ibu Profesional
Semarang;
Event yang
Paling Pas Diadakan di Semarang
Dengan
mengulik latar belakang dan tipikal warga Semarang yang sudah aku ceritakan di
atas, aku, mbak Adis dan mbak Fauzia sepakat bahwa event yang paling pas
diadakan di Semarang adalah kegiatan yang tetap santai dan bisa diikuti semua anggota
keluarga, namun tetap memiliki pesan tersembunyi.
Kegiatan yang
kami maksud tersebut telah tertuang dalam sebuah event offline yang Alhamdulillah
sudah kami laksanakan dua kali ini yaitu Family Day Out. Family Day Out yang
pertama mengusung tema Liburan Seru karena memang saat itu diadakan di saat
liburan sekolah. Di acara tersebut, anak-anak diajak belajar membuat batik
jumputan atau tie dye dan bermain roket balon. Selain menyenangkan hati
anak-anak, ibu-ibunya pun difasilitasi kegiatan kece berupa berbagi resep
masakan favorit di rumahnya masing-masing. Nggak cuma berbagi resep ding,
setiap ibu membawa masakan favoritnya ke lokasi acara lalu menceritakan mengapa
masakan tersebut menjadi favorit di rumahnya. Pokoknya saat itu seru sekali dan
penuh makanan. Cocok banget buat eike yang malas masak, hehe.
Keseruan
Family Day Out pertama dilanjutkan ke Family Day Out kedua. Kali ini tema yang
diusung adalah Telusur Harta Karun. Diadakan pada bulan Januari yang lalu di
Anjungan Surakarta, Grand Maerakaca. Diikuti sekitar 50 tim yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Mereka berlomba-lomba memecahkan teka-teki yang panitia
berikan hingga harta karun yang tersembunyi pun diketemukan. Selain seru-seruan
mencari harta karun saat menunggu pengumuman pemenang, para keluarga dihibur
dengan dongeng dari kak Kempo. Yang mau tahu serunnya acara tersebut, boleh
dikulik postingan steller-ku lo;
Nah, saat ini
kami sedang mempersiapan Family Day Out yang ketiga. Untuk event ketiga ini,
kami mengangkat tema Fun Cooking with Love. Peserta hanya kami batasi sebanyak
50 tim yang terdiri dari dua orang, bisa terdiri dari ayah dan anak, ibu dan anak atau ayah
dan ibu. Nantinya peserta akan diminta mempresentasikan bekal makanan yang
dibawa dari rumah di babak penyisihan hingga didapatkan lima finalis. Kelima
finalis ini akan bertanding memasak bekal dengan bahan utama yang telah
disediakan panitia. Sementara untuk bekal tambahan, peserta boleh mengambil di
tempat yang telah disediakan. Kalau suka lihat acara Master Chef, nah semacam
itu deh nanti bentuk permainannya? Jadi tertarik ikutan nggak nih? Kalau
tertarik, segera daftar aja yuk. Mumpung acaranya akhirnya diundur lo ke hari
Minggu, 18 Februari 2018. Jangan mepet-mepet lo daftarnya, nanti menyesal
seperti event sebelumnya yang telat daftar. Jadi gagal kan seseruan barang Ibu
Profesional Semarang?
Dengan
berakhirnya sharing tentang event kece tersebut, NHW #11 ini pun aku akhiri ya.
Ada sebuah quote kece yang menguatkan aku untuk terus menunjukkan peran di
dalam komunitas yang aku ikuti. Namun sebelum aku menunjukkan peranku dalam
sebuah komunitas, tentu saja aku harus lebih dulu mampu mengatur diriku
sendiri. So, selamat menunjukkan peranmu di setiap sisi kehidupan yag kamu
miliki, pals! Salam berbagi dan
melayani!
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com