Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulillah memasuki
bulan Oktober 2017, Blogger Muslimah Indonesia mengadakan kembali program One
Day One Post. Lagi-lagi aku kembali menantang diri sendiri untuk bisa
mengikutinya. Setelah dua bulan lalu akhirnya keok di jalan, boro-boro sampai
sebulan, kayanya seminggu saja tidak tercapai deh. Bismillah semoga bulan ini
bisa menaklukkan tantangan yang kubuat sendiri.
Sebagaimana ODOP dua
bulan lalu, tidak ada tema yang harus disetor setiap harinya, kecuali di hari
pertama ODOP. Kali ini tim admin memilih tema ‘Jangan Lupakan Sejarah’ untuk
dikunyah para peserta. Sepertinya para peserta diajak untuk merasakan momen
yang akhir-akhir ini sedang banyak diberitakan di lini masa, mengenai
diputarnya kembali film G30S PKI sebagai salah satu sarana pengajaran sejarah
bagi generasi muda yang mulai gagap akan peristiwa 52 tahun yang lalu tersebut.
Sejarah… mau tidak mau,
suka atau tidak suka, kita harus memaksa diri kita mengetahuinya. Karena
sejarah adalah aliran dan sebab yang membawa diri kita ke masa ini. Bahkan
kalau kita mau melongok ke dalam kitab suci kita, ada banyak sejarah yang
diceritakan di dalamnya. Kisah mengenai nabi-nabi pada jamannya yang tentu saja
membawa hikmah dan pelajaran yang bisa diambil untuk kehidupan kita saat ini.
Aku baru saja
menuntaskan menonton serial Criminal Minds versi Korea. Drama dengan 20 episode
yang dibintangi oleh Lee Jun Ki itu menceritakan tentang tim sebuah agen
penyelidik kejahatan yang terdiri dari para profiler handal untuk menemukan siapa
pelaku kejahatan tersebut. Para profiler itu merupakan polisi dan agen terlatih
yang mempelajari tentang psikologi kejahatan. Mereka mencoba berpikir sebagai pelaku
kejahatan, mengira seperti apa postur tubuhnya, dan apa yang mendasari
perilakunya.
Yang aku ambil dari
drama ini adalah bahwa setiap pelaku kejahatan selalu memiliki sejarah mengapa
ia pada akhirnya melakukan kejahatan tersebut. Tak sedikit yang kemudian
memilih menjadi pembunuh, pemerkosa atau bahkan tumbuh menjadi psikopat
dikarenakan masa kecilnya yang suram. Orang tua yang tidak perhatian, orang tua
yang pilih kasih, orang tua yang selalu menyakiti baik secara verbal maupun
fisik, orang tua yang melakukan pelecehan seksual dan masih banyak lagi alasan
lainnya. Tentu saja hal tersebut memang tidak bisa menjadikan kita kemudian
membenarkan perilaku jahat mereka, namun setidaknya kita bisa belajar dari hal
tersebut bahwa apa yang kita tanam hari ini akan kita tuai di kemudian hari.
Apakah kita ingin
mencetak mesin-mesin pembunuh, manusia-manusia yang sakit batinnnya,
manusia-manusia yang kehilangan empati hanya karena kita mencetak sejarah yang
buruk dalam hidup anak-anak? Bisa saja saat ini kita tak sengaja menorehkan luka
karena kita sendiri juga memiliki sejarah yang sama buruknya. Namun apa kita
harus terus memelihara sejarah ini agar terus berulang dan berulang lagi? Tidak
kan? Sudah saatnya kita putus mata rantai tersebut dan menciptakan sejarah yang
indah demi masa depan anak-anak kita.
Belum terlambat untuk
memulainya. Lakukanlah tujuh hal di bawah ini dan bersiaplah untuk menyambut
sejarah baru bagi kehidupan kita dan anak-anak.
Satu, kunci inner child yang kita miliki.
Jika kita memiliki
inner child yang seringkali mengganggu proses pengasuhan pada anak-anak kita.
Segera temukan solusi untuk mengunci inner child tersebut. Maafkan kesalahan
orang tua kita di masa lalu dan terima setiap perih serta sakit yang pernah
terlewati sebagai bagian dari takdir Allah yang harus kita jalani. Bahwasanya
tidak ada satu hal pun yang terjadi tanpa ijin Allah, yakinlah apa yang kita
lewati merupakan bagian dari pendewasaan diri. Jika sudah sangat mengganggu
bahkan mungkin telah melampaui batas normal yang membuat kita menyakiti diri sendiri
dan anak-anak, konsultasikan kepada ahlinya. Jangan malu untuk datang ke
psikolog atau psikiater jika memang dibutuhkan. Buang jauh stigma tentang ‘gila’.
Jika badan yang sakit membutuhkan obat untuk kembali sembuh, maka jiwa yang
sakit pun juga membutuhkan obat yang tepat untuk kembali damai.
Dua, minta maaflah pada anak-anak.
Perlakukan anak-anak
kita sebagaimana kita ingin diperlakukan. Bagi teman-teman yang memiliki
keluarga harmonis saat kecil, bersyukurlah jika tidak ada luka yang tertorehkan
sehingga saat ini bisa mengasuh anak tanpa perlu dibayang-bayangi sejarah yang
buruk. Namun bagi teman-teman yang memiliki catatan sedih di masa kecil hingga
berpengaruh pada cara mengasuh anak-anak. Jangan berlarut dalam kesedihan dan
penyesalan. Menyadari bahwa apa yang kita lakukan adalah kesalahan adalah
langkah awal yang paling baik. Peluk anak-anak kita dan mintalah maaf kepada
mereka. Berjanjilah bahwa kita akan berusaha untuk menjadi orang tua yang lebih
baik bagi mereka.
Tiga, perbanyak aktivitas positif.
menghadiri kajian ilmu; salah satu kegiatan positif yang aku lakukan |
Seringkali kita terlalu
lama terjebak dengan sejarah masa kecil yang menyakitkan karena kita enggan
dari zona tersebut. Menutup diri dari lingkungan, menganggap tidak ada yang
memahami kita, merasa berbeda dari orang lain justru akan semakin membuat kita
terus terperangkap pada keadaan yang sama setiap harinya. Keluar dari zona
tersebut, lakukan banyak hal sehingga kita tidak lagi punya waktu untuk
mengingat masa lalu yang pedih. Ikutlah banyak kegiatan positif seperti hadir
pada kajian agama, seminar parenting, kelas kreatifitas (merajut, menjahit,
blogging), dsb. Memperbanyak bacaan parenting dan melakukan ibadah juga merupakan
sarana untuk menjaga kesehatan jiwa agar proses mengasuh anak tetap pada
jalurnya. Semakin banyak ilmu yang kita miliki mengenai pola asuh yang baik
akan membantu kita memiliki alarm ketika akan berbuat di luar jalur. Awalnya
mungkin hal-hal tersebut tidak akan berpengaruh secara instan, namun dengan
berjalannya waktu, semakin banyak hal positif yang kita lakukan akan mengubah
kehidupan kita ke arah positif. Jika sebelumnya kita sering marah-marah ke
anak, perlahan kita akan mulai bisa menata emosi kita. Jangan kaget jika
setelahnya anak akan jadi sering menempel dan bilang ‘aku sayang bunda’.
Empat, praktekkan 1821.
Sudah pernah dengar
tentang Program 1821 yang diperkenalkan oleh Abah Ihsan Baihaqi? Sebuah program
yang bertujuan untuk kembali mendekatkan orang tua dan anak-anak. Mengingat
sekarang ini banyak sekali anak-anak yang haus kasih sayang orang tuanya meski
serumah dan dua puluh empat jam ada di dekat orang tuanya, muncullah ide 1821
ini. Jika sejak pagi, entah sengaja atau tidak, kita telah memisahkan diri
dengan anak-anak kita karena adanya gadget, televisi, kompor dan segala macam
benda-benda kotak, pada zona waktu 18.00 – 21.00 singkirkanlah semua benda
tersebut, dan lakukan 3B bersama anak; bermain, belajar, dan bercerita. Jika dilakukan
secara konsisten 1821 ini sangat membantu untuk mengembalikan keharmonisan
hubungan orang tua dan anak.
Baca juga; LiburanHemat bersama Program 1821
Lima, berjamaah jauh lebih indah.
Teman-teman sholihahku |
Masalah yang paling membahayakan adalah ketika kita tidak sadar akan hadirnya masalah tersebut. Maka bersyukurlah jika kita menyadari ada masalah dalam pola pengasuhan kita terhadap anak-anak. Dengan menyadari masalah tersebut, kita akan lebih mudah untuk mau belajar dan bergegas menyelesaikan masalah tersebut. Namun ada kalanya ketika kita telah menemukan solusi dari masalah tersebut dan berusaha menjalani tahapan demi tahapan, kita merasa sangat lelah. Tenang, sudah kodratnya manusia memiliki iman dan semangat yang seringkali naik dan turun. Maka untuk menjaga semangat kita dalam proses perbaikan diri sebagai orang tua, berjamaahlah! Cari komunitas parenting, perluas jejaring pertemanan kita, kumpulkan semakin banyak teman-teman sholih yang bisa mengingatkan kita dalam kebaikan dan kesabaran. Sehingga ketika semangat kita sedang turun, ada teman-teman yang senantiasa merangkul dan memberikan suntikan semangat kepada kita. Jangan lupa peran serta pasangan dalam menciptakan sejarah yang baik untuk anak juga sangat berperan. Jadi, ajak pasangan untuk ikut serta dalam setiap proses belajar, dan ajak ia untuk membantu diri kita memaafkan segala macam masalah di masa lalu.
Enam, sabar dan istiqomah.
Tidak ada senjata yang
paling ampuh selain bersabar. Sabar itu tak memiliki batas, maka saat lelah
menghampiri, perbanyaklah istighfar. Terus melatih diri untuk bersabar atas ketidakmampuan kita melupakan masa kecil yang
pahit, bersabar atas keinginan untuk memarahi anak, bersabar atas segala hal
yang melemahkan perjuangan kita. Hanya sabar yang akan membawa kita menuju gerbang
keistiqomahan. Tidak mudah, namun juga bukan berarti tidak mungkin. Untuk memelihara
sabar, ada baiknya setiap kali kita berhasil menahan amarah kepada anak, atau
menahan diri untuk tidak menyakiti anak, beri hadiah kepada diri sendiri.
Misalnya, jika hari ini aku berhasil untuk tidak menghardik anak, aku akan mandi
lima menit lebih lama atau jika hari ini aku berhasil untuk senyum ketika anak tantrum,
aku berhak mendapatkan satu es krim yang paling mahal.
Tujuh, sebaik-baik penolong
adalah Allah Subhanahu Wata’ala.
Tidak ada tempat
bersandar selain Allah. Kita hanya bisa melakukan ikhtiar sebaik dan semaksimal
mungkin, namun tetap saja penjaga terbaik adalah Allah. Maka berserah diri pada
setiap takdir dan ketetapanNya akan membuat kita jauh lebih legawa. Pintakan
ampunan untuk kedua orang tua kita yang mungkin pernah menoreh luka hingga
membekas dalam dan membawa pengaruh pada cara kita mengasuh anak-anak. Pintakan
ampunan untuk diri sendiri karena kurangnya ilmu dalam mengasuh anak-anak, minta
pada Allah untuk mengarahkan kita pada
jalan yang lurus. Minta perlindungan pada Allah agar anak-anak tumbuh menjadi
pribadi yang baik, bahagia dalam hidupnya dan tentu saja generasi yang sholih
dan sholihah.
Mungkin tujuh hal di
atas terdengar klise, namun tidak ada salahnya mencoba kan? Semoga kita selalu
melindungi diri kita dan anak-anak dari sejarah buruk yang menorehkan luka.
Terima kasih telah membaca, dan sampai jumpa di postingan berikutnya, pals.
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Tulisan ini
diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah.
Masya Allah...keren banget mba artikelnya
ReplyDeleteAlhamdulillah.. makasih mbak Hapsari :)
DeleteSubhanallah .... Benar sekali, Mbak. Kalau bukan kita, orang tua yang mengukir sejarah baik untuk mereka, lantas siapa lagi? Perilaku anak kelak, bergantung pada apa yang kita tanam pada mereka dari dini.
ReplyDeleteIya mbak. Semoga Kita bisa menjadi orang tua yang mencetak sejarah2 baik untuk anak2 Kita.
DeleteSemua orang tua harus tahu dan paham cara ini. Karena memang sebagian besar pelaku kriminal memiliki sejarah buruk di masa kecil.
ReplyDeleteIya mbak, jangan sampai tanpa Kita sadari Kita menciptakan sejarah yang membekas di hati anak2 krn penuh Luka.
DeleteMasyaAllah. Terima kasih mbak berisi banget artikelnya. Jadi tambah ilmu. Terima kasih ya. Dan salam.kenal ;)
ReplyDeleteAlhamdulillah. Sama-sama mbak :)
DeleteSalam kenal juga CikGu :)
TFS mbak...masih buanyak bgt PR ku nih sebagai ortu. Semoga anak2 kita js generasi yg tangguh dan penuh cinta
ReplyDeleteYou're welcome. Toss mbak, PR ku juga banyak banget. Aamiin.
Delete1821 nya keren deh :D tapi aku mah gabisa secara jam2 segitu adl jam paling sering aku pegang gadget :D
ReplyDeleteDemi anak-anak harus bisa, meski tangan gatel, hehe.. :)
DeleteKarena yang sulit dilakukan itulah yang tersimpan berkah luar biasa :)
Aku suka nasehatin adikku kalau kesal atau capek jangan marahin anaknya yang setaun dua bulan ama dua tahun dua bulan, dia malah bilang tth mah belum ngerasain katanya, cuma kalau aku kayanya mikir berapa kali soalnya nunggu anak satu aja belum dateng-dateng 😊
ReplyDeleteInner child... ini yg masih jadi PR buatku ni mbak... harus lebih banyak ilmu buat ngilanginnya deh ya...tfs mba
ReplyDeleteHuff.. Berat ya mengukir sejarah yang baik untuk anak. Thanks for sharing :)
ReplyDeleteOrang tua adalah panutan bagi anak-anaknya ya, mba.
ReplyDeleteJangan sampai sbg ibu, kita hanya mengukir sejarah kelam di hidup mereka. Nadzubillaah
Belum bisa rutin melakukan 18-21 nih mbak. Kadang pas harus uprek di dapur, membersihkan rumah atau malah lagi lelah jiwa raga setelah seharian berakfitas.
ReplyDeleteMasih cari manajemen yang pas untuk mengatur jadwal.
Tujuh cara menciptakan sejarah baik bagi anak itu keren banget, semoga kita bisa melakukan itu secara rutin dan disiplin ya.
ReplyDelete