Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Siapa yang anak-anaknya
penggemar Tayo? Wah, pasti banyak yang angkat tangan nih. Mbak Ifa yang jarang
nonton Tayo aja suka banget sama serial kartun tentang bis-bis di Korea
tersebut. Doi nonton Tayo itu hanya waktu nemenin Affan rawat inap di Rumah
Sakit Wongsonegoro dan beberapa kali di YouTube sebelum gadget time-nya
dihapuskan.
Tapi memang
serial ini fenomenal banget ya di kalangan anak-anak. Teman-teman mbak Ifa juga
tiap hari ngomongin Tayo, jadi ya wajar kalau akhirnya mbak Ifa kena demam Tayo
juga. Baru sadar waktu nonton Because
This is My First Life dan While You Were
Sleeping, bus di Korea emang begitu ya bentuknya, hehe.
Nah, buat
yang rajin nemenin anaknya nonton Tayo, pasti kenal dong sama Ghani. Aku sih
nggak hafal nama-namanya, hehe. Tahu tentang Ghani juga dibisikin mbak Ifa.
Ternyata nggak perlu jauh-jauh ke Korea buat lihat Ghani, karena di Semarang
pun ada si Ghani lo. Masa sih? Huum, namanya si Kenang. Itu tuh bus
pariwisatanya Semarang, hehe.
Waktu kami berkesempatan
ikut city tour bareng Kenang pada
akhir bulan November yang lalu, mbak Ifa spontan berteriak “wah, itu bisnya pasti
namanya Ghani to bunda?” Bahkan saat kami sudah memberikan informasi ke mbak
Ifa kalau nama bus tersebut adalah Kenang, doi tetap aja ngeyel menyebut
bus-nya dengan nama Ghani. Yo wes lah, nduk, sakkarepmu, hihi.
Rabu, 29
November 2017 memang sudah kami rencanakan untuk mengajak mbak Ifa dan Affan
berkeliling Kota Semarang dengan si Kenang. Awalnya kami sudah pernah datang
beberapa minggu sebelumnya, tapi waktu hari Minggu. Ternyata belum juga parkir
motor, sudah diusir sama tukang parkirnya, hehe. Katanya pada suami “mau naik
bus mas? Udah habis tiketnya sampai yang malam, mending pulang aja.” Saat itu manyun
deh mbak Ifa. Alhamdulillah bisa dihibur dengan mengajaknya main ke rumah opapa
di Krapyak.
Saat itu si
ayah lagi ambil cuti setelah dua hari sebelumnya mengikuti Temu Blogger
Kesehatan. Mbak Ifa pun ditawari bolos sekolah juga mau banget, hehe. Padahal
di sekolahnya saat itu sedang cooking class membuat bothok telur asin. Tapi doi
keukeuh mau naik bus Kenang aja, karena nggak suka bothok katanya. Baiklah mari
kita cuzz.
Perkiraan
kami saat itu antrian nggak akan ramai karena bukan hari libur dan masih
waktunya sekolah. Dugaan kami pun tidak meleset. Sampai di museum Mandhala
Bakti, yang merupakan basecamp si Kenang sekitar pukul setengah 10, baru
segelintir orang yang datang dan duduk-duduk di beberapa titik. Ada juga yang
sedang asyik foto-foto di area museum. Setelah menukarkan KTP dengan tiga ID
Card alias tiket yang nanti harus dikenakan selama city tour, kami memutuskan untuk sarapan soto dulu di daerah
Puspanjolo. Merayu mbak Ifa untuk keluar makan dulu cukup menguras emosi, dia
awalnya nggak mau keluar dari museum. Pengennya stay di situ sampai si Kenang
datang. “Di sini aja ah, nanti ketinggalan busnya.” Padahal masih ada waktu
sekitar satu setengah jam. Dijamin doi bakal bosen kalau nunggu selama itu.
Alhamdulillah
akhirnya mau juga diajak makan dulu, meski mbak Ifa menolak makan saking
ngebetnya pengen segera balik ke museum. Hadeh. Ayah bundanya disuruh ngebut
makannya. Akhirnya jam 10 lebih kami balik lagi ke museum, eh si Kenang sudah
nongkrong di sana. Kesempatan buat foto-foto dong. Setelah bosan ambil beberapa
gambar bus merah itu dan di beberapa area museum, kami lalu melipir cari tempat
duduk. Kami membiarkan Affan merangkak sesuka hati, mbak Ifa yang beberapa kali
berteriak “bunda itu basah lo, ntar Affan kotor.” Setelah tiga puluh menit
berlalu, mulai deh mbak Ifa bosan dan bertanya “kok belum berangkat-berangkat
sih, ini jam berapa? Berangkatnya kapan?”
Sekitar jam
10:45, petugas memberikan tanda kalau kami boleh masuk ke dalam bus. Asyiiiik.
Beruntung kami termasuk yang datang awal, jadi bisa dapat tempat duduk di
bagian atas. Buatku ini seperti dreams
come true. Jaman dulu kan di Semarang ada ya bus tingkat. Aku kayanya
sempat merekam memori melihat bus tingkat deh waktu kecil. Tapi sayangnya aku
belum sempet naik bus tingkat itu. Terus waktu kuliah Sastra Inggris dan lihat
video tentang double decker bus, jadi mupeng banget naik bus tingkat.
Alhamdulillah sekarang kesampaian, hehe.
Setelah semua
penumpang naik, petugas membacakan rule yang harus kami patuhi. Salah satunya
nggak boleh bawa makanan dan minuman. Sampah juga harus dimasukkan ke tempat
yang sudah disediakan. Jika ada penumpang yang mengotori bus, maka nggak akan
diperbolehkan turun sampai bertanggungjawab membersihkan apa yang dikotori.
Siiip dah. Meski akhirnya tetap pada bawa makanan. Lah iya muterin beberapa lokasi
di Semarang tanpa makan dan minum lak yo kaliren cah, hehe. Yang penting jangan
bikin kotor deh.
Aku dan Affan
duduk terpisah dengan mbak Ifa dan ayah. Pengennya bisa duduk bareng, tapi kan
nggak mungkin. Masa mbak Ifa segede itu dipangku? Hehe. Sepanjang perjalanan
mbak Ifa sibuk bertanya banyak hal ke ayahnya. Aku cuma senyum-senyum melihat
ayahnya yang dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan si anak wedhok. Affan
yang awalnya sibuk sendiri, berdiri lalu duduk lalu berdiri lagi, lama-lama kok
cranky.
Puncaknya
waktu sampai di pemberhentian pertama yakni Taman Srigunting Kota Lama, Affan
semakin cranky. Ooh, ternyata dia super haus dan minta mimik susu dot. Setelah
habis sebotol susu, Affan pun kembali ceria. Di setiap pemberhentian kami
diberi waktu tiga puluh menit. Kalau bunyi telolet sudah terdengar, itu artinya
kami harus segera kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan. Di Taman
Srigunting kami menyempatkan untuk mengabadikan kenangan lewat beberapa foto.
Di sana juga banyak fotografer yang siap memotret kami di beberapa photo spot
yang disediakan, mereka juga menyediakan atribut untuk melengkapi gaya berfoto
kami. Nggak perlu bayar mahal, cukup memasukkan uang seikhlasnya ke dalam kotak
yang disediakan. Asyik ya? Jadi punya foto keluarga deh. Jarang-jarang punya
foto komplit barengan berempat gini, hehe.
Setelah asyik
foto-foto di Srigunting, kami melanjutkan perjalanan ke pemberhentian kedua
yaitu Kampung Pelangi. Saat itu aku memutuskan nggak turun karena Affan sedang
menyusu. Mbak Ifa pun akhirnya minta naik lagi ke dalam bus, nggak mau kalau
tanpa bunda katanya. Akhirnya setelah Affan bobo pulas, aku menemani mbak Ifa
dan ayahnya turun. Namun mbak Ifa tetap nggak mau masuk ke Kampung Pelangi, “udah
pernah kok” katanya.
Sembari
melihat bunga-bunga indah yang ditawarkan di kios-kios depan Kampung Pelangi,
mbak Ifa menemukan fotonya dijajakan oleh pedagang foto. Ternyata waktu di
Srigunting, si bapak nge-candid mbak Ifa saat asyik duduk di becak-becakan.
Akhirnya kita beli deh fotonya buat kenang-kenangan. Jarang-jarang lo mbak Ifa
mau difoto dan hasil fotonya bagus, hihi.
Sesi di
pemberhentian kedua usai sudah. Seharusnya sih perjalanan lanjut ke Sam Po
Kong, tapi nggak tahu kenapa saat itu langsung cuzz balik ke Stasiun Mandhala
Bakti. Sam Po Kong dilewati doang karena kami menuju stasiunnya memutar lewat
Pamularsih – Kalibanteng – Siliwangi – Tugu Muda. Mungkin karena jalanan
Semarang yang semakin macet, sementara bus Kenang kan sudah dipatok jam-jamnya.
Selama di perjalanan pulang, petugas bus menarik ID card dan menukarnya kembali
dengan KTP kami.
Tips
Muter-muter Semarang Naik Kenang
Jam 13.00
kami mendarat di Stasiun Mandhala Bakti. Mbak Ifa ceria banget, katanya mau
lagi kapan-kapan naik si Kenang. Atur waktu dulu deh shayyy. Nah, buat
teman-teman yang belum pernah naik Kenang, ada beberapa hal nih yang perlu
diketahui;
Si Kenang
beroperasi dari hari Selasa – Minggu. Hari Senin, si Kenang istirahat dulu ya
biar nggak capek muter-muter Semarang terus. Diservis dan dimandiin dulu, hehe.
Selasa – Kamis dibuka tiga trip; jam 08.00, 11.00 dan 15.00. Khusus hari Jum’at,
ada tiga trip juga, tapi di jam 08.00, 15.00 dan 19.00. Sedangkan di hari Sabtu
– Minggu ada empat trip; 08.00, 11.00, 15.00 dan 19.00.
Credit foto by Mbak Ida Chairunnisa |
Loket untuk
mendapatkan tiket bus Kenang dibuka sejak jam 07.00. Kita bisa milih mau trip
di jam yang mana. Dengan catatan ya, khusus yang mau naik bus Kenang di hari
Sabtu dan Minggu, sebaiknya dapatkan tiket sepagi mungkin. Denger-denger ada
yang antre sejak subuh lo demi tiket bus Kenang. Kalau mau aman sih memang naik
bus Kenang di weekdays, lebih sepi, kecuali weekdays pas liburan sekolah
kemarin ya tetep ramai.
Berhubung
saat ini Stasiun Mandhala Bakti sedang mengalami proses renovasi. Kayanya bakal
dibangun hotel atau semacamnya gitu deh. Kemarin waktu lewat Tugu Muda udah
ditutupin tuh museum. Saat lagi on the
way ke Omah Herborist hari Selasa, 23 Januari lalu, Bus Kenang sudah
nangkring di Museum Ranggawarsita. Setelah sempat tidak beroperasi selama 4
hari di tanggal 9 – 12 Januari, loket dan basecamp si Kenang berpindah lokasi
ke Museum Ranggawarsita di Jalan Abdurrahman Saleh sejak Sabtu, 13 Januari. So, buat teman-teman yang mau naik
Kenang, cuzz aja ke sana ya. Jangan sampai salah lokasi lo. Dari pihak Dinas
Perhubungan belum memastikan apakah perpindahan lokasi ini akan bersifat
permanen atau sementara, nanti akan diinformasikan lebih lanjut jika sekiranya
ada perubahan kembali mengenai titik pemberangkatan ini.
Credit foto by Mbak Ida Chairunnisa |
Untuk bisa
menikmati city tour bareng Kenang, kita nggak dipungut biaya alias gratis.
Cukup siapkan saja KTP atau SIM. 1 KTP/ SIM bisa ditukar dengan maksimal 2 ID
Card. Kemarin sempat dengar soal
kasak-kusuk kalau mulai Januari bakal ditarik biaya untuk naik si Kenang, tapi
sejauh ini sih masih gratis kok, pals. Lagipula kan ini salah satu cara
pemerintah Kota memanjakan warga dan menarik minat wisatawan untuk bisa
muter-muter Semarang. Semoga saja gratis selamanya ya, hihi. Dasar emak-emak
pecinta gratisan.
Kalau sudah dapat ID Card alias tiket, datang ke basecamp Kenang setidaknya setengah jam sebelum keberangkatan trip ya. Di dalam bus, jaga kebersihannya dan jangan sempai kehilangan ID Card. Di setiap pemberhentian, kita cuma punya waktu tiga puluh menit. Pasang baik-baik telinga agar nggak terlewat ketika suara telolet membahana, karena itu artinya kita harus segera naik ke bus dan melanjutkan perjalanan.
Semoga bermanfaat ya tips muter-muter Semarang di atas. City
tour
bersama Kenang berakhir indah. Kami lanjut ke AHASS Gajah Mada untuk nyervis
motor, dan petualangan keluarga kami hari itu pun ditutup dengan menikmati Sate Zaji yang endess banget.
Azan subuh sudah berkumandang
Jangan lupa dong ayo sembahyang
Buat kalian yang lagi jalan-jalan ke
Semarang
Sempatkan yuk muter-muter Semarang bareng
si Kenang
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com