Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Sebuah pesan
kukirim lewat whatsapp ke nomor suami. “Yah, aku udah di depan. Di bubur ayam
ya.” Lama tak ada respon, sementara waktuku terbatas karena aku harus segera
bergegas ke lokasi acara Flash Blogging setidaknya jam setengah 9 pagi.
Kutengok jam di HP-ku, sudah jam delapan. Sambil menunggu respon suami, aku
memesan semangkuk bubur ayam dan segelas teh hangat.
Ketika
pesananku sudah diantar ke meja, masih belum ada respon juga dari suami.
Gemes-gemes gimana gitu. Sementara aku harus ketemu doi sebelum cuzz ke lokasi
acara karena harus mengantar kunci rumah. Berhubung hari itu acara berlangsung
hingga sore, Ifa akan ikut ayahnya kerja. Pak suami bilang daripada nungguin aku
di kantor yang bakalan banyak ‘pajak’ dari Ifa, mending mau nunggu di rumah
saja. So, setelah aku mengantarkan Ifa ke sekolah dan membawa Affan ke daycare,
aku cuzz ke kantor suami, eh tapi dikirimi pesan dan ditelpon kok nggak ngeh
juga.
Akhirnya
setelah berkali-kali aku telepon, pak suami ngeh juga kalau dapat panggilan
dari istri tersayang, wkwk. “Udah sampai bun?” Kata doi di seberang sana. “Udah
dari tadi kali, di – WA nggak dibalas-balas, ditelpon nggak diangkat-angkat
kok. Cepetan yah.” Doi pun say sorry karena nggak ngeh kalau dapat pesan di WA
dan sudah kutelpon berkali-kali. “Maaf, nggak denger bun. Oke ayah ke situ.”
Aku pun
menutup panggilan dan kembali menekuri bubur ayamku. Aku kelupaan nggak
menawari paksu apakah mau sarapan juga. Aku segera mengirim pesan di whatsapp. “Mau
dipesenin bubur ayam juga nggak?” Doi pun menjawab singkat, “oke.” Aku segera
memesankan satu mangkok bubur ayam tanpa kacang untuk paksu. Lokasi bubur ayam
yang kumaksud terletak tepat di depan RS Wongsonegoro yang merupakan kantornya mas
bojo.
Detik demi
detik kunanti, si mas bojo nggak muncul juga batang hidungnya. Masa iya sih cuma
nyebrang jalan doang sampai hampir dua puluh menit pikirku. Mulai gemes lagi nih.
Kutengok jam di HPku, beneran telat deh ke acara flash blogging. Di saat jengkelku
mulai ke ubun-ubun, sebuah panggilan masuk dari suami. “Bunda di mana? Di bubur
ayam yang biasanya to?”
Aku pun
menyahut, “iya yang biasanya. Kok lama sih?” Suami pun kembali bersuara, “la
tadi aku udah ke sana nggak lihat motor bunda. Ya udah tak ke sana lagi.” Aku
pun mulai heran, “kok bisa? Motorku di depan warung kok.” Telepon pun terputus.
Suami masih belum kelihatan juga. Aku mulai berpikir dan menganalisa kalimat
suami ‘di bubur ayam yang biasa’. Etdah, jangan-jangan suami cuzz ke lokasi
bubur ayam yang lebih dekat jaraknya ke rumah kami nih. Lah, kok bisa dia mikir
sampai ke situ. Bukannya aku janjian ketemu doi buat antar kunci, masa iya aku
ngajak janjian ke tempat yang jauh dari kantornya. Iih, ada-ada aja deh doi.
Perasaan tadi aku juga sudah kirim pesan yang menyatakan kalau aku ada di depan
kantornya, tepatnya di warung bubur ayam. Ya untungnya mood aku lagi bagus, malah jadi tertawa sendiri setelah paham ada miskomunikasi di antara kami,
wkwkwk.
Akhirnya
suami sampai juga ke warung bubur ayam yang kumaksud, tepat saat aku selesai
menghabiskan semangkuk bubur ayam. “Ayah ke bubur ayam yang sono ya?” Tanyaku
sambil ketawa. Doi pun mengangguk, “aku lupa kalau di sini ada bubur ayam. Kita
kan udah lama nggak ke sini.” Aku tambah ngakak mendengar penjelasannya, “capek
deh. La masa iya aku mau nganter kunci malah ngajak ketemuan di bubur ayam yang
di sono sih yah?” Paksu pun juga geli nampaknya, “Tadi juga sempat jengkel,
bunda nih ngantar kunci aja kok di harus di warung bubur ayam. Jauh men. Baru
ingat kalau di depan kantor ada bubur ayam juga.”
Berhubung jam
sudah berada di angka 9:25, aku segera menyerahkan kunci rumah dan meminta maaf
ke suami harus meninggalkannya tanpa menemani doi makan bubur ayam yang udah
nggak panas itu. “Aku ditinggal nih?” Katanya. “Salah sendiri lama sampainya ke
sini, wong tinggal nyebrang aja kok sampai ke sana-sana, wkwkwk.” Selorohku
sambil masih nggak bisa menahan ketawa mengingat miskomunikasi yang baru saja
terjadi.
Baca juga: Mars vs Venus
***
Pernah nggak
sih kalian mengalami hal serupa, pals?
Menemui hal-hal konyol gegara miskomunikasi dengan suami? Ceritain dong, terus
reaksi kalian bagaimana?
Miskomunikasi
dalam pernikahan adalah hal yang sangat lumrah terjadi. Namanya juga dua
kepala, dua pemikiran, pasti memiliki frame
of reference dan frame of experience
yang berbeda. Sayangnya nggak semua miskomunikasi bisa ditanggapi dengan kepala
dingin, apalagi mungkin ketika suasana hati sedang nggak bagus atau pikiran
sedang kalut, miskomunikasi bisa jadi menyulut pertikaian yang lebih besar.
credit by Dakwatuna |
Cerita di
atas setelah aku runut kejadiannya, aku bisa paham ketika suami salah menangkap
informasi yang aku sampaikan. Pertama, mengingat suami ketika aku kirimi pesan
dan aku telepon berulangkali tak segera merespon, bisa dipastikan saat itu doi
lagi khusyuk bekerja. Kedua, karena lagi khusyuk bekerja, pasti doi menangkap
informasi dariku hanya sepotong-sepotong. Pesan WA-ku tidak dibacanya dengan
teliti dan saat ditelpon karena aku nyerocos kaya kereta api, yang diingat cuma
bubur ayam doang. Ketiga, aku lupa menyadari kalau kami sudah lama sekali tidak
ke warung tersebut. Sementara suami suka lupa hal-hal detail macam begini.
Ketika aku bilang warung bubur ayam, pasti dia langsung refer ke warung yang lebih sering kami datangi akhir-akhir ini. Seharusnya
saat doi meneleponku untuk memastikan lokasi, aku menjelaskan dengan detail
bahwa warung buburnya ada di depan rumah sakit, jadi dia nggak perlu
bolak-balik mencariku di warung bubur yang lebih jauh. Namun berdasarkan
persepsiku yang simple, aku pikir doi
pasti tahu lah warung yang kumaksud.
Begitulah
sebuah miskomunikasi terjadi hingga bisa membuat kedua belah pihak gagal paham.
Kalau situasi memanas yang kemudian terjadi, biasanya bisa berujung saling menyalahkan satu sama
lain. “La kamu begini sih, tadi bilang begitu dong.” Yang satu nggak mau kalah,
“la kamu juga gitu aja nggak paham.” Dan seterusnya.
credit by Masjidku |
Apa miskomunikasi
kami selalu berakhir adem seperti cerita di atas? Nggak juga sih, ada kalanya bisa
berakhir dengan diam-diaman atau bisa jadi berakhir dengan mendaratnya sebuah
gigitan ke tubuh suami kalau aku lagi super jengkel, wkwk. Namun Alhamdulillah,
yang terakhir sudah nggak pernah dilakukan kok. Semakin bertambahnya usia,
selayaknya harus meningkat juga lah ya kedewasaannya. Malu dong sama kucing
kalau masih panasan melulu, hehe.
Salah satu yang
bikin aku nggak lagi ambil pusing masalah miskomunikasi, apalagi yang berujung
konyol, karena aku sudah pernah dapat materi komunikasi produktif di kelas
Bunda Sayang Institut Ibu Profesional. Aku jadi ingat ada 5 kaidah penting yang
harus ada agar komunikasi kita dengan pasangan berjalan secara produktif;
Kaidah 2C; Clear and Clarify
Nah, di
bagian ini kesalahan besarku. Ketika suami berusaha untuk mengklarifikasi dan
memastikan di mana lokasiku sesungguhnya dengan bertanya “di warung bubur ayam
yang biasa to?”, aku tidak memberikan pernyataan yang jelas bahwa lokasi yang
aku maksud ada di depan rumah sakit. Aku hanya bilang “ya, di tempat yang
biasa.” Persepsiku saat itu dia pasti mengerti lokasinya karena memang dulu
kami biasa ketemuan di warung tersebut kalau ada hal-hal urgent dan kami harus
ketemu di jam kerja suami.
Choose The Right Time
Ini juga jadi
catatan. Para lelaki itu bukan makhluk multitasking. Ketika sedang dihadapkan
dengan kepuyengan pekerjaan, bisa dipastikan dia nggak akan ngeh sama semua
informasi yang kita sampaikan. Makanya waktu yang tepat saat ngomong sama suami
itu penting banget, terutama kalau mau ngobrolin hal-hal yang urgent. Pastikan
saat suami sudah melepas lelah dan lagi dalam mood yang oke.
credit by slism.com |
Saat miskomunikasi
bubur ayam terjadi, sepertinya sih suami lagi riweh sama kerjaan. Makanya nggak
heran deh kalau dia tak menangkap apa yang aku maksud, hehe.
Kaidah 7 – 38 -55
Sebuah
komunikasi yang produktif bisa terjadi kalau kaidah ini tercapai; 7% kata, 38%
intonasi suara dan 55% gesture tubuh. Berhubung kami waktu itu berkomunikasi
hanya lewat whatsapp dan telepon, maka semakin komplit lah ketidakproduktifan kami
dalam saling menyampaikan dan menerima informasi.
Intensity of Eye Contact
Kalau ini sih
lebih cocok dipakai saat lagi ngobrol dari hati ke hati ya. Biasanya kalau kita
mau mengulik kejujuran dari pasangan, mata nggak akan bisa bohong deh. Makanya
kalau pasangan matanya nggak tenang saat ngobrol sama kita, waspadalah, hehe.
Saat
miskomunikasi warung bubur ayam terjadi, suami mengatakan bahwa doi lupa kalau
di depan rumah sakit ada bubur ayam. Sorot mata suami juga dengan tegas
menyampaikan hal tersebut, maka bisa kupastikan doi memang beneran lupa dan
nggak ngeh.
Kaidah “I’m Responsible for My Communication Result”
credit by harianbernas.com |
Jangan
menyalahkan pasangan ketika dia nggak paham dengan apa yang kita maksud. Sang
pemberi pesan adalah orang yang paling bertanggungjawab dengan hasil komunikasi
yang sedang berlangsung. Pasangan yang sering telat merespon informasi yang
kita sampaikan memang bisa jadi membuat kita merasa jengkel tingkat dewa. Namun
kejengkelan hanya menghadirkan rasa nggak nyaman pada kedua belah pihak ketika
tidak diatasi dengan baik. Jadi kalau kok pasangan nggak paham-paham juga
dengan yang kita maksud, tugas kita untuk merubah strategi dan pola komunikasi.
Semoga dengan
senantiasa berpegang pada 5 kaidah untuk berkomunikasi produktif dengan
pasangan tersebut, kita bisa menghindari berbagai hal yang bisa membuat
terjadinya miskomunikasi ya, pals. Yang
lagi dirundung miskomunikasi sama suami, jangan lama-lama jengkelnya yaaa. Segera
diurai benang kusutnya biar nggak melebar ke mana-mana. Have a fun productive chit chat with your lovely hubby, pals!
credit by indonesianone.org |
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Selain terbuka dan jujur .. mempersiapkan pernikahan klo buat Ku harus bikin check list ya mba, biar ga miskom. Soalnya ada pengalaman tmenku, gara2 miskom dan ribut akhirnya ga jadi nikah
ReplyDeleteWaduh, belum nikah udah miskom jadi gagal nikah ya? Memang rentan terjadi dan bisa buat bumbu dalam pernikahan, tapi kalau nggak diatasi dengan baik bisa panjang urusannya ya.
DeleteAwal-awal sering sekali mengalami misscommunication dengan pasangan. Alhamdulillah, lama kelamaan setelah banyak wawasan, akhirnya yaaa, kalau pernah ada malah dibecandain, hehehe. Emang kadang, laki-laki gak rasional dech, bubur ayam dia nyari bubur ayam yang jauh, kek udah disetel gitu. Kitanya saja ya Mbak, jadi wanita, kudu menyampaikan pesan secara jelas, pada tujuannya.
ReplyDeleteIya mbak, kadang suka termakan persepsi palingan suami ngerti lah maksudku, terus nggak jelasin dengan gamblang dan rinci. Ternyata... wkkw. Geli-geli gemes deh jadinya.
DeleteHihi, ngakak baca ceritanya ;) berkomunikasi gak cuma sekedar ngomong tp juga make sure kalo pesan kita sampai dgn tepat ke lawan bicara sesuai dgn yg dimaksud.
ReplyDeleteKomunikasi sering jadi kambing hitam bila ada keretakan dengan pasangan...untung komunikasi bukan makhluk ya. Bisa sedih dia hahaha..
ReplyDeletePria dan wanita pada dasarnya punya cara berbeda..tapi kadang kita tidak menerima terima kasih sharingnya.
Bener banget mbak. Kalau kita udah paham bahwasanya pria dan wanita itu berbeda, sebenarnya miskom bisa teratasi dengan lebih mudah ya? Cuma kadang suka kelupaan terus termakan ego sendiri, hehe. Jadi deh runyam.
DeleteMiskomunikasi di rumah tangga, hal yang lumrah sih. Namanya juga manusia
ReplyDeleteYang membedakannya adalah respon masing-masing individu. Ada yang ketawa lepas begitu tau pangkal masalahnya. Ada yang malah keluar taringnya ... Hihihi
Bener banget mbak. Semua tergantung responnya. Kalau responnya nggak pakai emosi ya bisa cepat kelar, tapi kalau udah keluar taring duluan.... eaaaa
DeleteYang membuat mereka seperti itu karena bedanya susunan otak laki-laki dan perempuan ya bun. Dulu awal-awal nikah, saya juga sering misskom ama pak suami. Tapi lama-lama kami menemukan pola komunikasi yg baik itu
ReplyDeleteYuph, betul banget mbak.Namanya juga mars vs venus hehe. Harus mau belajar terus ya mbak biar nggak miskom.
DeleteMiskom suka terjadi dalam kehidupn rumah tanggaku juga, tapi itulah bumbu rumah tangga, asal jadinya gak menyebabkan pertengkaran yang gede kalau remeh temeh mah biasanya kita baikan lagi menautkan jari kelingking dan ketawa2 deh, kaya di go back couple, semuanya karena miskom 😀
ReplyDeleteHaha bener banget mbak. Nonton Go Back Couple tuh bikin senyum-senyum sendiri, berasa pernah melewati semua momen-momen di drakor itu wkwkw.
DeleteKomunikasi itu ternyata harus kita pelajari terus ya mbak :) tidak semerta merta bisa. hehehe... Miskom juga kadangkala terjadi di rumah kami, yah namanya dua orang dan dua pemikiran tapi yang penting adalah mau sama sama belajar untuk bisa berkomunikasi lebih baik. :)
ReplyDeleteBener banget mbak. Harus mau belajar dan menundukkan ego.
DeleteMiss komunikasi dalam hubungan itu biasa yaa, tapi tinggal gimana kita mengatasi masalah ini supaya tidak sampai memburuk.
ReplyDeleteHuum mbak, kalau udah keluar taring duluan bisa berabe dan runyam segalanya.
DeleteMiss komunikasi kalau nggak diselesaikan takutnya bisa fatal ya Mbak. Ini tipsnya bermanfaat :D
ReplyDeleteHooh mbak, bisa sampai ke mana-mana. Wajib banget diselesaikan dengan baik dan benar, wkkw.
DeleteBaca artikel ini sambil ketawa pada awal2 dan memulai memahami terus sangat suka sama kata terakhirnya. Pokoknya Sangat suka sama artikel ini. Meskipun sy belum nikah, tapi bisa lah menjadi pembelajaran untuk saya nantinya.
ReplyDeleteseperti makanan, pernikahan juga nggak hanya butuh manis.. tapi perlu ada asin, pedas, asam.
ReplyDeletemiskomunikasi awalnya sering bikin aku jengkel dengan suami. Ya itu dia, laki-laki itu bukan tipe makhluk multitasking, seperti yang mbak bilang. Tapi, lama-lama jadi bumbu pernikahan. Setelah aku sebel sama doi, biasanya muncul suasana mesra. Miskomunikasi emang bikin nano nano.