Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Kalau Siti
Nurhaliza pernah bernyanyi, “cintaku bukan cinta biasa…”, maka aku bisa katakan
kalau family project itu bukanlah
proyek biasa. Bahkan dalam aliran rasa
yang aku buat untuk game level 3 Bunda Sayang ini, aku berani menyampaikan
bahwa Family Project adalah sebuah
proses penemuan harta karun dan surga di tengah-tengah keluarga.
Alasan
terbesar aku menyebutnya demikian karena melalui family project bukan hanya kecerdasan anak yang meningkat, namun
juga kecerdasan orang tuanya. Lebih dari itu bonding antara tiap-tiap anggota
keluarga juga semakin kuat. Dengan kuatnya bonding ini, maka rasa nyaman dan
senang hadir di tengah-tengah keluarga. Kebersamaan keluarga menjadi semakin
bermakna.
Ketika rasa
bermakna ini muncul, maka tersadarlah betapa keluarga adalah sebuah harta karun
yang perlu dijaga. Karena di dalam keluarga, kita bisa menemukan surga dunia.
Kita tidak perlu menunggu sampai ke akhirat untuk merasakan indahnya surga,
karena kita bisa menciptakannya hanya dengan beberapa langkah sederhana; fokus ngobrol bareng, main bareng dan belajar bareng bersama
keluarga.
Dan saat kita
bisa mencapai “rumahku, surgaku”, maka saat itulah tiap-tiap anggota keluarga
akan menyadari betapa tidak perlu lagi mencari kesenangan-kesenangan di luar sana.
Karena kesenangan yang sebenar-benarnya telah didapatkan di dalam keluarganya.
Manis sekali ya? Namun tentu saja untuk mendapatkan surga –
sebuah hadiah yang besar ini, kita nggak bisa melakukan hal-hal yang biasa.
Harus mau out of the box, harus mau move on, harus mau berubah atau kalah.
Family Project Ideas
Family
Project sebenarnya bukan hal yang baru buat aku,
namun aku hampir selalu gagal mengeksekusinya. Ya, seringkali family project hanya berhenti menjadi
ide yang kemudian menguap perlahan. Sedangkan ide hanya akan menjadi ide,
ketika tidak dikerjakan.
Begitu pula
saat merumuskan Fun Holiday Project
yang lalu, ada banyak ide yang muncul. Beberapa ide tersebut merupakan usulan dariku dan beberapa
usulan dari mbak Ifa. Saat menggali ide kegiatan, aku berusaha untuk tidak
sekedar mendapatkan kesenangan bersama, namun juga berniat untuk melakukan
dialog-dialog keimanan dan menyisipkan beberapa nilai-nilai yang bisa aku
tanamkan. Mau tahu apa saja ide kegiatan yang kami punya? Check this out.
Dari ide-ide
tersebut apakah ada yang sudah pernah dilakukan di keluarga kalian, pals? Sharing dong pengalamannya.
The Experiences
Awalnya aku
melakukan family project pertamaku
bersama mbak Ifa hanya sekedar sebagai kegiatan pengisi liburan. Aku sadar
sekali bahwa anak pertamaku ini sangat kelebihan energi. Saat berada di
sekolah, energinya dengan mudah disalurkan lewat aktivitas-aktivitas yang
diberikan bu guru. Namun saat liburan di rumah, aku harus putar otak dong biar energi
berlebihnya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Sebenarnya di
liburan-liburan yang sebelumnya aku pun sudah berencana membuat family project, namun hanya berakhir
sebagai rencana. Alhamdulillah, dengan adanya tantangan 10 hari di Bunda Sayang
level 3, kali ini family project bisa
terlaksana dan terdokumentasikan dengan baik.
Di antara 16
ide kegiatan yang kami rencanakan selama liburan, ternyata baru 9 ide yang
berjalan. Namun 7 ide yang belum berhasil dilaksanakan di fun holiday project, insya Allah akan tetap kami laksanakan sebagai
rencana kegiatan di family project berikutnya.
Di tengah berjalannya proyek pertama, kami juga menyisipkan beberapa proyek
yang sebelumnya tidak direncanakan. Berikut ini rekap hasil fun holiday project bersama mbak Ifa;
Oya, catatan
mengenai fun holiday project bersama
mbak Ifa bisa ditengok di sini ya.
Aku memang sengaja mengumpulkan portofolio anak-anak dan diary pengasuhanku ke
dalam blog tersendiri yang awalnya aku namakan Rumah Peradaban. Aku namakan demikian karena
aku berharap rumahku bisa menjadi tempat lahirnya generasi-generasi yang bisa
membangun peradaban dunia dengan lebih baik. Aamiin. Namun dalam perjalanannya blog itu aku ubah namanya menjadi Jejak Pengasuhan karena lebih condong sebagai rekam jejaknya anak-anak.
Sebenarnya setiap
anak sudah kubuatkan blog tersendiri dengan nama masing-masing anak sebagai
catatan tumbuh kembang mereka. Pengennya saat nanti mereka sudah bisa mengisinya
sendiri, aku akan serahkan blog itu ke pemiliknya masing-masing. Apalah daya
emaknya tidak konsisten update postingan, makanya kemudian bikin blog satu
untuk catatan dua anak.
Jejak Pengasuhan ini juga menjadi sarana buatku dalam melakukan komunikasi eksternal
dari apa yang sudah kami lakukan selama mengerjakan family project. Sebagaimana disebutkan dalam materi review game
level 3; Family Project yang kita lakukan
di dalam keluarga sebaiknya kita share ke dunia luar, bisa via presentasi di
depan para ahli yang memang kompeten di bidangnya. Atau share melalui komunitas-komunitas keluarga
yang selalu peduli terhadap perkembangan anak, maupun di media sosial yang kita
miliki.
Proses
berbagi mimpi dan inspirasi ini sangat bermanfaat untuk membesarkan family
project kita dan proses bertemunya anak-anak dengan para sang maestro di
bidangnya.
Aku memilih
blog sebagai sarana komunikasi eksternal tersebut karena aku merasa cukup
menguasai bidang ini dan memang aku lebih menyukai merekam jejak pengasuhanku
lewat tulisan. Selain itu lewat blog aku juga bisa mendokumentasikan foto dan
video dengan lebih rapi.
Ke depannya
sih aku ingin mengisi channel YouTube dengan video-video yang lebih panjang dan
dibuat dengan lebih profesional. Sekarang belajar dulu bikin video yang cakep,
hehe.
The Changes after The Family Project
Ada banyak perspektif
baru yang muncul di dalam diriku setelah membaca materi di Bunda Sayang level
3, menyelesaikan game di level ini dan kemudian mendapat ulasan mengenai apa
saja yang tersimpan di dalam sebuah family
project.
Bagaimana
sebuah family project yang sederhana ternyata
mampu melejitkan kecerdasan intelektual, spiritual, emosional dan adversity
anak. Karena mau tak mau dengan menceburkan diri ke dalam sebuah family project, kita akan benar-benar
beraktivitas bersama anak. Family project
tidak akan bisa berjalan ketika suasana hati tidak nyaman, ada keterpaksaan dan
penuh tekanan.
Dengan
suasana yang nyaman ini, kita bisa memberikan ruang pada anak untuk berani
bereksplorasi, mengemukakan ide dan pendapat, menceritakan perasaan dan
pengalaman, serta mengungkapkan rasa ingin tahu. Proses inilah yang perlahan
melejitkan simpul-simpul kecerdasan anak secara keseluruhan.
Bonusnya sembari
kita membersamai anak dalam upaya melejitkan kecerdasannya, secara tidak
langsung kita juga turut melejitkan kecerdasan diri kita, menumbuhkembangkan
fitrah di dalam diri yang mungkin saja sebelumnya telah tertidur karena tidak
pernah terstimulasi dengan baik. Di sinilah keajaiban ungkapan raise your kids, raise yourself bekerja.
Hal seperti
itulah yang aku rasakan saat membersamai mbak Ifa di Fun Holiday Project. Ketika aku mendampingi mbak Ifa untuk mengenal
Allah lebih baik dan bisa mulai latihan sholat ataupun ngaji dengan lebih
teratur, mau tak mau aku pun harus kembali menggali seberapa kenal aku dengan
Allah. Sudah sedekat apa aku denganNya? Sudah sedisiplin apa ibadahku
kepadaNya?
Begitu pula
saat beberapa waktu lalu hasil konsultasi dengan DSA Sub Tumbuh Kembang Anak
menyatakan bahwa kami harus memberlakukan no
gadget at all untuk mbak Ifa, maka mau tidak mau aku pun harus berani membatasi
pemakaian gadget selama bersama mbak Ifa. Nggak lucu kan ketika aku bilang ke
mbak Ifa untuk tidak boleh menyentuh gadget sama sekali, sedang aku masih asyik
masyuk dengan gadgetku.
Yang
mengejutkan buatku dengan adanya family project ini, konsistensi mbak Ifa yang
awalnya aku ragukan justru terlihat lebih jelas dibandingkan diriku. Soal
ibadah, aku sering diingatkan mbak Ifa, “bun aku sudah dengar azan lo, yuk
sholat.” Aku yang kadang saat itu sedang melakukan sesuatu, langsung speechless. Mau bilang “entar ah kak, belum
selesai nih ngetiknya” kok sepertinya nggak pantas. Kan aku sendiri yang bilang
kalau sudah dengar azan harus bergegas ambil wudhu, kok malah aku yang
melanggar ucapanku sendiri.
Begitu juga dengan
gadget hour. Sejak mbak Ifa tidak
diperkenankan memegang gadget sama
sekali, aku dan ayahnya sudah menjanjikan selama mbak Ifa ada di rumah, kami
tidak akan memegang gadget sama sekali, kecuali ada pekerjaan urgent yang harus dilakukan. Nyatanya,
kami – terutama aku, masih sering nyolong-nyolong pegang gadget untuk hal-hal
yang tidak penting dan tidak urgent
di depan mbak Ifa. Sampai beberapa kali mbak Ifa bilang, “ih, bunda megang hp
terus kok. Katanya mau main sama aku, mau bacain buku. Aku kan jadi bosen kalau
bunda main hp terus.” Jleb.
Beneran ya
anak itu memang guru kecilnya orangtua. Dari rangkaian family project bersama mbak Ifa aku banyak belajar tentang
konsistensi, belajar berkomunikasi sesuai karakter anak, bagaimana memegang
janji, dan terutama bagaimana mewujudkan keinginanku untuk mau berubah menjadi
lebih baik setiap harinya. Ide dan niat bisa jadi sudah ada, namun jika tidak
disempurnakan lewat aksi yang nyata, maka perubahan tidak akan pernah
benar-benar terwujud. Maka nggak heran kalau bu Septi bilang, change or lose!
Melalui family project pula kemudian aku kembali
disadarkan tentang impianku untuk menjadi orangtua betulan bukan orangtua
kebetulan. Nyatanya sampai sekarang aku masih sering menjadi orangtua yang
kebetulan. Ya, kebetulan diamanahi jadi orangtua tapi lupa tanggung jawabnya
apa saja. Orangtua yang maunya ongkang-ongkang kaki dan terima jadi. Pokoknya
cari sekolah yang terbaik, nggak mau tahu di sana diajarkan apa, yang penting
di rumah tahu beres; akademiknya oke, ibadahnya oke, dan udah canggih
menyelesaikan masalahnya sendiri.
Sedangkan
untuk menjadi orangtua betulan, ya harus mau untuk benar-benar merubah mindset, paradigma dan meningkatkan
wawasan seluas-luasnya. Like what I wrote
in my post of Aliran Rasa for this level; Mau punya anak sholih? Ya, jadi orangtua yang
sholih dulu. Mau fitrah-fitrah dalam diri anak terjaga? Ya, kenali
fitrah-fitrah tersebut lalu kembangkanlah. Mau mengenali anak dengan baik? Ya, banyak-banyaklah
main, ngobrol dan belajar bersama. Yang jika ditulis dengan kalimat lebih
sederhana berarti for things to CHANGE, I must CHANGE first.
Ke depannya,
aku nggak mau muluk-muluk. Aku hanya akan berusaha agar family project ini tidak berhenti sampai di akhir game level ini. Family project juga tidak hanya sekedar pengisi waktu liburan, namun harus menjadi proyek yang terus aku lakukan bersama anak-anak dan suami. Melihat
raut muka mbak Ifa yang begitu gembira dan antusias ketika mengerjakan
aktivitas-aktivitas selama fun holiday
project, membuat aku ketagihan untuk terus bisa memunculkan kegembiraan
tersebut.
Lewat family project berikutnya, aku ingin
menjaga harta karunku yang paling berharga sekaligus menemukan surga dunia yang
tiada duanya. Doakan aku konsisten ya, pals.
Semoga kita selalu dimampukan menjadi orangtua-orangtua betulan. Aamiin.
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Referensi:
Materi dan
review game level 3 Bunda Sayang Ibu Profesional
Noted.Bisa aku tiru project2nya
ReplyDeleteWaah keren bisa di keep untuk dicontoh di rumah.. Makasih mbak
ReplyDeletewuuiiih kereeeen! Makasih sharingnya, Mbak. Bisa buat aku kelak kalau udah punya anak :)
ReplyDeleteKeluarga adalah harta yang paling berharga 👍
ReplyDeleteLengkap sekali... 😍
ReplyDeleteLuar biasa projek-projek yang dilakukan sangat beragam. Bisa sbg referensi untuk keluarga lain. 👍
ReplyDeleteKomplit.. I like it
ReplyDeleteKeluarga adalah harta yang paling berharga... 💗👍
ReplyDeleteMasya Allah
ReplyDeleteSukaaaa banget dengan gaya penulisan mba dan infografis yang keceh badai. Teori yang rumit bisa dicerna dengan ringan.
Subhanallah mbak. ... Keren banget. Iki nulise kapan?
ReplyDeleteanak adalah guru buat orang tuanya. sukak sama kata ini 😍
ReplyDeleteLengkaapp dan detail banget mbak. Woowww... Infografisnya juga banyak dan keren-keren. Jadi lebih mudah mencerna materinya. Pake apa buatnya mbak? Mau donk diajarin. ^_^
ReplyDeleteProyek² nya menginspirasi.
ReplyDeleteMelatih anak memang sebenarnya harus melatih ongtuanya dulu.
Waaah, waktu membacanya terasa lengkap sekali. Mulai dari ceritanya, infografisnya, sama project-projectnya banyaaaak. Hebat banget mba, bisa menulis serapi dan selengkap ini, plus punya blog jejak pengasuhan tersendiri. Menjadi inspirasi untuk terus meningkatkan kualitas tulisan dan konsisten menulis. Makasi ya Mba Marita sudah share & inspire :)
ReplyDeleteTerimakasih ceritanya sangat menginspirasi :) dan dapat mengingatkan saya bahwa keluarga adalah letaknya surga dunia karena itulah harta karun kebahagiaan setiap individu. :)
ReplyDeleteMasyaAllah, sharingnya keren Mbak... Bukan hanya kontennya yang luar biasa, tapi renyahnya bikin pembaca ingin menghabiskan isinya sampai tandas. Tabarokalloh mbak...
ReplyDeletewoooow... semopga saya ketularan semangatnya
ReplyDeleteKeren isinya bernas semua mbak. Dari infografis, project yang mau dilakukan juga keterlibatan keluarga menjadi hal yang menarik. Semoga projectnya terus berlanjut ya.,
ReplyDeleteKeren mbak Ririt.. Izin ikutan proyek keluarganya ya mbak
ReplyDelete