Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Akhirnya
setelah berusaha tidak mengambil jatah libur empat hari yang diperbolehkan
dalam One Day One Post –nya Blogger Muslimah, jatah cuti itu pun terambil juga karena
Affan beberapa hari lalu sempat panas dan tidak bisa ditinggal sedikit pun.
Alhamdulillah sekarang Affan sudah sembuh, tinggal pemulihan batuknya, aku mau
berbagi cerita soal Rumah Idaman aaah. Sayangnya yang harusnya sudah masuk hari ke-22, terpaksa aku masih bertahan di #ODOPOKT18 deh.
Btw, tema rumah idaman ini merupakan
kocokan #ArisanBloggerGandjelRel ke empat belas yang dipersembahkan oleh Mbak
Dian Nafi dan Mbak Archa Bella. Nggak ngerti deh ini janjian atau gimana kok
bisa yang keluar dua wonder woman arsitek yang T.O.P begete. Jadilah diketok
palu, tema arisan kali ini nggak jauh-jauh dari dunia kedua wanita tersebut.
Dulu waktu
masih kecil aku envy banget pengen punya rumah kaya di film Richie Rich,
wkwkwk. Rumah buesar dengan segala fasilitas komplit di dalamnya. Bahkan ada
mall dan wahana permainan. Meski itu jelas khayalan tingkat tinggi. Semakin
besar dan bertambah usia, aku mulai ngos-ngosan kalau disuruh bersih-bersih
rumah. Saat dulu masih tinggal di Salatiga,
rumah ibu cukup luas, kalau lagi niat bersih-bersih, seharian juga nggak kelar.
Begitu juga waktu masih tinggal di rumah eyang, kalau pas kumat bersih-bersih,
sejam juga kurang cuma buat ngepel aja.
Sejak saat
itu aku berpikir rumah nggak perlu gede-gede lah, cukupan aja. Capek bo
bersihinnya, kecuali punya pembokat sepuluh kaya Anang Ashanty baru deh mau
punya rumah gedong, wkwkw. Saat 2008 menikah, aku langsung diboyong ke rumah
suami di daerah Puspanjolo Selatan. Bertahan tinggal di lingkungan tersebut
hingga tahun 2010. Culture shock kali ya. Biasa tinggal di perumahan yang
privasinya amat terjaga, tiba-tiba harus tinggal di perkampungan lama yang
tetangganya demen selonong boy masuk ke rumah orang tanpa permisi, aku bener-bener
jadi kurus kering tinggal di situ, wkwkwk.
Dari 2008 –
2010 kerjaanku sama suami berkeliling dari satu pameran perumahan ke perumahan
lainnya. Namun setiap melihat uang muka rumah, kami cuma mesem. Maklum kami
pengantin nekat yang nggak punya tabungan sama sekali, hihihi, jadi saat itu beli
rumah adalah suatu mimpi besar yang entah kapan bisa terwujud.
Sumber: 100desainrumah.com |
Hingga
kemudian di pertengahan 2010, ibu memutuskan pindah ke Semarang agar lebih
dekat dengan keluarga besar. Rumah di Salatiga pun dijual, aku mendapat tugas
mencari rumah di daerah Sendangmulyo dan sekitarnya agar lokasi tidak terlalu
jauh dari rumah bulik. Nggak perlu waktu lama, kami pun mendapat informasi ada
teman suami yang menjual rumahnya di daerah Klipang. Kata orang Jawa, omah ki
pulung. Artine apa ya.. intinya kalau udah jodoh ya nggak kemana, gitu kali…
ada yang bisa menjelaskan lebih? Hehe.
Singkat
cerita pindahlah kami ke rumah teman suami. Rumah sangat sederhana yang membuat
aku harus mewanti-wanti ibu untuk tidak membawa semua barang dari Salatiga ke
rumah ini, karena sudah aku perkirakan bakal tidak cukup. Benar saja dugaanku,
aku dan suami yang bertugas menata barang di rumah tersebut pun cekot-cekot.
Bahkan dipan yang biasa digunakan ibu sare pun nggak masuk ke kamar tidurnya.
Akhirnya kami sepakati kamar tidur lesehan semua. Ibu sare di ruang tengah
karena dipan hanya muat di situ.
Awalnya aku
nggak ada rencana tinggal bersama ibu. Namun namanya anak tempat ternyaman
tetap di dekat ibu. Apalagi kerjaan suami juga lebih dekat dijangkau dari rumah
ini. Kerjaanku dulu pun ada rencana buka cabang di Kedungmundu yang lebih dekat
dijangkau dari Klipang. Akhirnya aku merayu suami dan pindahlah kami ke rumah
ibu. Qodarullah bapak ibu seda begitu cepat, adik pun pergi mendahuluiku,
jadilah rumah ini warisan yang tertinggal untukku.
Tujuh Catatan Menuju Rumah Idaman
Kalau ditanya
apa rumah yang aku tempati sekarang rumah idamanku? Secara desain dan tetek
bengeknya sih belum. Memang sih aku nggak kepengen rumah yang terlalu luas,
namun setelah punya dua anak, jenis kelaminnya beda pula, aku mulai mikir ini
rumah kurang gede buat bikin satu kamar lagi, wkwkw. Belum lagi ke depannya
tentu pengen bisa beli mobil, buat garasi aja nggak cukup euy. Tapi kalau dari
sisi kenyamanan, Alhamdulillah aku sih sangat nyaman dengan para tetangga di
sini. Ya, tiap lingkungan pasti ada sisi positif dan negatif, namun aku lihat
masih banyak positifnya tinggal di sini. Apalagi sekarang di RT kami sudah
berdiri musholla, jadi tambah betah lah.
Sebenarnya
saat ini sih aku nggak terlalu muluk-muluk soal rumah idaman, at least tercapai
tujuh hal ini, aku udah seneng banget.
Satu, Garasi Mobil dan Pagar yang Aman
suka model garasinya, hehe. Sumber: almarasma.com |
Tinggal di
perumahan yang dempet-dempet dengan luas halaman depan yang tak begitu lebar, baru bermimpi beli mobil aja aku
dan suami mikirnya udah panjang banget. Entar markirnya di mana, ambil hak tetangga
nggak dan lain-lain. So, salah satu hal yang aku masukkan di dalam daftar
impianku untuk rumah idaman adalah memiliki garasi mobil yang layak.
Pagar dan garasi minimalis, sumber: http://minimalisxrumah.com |
Selain
garasi, di list nomor satu ini kami memasukkan pagar sebagai hal yang harus ada
pada rumah idaman. Bukan apa-apa, kalau rumah ditutup terus kok ya pengap,
kalau rumah dibuka duo krucil lari keluar tanpa babibu… wkwkkw. Kalau ada pagar
kan jadi aman, palingan kalau Affan gede dikit dipanjatlah tuh pagar, hihi.
Dua, Halaman yang Teduh
Salah satu
sedihnya tinggal di rumah mini itu kurangnya lahan untuk bercocok tanam. Ya
emang sih aku nggak suka nanam-nanam, tapi kalau nggak ada tanaman kok ya panas
banget rumahnya. Sekarang sih suami barusan nanam pohon mangga dan pucuk merah,
biar adem katanya.
Pengen punya gazebo - sumber: http://rumahmi.com |
Sebenarnya
aku sih pengen punya taman di belakang rumah yang ada water feature-nya gitu
deh. Terus ada gazebo yang bisa jadi
tempat serbaguna, entah itu sholat berjamaah, ngaji bareng atau pun makan
bersama keluarga. Asyik dan damai rasanya ya kumpul bareng keluarga sambil
ngasih makan ikan, hehe.
Tiga, Dapur Mini
dapur kecil aja, lebih kecil lagi dari ini kalau bisa, hehe. Sumber: http://idolza.com |
Berhubung aku
nggak terlalu suka ada di dapur, aku pengennya dapurku itu nggak usah gede-gede
banget luasnya, biar gampang bersih-bersihnya. Pengennya yang mungil, simple
dan sekalian ada kitchen bar yang bisa dimanfaatkan untuk meja makan gitu deh.
Lebih asyik lagi kalau ditempatkan semi outdoor, tapi rada parno kalau ada
tikus atau ular yang masuk, secara belakang rumah sawah dan kebon bo’.
Empat, Japanese Style
i love Japanese home design, sumber: http://www.fionaandersenphotography.com |
Aku nggak
begitu suka rumah yang terlalu banyak furniture. Sofa peninggalan ibu aja
sebenarnya pengen aku jual ke barang bekas gitu, atau dihibahkan ke orang yang
mau menerima. Tapi suami nggak kasih ijin, jadilah sofa besar itu masih
memenuhi ruang tamu kami yang mungil. Aslinya aku pengen ruang tamu dan ruang
tengah itu didesain ala Japanese style, lesehan gitu deh. Cukup sedia meja. Atau
pun kalau butuh tempat duduk, letakkan satu sofa yang bisa dialihfungsikan
sebagai tempat tidur, hehe.
hidden wardrobe |
Terus pengen
di dalam kamar itu nggak ada lemari, pengennya lemari itu nempel atau
tersembunyi di dalam tembok gitu deh. Aku juga pengen punya pintu kamar dan
rumah yang model slide alias yang bukanya digeser.
Lima, Kamar Tidur Anak
Berhubung sekarang
anak udah dua dan jenis kelaminnya berbeda, buatku membangun kamar tambahan masuk
ke daftar penting. Secara mereka nggak mungkin tidur di kamar yang sama. Jadilah
pengen banget mendesai kamar untuk anak-anak yang dilengkapi dengan
multifunctional bed. Jadi nggak perlu banyak perabot di dalam kamar anak gitu
deh. Lirik-lirik harganya, mahal euy… cari orderan daster dulu deh, hihi.
bunk bed idea for kids |
Enam, Toilet dan Kamar Mandi Terpisah
Satu hal yang
membuatku tersiksa di rumah ini adalah karena kamar mandi dan toiletnya jadi
satu. Sementara saat tinggal di Salatiga dan di rumah eyang, aku terbiasa
dengan kamar mandi yang terpisah dengan toilet. Entahlah menurutku lebih bersih
dan rapi aja gitu. So, ke depannya aku berharap bisa punya rejeki untuk
memisahkan toilet dan kamar mandi. At least, kalau aku lagi mandi dan suami or
anak lagi pengen buang air besar, aktivitas mandiku nggak terganggu, hehe.
Tujuh, Perpustakaan dan Ruang Kerja
rumah penuh bukunya Han Se Ju di Chicago TypeWriter |
Dulu jaman
masih music mania, cita-citaku punya home theater yang bisa buat karaoke tanpa
ganggu para tetangga alias kedap suara. Namun sekarang itu tidak lagi jadi daftar
impian, bahkan TV tabung lawas peninggalan ibu aja udah jarang dinyalakan.
Suami sih katanya pengen beli TV, tapi pikirku buat apa, wong nonton TV nggak
pernah. Selama ada handphone, laptop, YouTube dan internet, nggak butuh TV deh
keknya.
Ruang kerja dan mini library - sumber: founterior.com |
Daripada beli
TV, mendingan menata perpustakaan mini dengan lebih oke lagi. Tentunya nambahin
koleksi dan space agar lebih luas serta nyaman. Kalau mau berandai-andai sih kaya
rumahnya Han Se Ju di drakor Chicago Typewriter, wkwkwk. Belum lagi kalau
ditambah ada ruangan kerja khusus untukku. Aaah, pasti asyik dan jadi lebih
fokus kerjanya, nggak nengok ke belakang lihat kasur, terus kepengen tidur dan
lupa lembur, hehehe.
Oh ya selain
tujuh hal di atas, aku juga butuh space untuk jemur pakaian deh. Beneran deh
bingung kalau mau jemur pakaian. Ditaruh luar makai jalan umum, ditaruh dalam
nggak kering-kering, apalagi kalau musim penghujan begini.
Butuh jemuran kek gini kali, lebih praktis dan minimalis - sumber: BukaLapak |
Sepertinya
untuk bisa mengubah rumahku yang sekarang hingga memiliki tujuh poin di atas,
aku perlu minta bantuan mbak Archa atau mbak Dian untuk mendesainnya nih biar ciamik hasilnya. Kalau
dideskripsikan ke dalam bahasa sederhana, rumah idamanku pengen kudesain dengan
tipe Japanese Minimalist Style, wkwkwk. Sekarang sih yang penting nabung dulu
biar bisa terwujud tujuh hal di atas. Bantuin doa dong, pals… siapa tahu salah satu doa dari teman-teman yang diijabah
Allah. Makasih yaaaa… J Sampai jumpa
di postingan berikutnya!
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Duh, desain rumahnya cantik-cantik mbak. Btw, jemurannya gak bisa buat jemur seprai..hihihi..
ReplyDeleteIya sih mbak, sepreinya dilaundry aja Kali ya.. hihi
DeleteMasyaallah, semoga terwujud ya keinginannya.
ReplyDeleteBtw, jemuran kyk gitu kyknya lama deh keringnya. Mending pasang di tempat yg tinggi biar cpt kering dan ga mengganggu space. Kalau pengalamanku yg sehari nyuci 2x sih begitu :)
Iya sih mbak, space nya itu yang kagak Ada.. kudu dibikin Dua lantai dulu ni rumah. Makasih doanya ya mbak, doa yang sama untukmu. :)
Deleteaamiin.. ga hrs lantai 2 say, cuma dipasangnya tinggian. njemurnya jd butuh kursi or tongkat sih jadinya :P
DeleteNah ntu.. bingung Cari space yang tinggi.. belakang tertutup.. kalau digantungin depan teras rumah berasa Kaya toko baju wkwk..
DeleteWah bener aku juga suka buku han se ju di drakor chicago typewriter itu, wah impian rumahnya bagus 😀
ReplyDeleteIya mbak. Yang bikin betah lihat Chicago Typewriter itu ya rumahnya yang house goal bangeeet hihihi.
DeleteSemoga terwujud ya mbak impiannya. Nulisnya udah detail bangey,, tinggal wujudin aja
ReplyDeleteAamiin..katanya kalau doa harus detail biar terwujud sesuai keinginan hehe. Makasih ya mbak.
DeleteWahhh..ulasannya komplit bgt. Semoga cepat terwujud rumah impiannya mbak.
ReplyDeletePlg suka pojok kerjanya. Kereeen
Huum mbak.. mupeng punya corner desk begitu.. semoga one day.. :) makasih mbak doanya :)
DeleteKalo dirimu punya 7 checklist, aku punya 5 doang..haha
ReplyDeleteby the way, semoga suatu hari terwujud ya rumah2 impian kita
smoga tercapai ya mbak apa yg mbak marita inginkan
ReplyDeleteWah akupun mupeng sama rumah yg di Chicago Typewriter! Banyak temennya ternyata, hahaha..
ReplyDeleteAaamiiin, turut berdoa sekencang-kencangnya nih. smoga rumah impiannya terwujud ya:)
ReplyDeleteHidden wardrobe sama dapur minimalisnya bikin mupeng banget :D
ReplyDeleteJemurannya unik ya...semoga segera terwujud mba
ReplyDeletemini library nya kece euy
ReplyDelete