Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulillah
sampai juga ke hari lima belas dari game level 1 Kuliah Bunda Sayang batch #3
Institut Ibu Profesional. Lega sekaligus jadi kecanduan untuk terus
mempraktekkan ilmu yang sudah diberikan dari materi komunikasi produktif selama
kurang lebih setengah bulan ini. Tentu saja juga jadi lebih excited
materi-materi dan kejutan-kejutan keren apa sajakah nanti yang akan kami
dapatkan selanjutnya.
Ngomongin
tentang komunikasi produktif, aku mau berbagi soal hasil yang bisa tercapai
dari praktek berkomunikasi dengan lebih baik dengan kak Ifa nih.
Meski tentu
saja tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun kak Ifa kini semakin mudah
bisa diarahkan dan dikendalikan setelah aku mencoba mengubah cara berkomunikasiku
dengannya.
Jika dulu kak
Ifa mudah sekali marah ketika keinginannya tak dituruti, sejak mempraktekkan
komunikasi produktif, kak Ifa mulai bisa mendengarkan alasan jika ia dilarang
atau tidak diberikan ijin untuk melakukan sesuatu.
Contoh nyata
kemarin sore seperti biasa ada tukang siomay lewat di kampung kami.
Berbondong-bondong anak-anak seumuran kak Ifa menyerbu tukang siomay tersebut.
Kak Ifa memang belum mendapat uang saku
karena usianya belum tujuh tahun, jadi kami hanya memberikannya batasan kapan
snack time untuk dia. Sudah disepakati bahwa snack time untuk kak Ifa adalah
hari Minggu, maka selain hari itu dia tidak berhak meminta jajan di luar rumah,
kecuali ayah dan bunda yang menawari terlebih dahulu.
Dengan
sosialisasi ulang batasan beberapa waktu lalu, kak Ifa jadi semakin paham dan
tidak ngedrel ketika meminta sesuatu. Sore kemarin layaknya anak-anak pada
umumnya, melihat teman-temannya membeli siomay dia pun ingin ikut membeli. Tapi
dia sadar hari Rabu bukanlah hari
jajannya, akhirnya dia bertanya padaku “Bunda,
aku boleh beli siomay?” Aku tersenyum, aku tahu dia ingin makan siomay
karena ikut-ikutan, jadi aku hanya cukup singkat menjawab, “di rumah ada makanan kak.”Mendengar
jawabanku, kak Ifa berlari dan menyampaikan ke teman-temannya, “aku
nggak boleh beli kok. Lagian ini bukan jadwal jajanku.”
Beberapa hari
yang lalu saat aku membeli telur ke warung tetangga, seperti biasa kak Ifa
pasti meminta ‘pajak’. Aku cukup menanyakan kepadanya, “ini hari apa ya kak?” Kak Ifa nyengir dan menjawab, “nggak papa ya?” Aku pun mengingatkan, “bunda nggak nawarin jajan lo ke kak Ifa.
Jadi kalau jajannya diambil hari ini, besok minggu nggak jajan ya?” Kak Ifa
pun mengangguk cepat.
Apakah besok
Minggu ia benar tidak akan meminta jajan? I’m not sure. Karena usia kak Ifa
adalah usia konkret yang baru sadar tentang makna sekarang. Meski bisa
mengucapkan besok atau nanti, dia belum benar-benar paham dengan konsep “besok
atau nanti” tersebut. Menurut pengalaman sih, biasanya kalau kak Ifa mengambil
jajan di hari yang bukan jadwalnya, pada hari Minggu-nya kak Ifa akan tetap
menagih jajan meski sudah diingatkan bahwa jajannya sudah diambil di hari
sebelumnya. Tinggal kuat mana nih, kekekalan ikhtiar kak Ifa atau konsistensi
bundanya. Hehe. Jadi, enaknya besok Minggu kak Ifa dikasih jajan nggak nih?
Sampai jumpa
di PR-PR Kelas Bunda Sayang berikutnya ya, pals. Thanks for reading.
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
#hari15
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com