Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Hi, pals. Seminggu yang lalu tepatnya hari
Kamis, 19 Oktober 2017, di RT-ku mengadakan pengajian bulanan ibu-ibu.
Alhamdulillah meski awalnya keder, sudah jalan dua tahun ini aku dipercaya
untuk menjadi penanggungjawab kegiatan pengajian bulanan ini. Majelis Taklim
Zahira namanya. Nama tersebut disematkan oleh Ustadzah Julan Hardiansari alias
Ibu Rusmanto biasanya dipanggil di wilayah RT kami. Beliau adalah pengisi tetap
pengajian bulanan. Ya kalau di dekat rumah sudah ada guru yang mumpuni, nggak
perlu jauh-jauh kan cari guru, hehe. Aslinya ini memudahkan diri sendiri sih
biar nggak perlu cari pembicara dari luar, wkwk.
Qodarullah
Ustadzah Julan atau biasa juga disebut bu Wulan, (mungkin di Jawa aneh diucap
ya nama beliau, hehe…) jadwalnya padeeeeet sekali. Setiap hari pasti beliau
diminta mengisi kajian di banyak tempat. Saking sibuknya seringkali beliau
kelupaan kalau setiap Kamis minggu ketiga adalah jadwal pengajian bulanan
Majelis Taklim Zahira. Beruntung sejak ikut liqo, aku mulai mengoleksi
nomor-nomor ustadzah yang bisa aku mintai bantuan untuk mengisi kajian saat bu
Julan berhalangan.
Begitu juga
Kamis minggu lalu, bu Julan berhalangan hadir untuk berbagi ilmu dengan kami.
Akhirnya aku pun mengabari Ustadzah Lia untuk berkenan mengisi kajian di tempat
kami. Gayung pun bersambut. Meski susunan acara harus kami balik agar pas
dengan jadwal beliau, namun Alhamdulillah acara berjalan sangat lancar. Bahkan
aku lihat ibu-ibu yang lain pun sangat enjoy mendengarkan tausiyah dari beliau.
Satu hal yang
menggelitik saat itu adalah ketika bu Lia mengingatkan untuk selalu bawa buku
dan pena saat hadir dalam kajian ilmu. Ikatlah ilmu tersebut dengan menuliskannya.
Karena dijamin kalau cuma didengarkan aja, selang beberapa menit pasti ilmu
tersebut lenyap. Dengan mencatatnya, kita bisa membaca ulang lain waktu, atau
kita bisa membagikannya kepada anak-anak, suami dan kerabat-kerabat kita.
Memang sih hampir
semua ibu-ibu yang hadir cuma melongo dan nggak bawa buku catatan sama sekali.
Sementara aku yang bertugas membuat resume setiap kajian pun sudah tiga bulan
ini nggak berhasil mencatat isi kajian karena sibuk megangin Affan yang mulai
jadi the explorer. Alhamdulillah
kemarin Affan bisa diajak kerja sama, jadi aku berhasil mencatat poin-poin
penting dari pengajian tersebut. Aku pikir materinya kece badai, jadi boleh ya
aku bagi di sini?
Mengenal 6 Ciri
Penghuni Surga
Saat itu
Ustazah Lia membagikan materi tentang ciri-ciri penghuni surga. Di dalam Quran
Surat Ali Imran ayat 16 -17, ciri-ciri penghuni surga telah dijabarkan sebagai
berikut;
Dari ayat
tersebut, bisa disimpulkan setidaknya ada enam syarat yang harus kita miliki
jika ingin menjadi penghuni surga.
Satu, Beriman
Pastinya ini
adalah syarat utama kalau kita mau jadi salah satu penghuni surga, dan nggak
bisa ditawar-tawar lagi. Tentunya kalau mengaku beriman, pastinya kita
menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menghindari apa yang dilarang
oleh Allah. Lebih dari itu kita beriman itu nggak cuma di lisan, tapi juga di
dalam hati dan perbuatan. Huhuhu, meski sederhana, rasa-rasanya BERIMAN itu
begitu dalam dan hanya Allah saja yang berhak menentukan soal keimanan
masing-masing manusia.
Tapi kita
bisa kok mengecek kadar keimanan dalam diri kita sendiri. Dalam Q. S Al Anfal
ayat 2 – 3 telah disebutkan ciri-ciri orang yang beriman, meliputi;
Bergetar ketika Allah memanggil. Nah,
coba jujur pada diri sendiri, selama ini kalau adzan berkumandang, kita
langsung bergegas ambil wudhu atau masih asyik dengan kegiatan yang kita
lakukan? “Aah, entar dulu lah, masih belum kelar nih nulisnya.” “Bentar lagi
deh, masih kurang dua halaman lagi kelar nih bacanya.” Kalau masih sering
keluar pernyataan begini kaya aku, banyak-banyakin istighfar yuk, pals.
Tentunya juga diiringi dengan memperbaiki diri agar kita bisa lebih baik lagi
ke depannya.
Bertambah keimanan ketika membaca ayat-ayat Allah.
Ini nampol banget euy, sehari bisa baca Al Quran berapa lembar? Or
jangan-jangan malah nggak sempat? Alasannya banyak kegiatan, bayi yang mulai
nggak bisa ditinggal dan sebagainya. Atau kalaupun sempat baca, kita hanya
sekedar baca dan nggak mau memahami ayat per ayat, mengambil hikmah dari ayat
yang kita baca, apalah lagi melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. Jewer diri
sendiri agar lebih banyak membaca Quran sekaligus menaati pedoman hidup yang
ada di dalamnya.
Bertawakal pada Allah. Orang yang
beriman itu ternyata adalah orang yang nggak pernah kecewa pada Allah jika
hasil yang kita minta tidak sesuai dengan usaha dan doa kita. Seringkali
mungkin kita pernah merasa, “udah sedekah, udah puasa sunnah, sholat nggak
pernah bolong, udah ini, udah itu, tapi kok aku minta begini Allah nggak kasih
ya.” Jleb banget ini. Apa ya kita lupa Allah yang paling mengetahui hal terbaik
untuk kita?
Sesuatu yang baik menurut kita belum tentu baik di mata Allah,
sesuatu yang kita benci justru bisa jadi adalah hal yang baik menurut Allah. Jadi yuk, belajar untuk
menerima semua yang telah ditetapkan oleh Allah, minta Allah atur hidup kita
dan mari menikmati kejutan-kejutanNYA. Tugas kita hanya ikhtiar dan doa
sebaik-baiknya, masalah hasil itu hak prerogratif Allah, pals.
Mendirikan Sholat. Bukan hanya
mengerjakan alias jengkang-jengking aja lo, sob. Sholat itu didirikan, artinya
nggak cuma tubuh kita yang dipakai. Hati, otak, dan semua bagian diri harus
tunduk dan lillahitaala. Dijelaskan lebih lanjut oleh bu Lia, kalau setelah
sholat kita masih aja demen marah, akhlak nggak tambah baik, maka bisa jadi
kita cuma mengerjakan sholat. Namun kalau kita benar-benar sudah mendirikan
sholat, insya Allah yang keluar dari dalam diri hanyalah kebaikan. Ingat kan
kalau sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar? So, selama ini sudah
benar-benar mendirikan sholat kah?
Menginfakkan Harta di Jalan Allah.
Allah akan melipatgandakan apa-apa yang kita infakkan di jalanNYA. Tidak ada
orang miskin hanya karena bersedekah. Tapi nggak ada duitnya sama sekali, terus
harus bersedekah pakai apa? Sedekah itu nggak melulu harus pakai materi kok,
pals. Senyum aja bisa jadi sedekah paling sederhana. Hanya dengan sebuah
senyum, kita bisa menenangkan tangisan bocah, menenangkan hati saudari kita
yang sedang kalut. Bersedekah bisa juga menggunakan ilmu, waktu, tenaga. So,
hayuk perbanyak sedekah J.
Dua, Meminta Ampun kepada Allah
Ciri penghuni
surga yan berikutnya yaitu manusia yang tak pernah lupa meminta ampun kepada
Allah dan meminta untuk dibebaskan dari api neraka. Nabi Muhammad Sholallahu
alaihi wassalam saja sehari bisa seratus kali beristighfar lo, pals. Padahal
beliau sudah dijamin masuk surga oleh Allah. La kita yang penuh dosa, hati
penuh iri dengki, berapa kali beristighfar bo? Cuma sekedarnya setelah selesai
sholat? Or malah istighfar terucap saat lihat kelakuan anak yang bikin kepala
cenut-cenut. Ibu-ibu banget nih yang suka begini…. “astaghfirullahal’azim to nang, kok naik-naik nang lemari piye kui…”
Setiap hari
kita beraktivitas, bertemu banyak orang.. pasti sengaja atau tanpa sengaja ada
saja dosa yang kita perbuat. Entah itu dosa kecil ataupun dosa besar. Semoga
kita jadi orang-orang yang nggak pernah bosan bertobat dan meminta ampun ya,
pals. Aamiin. Kalau kita mengaku pengikutnya nabi Muhammad, pastinya kita akan
selalu mengikuti apa yang beliau kerjakan to?
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)
“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Bu Lia saat
itu juga mengingatkan untuk tidak lupa membaca sayyidul istighfar, kalau yang
rajin baca doa al matsurat di pagi dan sore hari pasti sudah melekat nih
bacaannya.
Kalau yang
belum tahu tentang sayyidul istighfar, yuk belajar bareng dan mempraktekkannya
tiap pagi dan sore hari.
Barangsiapa mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia mati pada hari itu sebelum sore hari, maka dia termasuk penduduk surga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka ia termasuk penduduk surga.” (HR. Al-Bukhari – Fathul Baari 11/97)
“Ya Allah,
Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau sudah menciptakanku,
dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan berusaha selalu ta’at kepada-Mu, sekuat
tenagaku Yaa Allah. Aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan yg kuperbuat.
Kuakui segala nikmat yang Engkau berikan padaku, dan kuakui pula
keburukan-keburukan dan dosa-dosaku. Maka ampunilah aku ya Allah. Sesungguhnya
tidak ada yg bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Tiga, Memiliki Sabar tanpa Batas
Pernah nggak
sih kita dinasehati orang untuk bersabar, tapi kita menangginya dengan “sabar
terus, sabar kan ada batasnya.” Huhuhu, aku juga masih belajar terus nih biar
selalu sabar karena sabar yang sebenarnya itu ternyata tanpa batas, pals. Buat yang masih nggak sabaran kaya
aku, bisa lo mempraktekkan 7 cara latihan bersabar yang pernah aku ulas di
postinganku; Sabar Memang Tak Mudah, 7 Cara Ini Melatih Kita Untuk Bersabar.
Empat, Benar dan Taat
Ada tiga jawaban
ketika manusia diperintah taat kepada Allah dan RasulNya. Yang pertama, jawaban
dari orang mukmin: sami'na wa atho'na (kami dengar, kami taat), yang kedua jawaban
dari Bani Israil/Yahudi: sami'na wa ashoina (kami mendengar, tapi tidak
menaati) dan yang ketiga adalah jawaban dari orang munafiq: sami'na wa hum laa
yasma'uun (mereka berkata: "kami dengar" padahal mereka tidak
mendengarkan). Masuk kategori manakah kita? Semoga kita termotivasi untuk selalu
menjadi golongan pertama. Aamiin.
Saat
mendengar poin ini aku teringat pada sebuah kajian bersama Ustadz Felix Siauw
yang pernah aku ikuti dua tahun lalu. Saat itu beliau menyampaikan, “beragama itu pakai wahyu, bukan pakai nafsu.”
Maksudnya saat ada suatu masalah dalam hidup, cari saja solusinya dalam al
quran, hadits atau bertanyalah pada yang lebih berilmu, bukan sekedar
menggunakan nafsu dan logika kita. Menurutku begini baik kok, nggak usah saklek
banget lah, atau yang sering aku dengar nggak usah fanatik gitu deh. Terkadang
menggenggam kebenaran dan menjadi sebenar-benarnya dalam ketaatan memang berat,
pals. Tak jarang kita dijauhi teman
dan kerabat. Namun mana yang akan kita pilih, Allah dengan segala kebenarannya
atau manusia lain yang masih penuh katanya? The
choice is in your hands!
Lima, Menginfakkan Harta di Jalan Allah
Poin ini sama
dengan ciri-ciri orang beriman yang ada di atas ya, pals. Pokoknya jangan bosan-bosan deh sedekah, sedekah itu mudah
kok. Menunjukkan arah jalan pada orang yang nggak tahu arah saja sudah bisa
jadi sedekah. Permasalahannya mau atau tidak mau, karena semua orang pasti bisa
bersedekah.
Mau tahu
keutaman bersedekah dan ke mana tempat menyalurkan sedekah yang tepat? Mampir
ke sini dulu aja; Bersama LAZISBA, Bersedekah Jadi Lebih Mudah.
Enam, Bangun di Sepertiga Malam
PR banget nih
buat aku. Bangun di sepertiga malam sih sering, tapi bukannya ambil wudhu,
sholat malam dan perbanyak minta ampunan, malah langsung buka laptop ngerjain
tulisan mumpung anak tidur. So, jangan ditiru yeee.
Ada banyak
sekali keutamaan bangun di sepertiga malam lalu mendirikan sholat, salah
satunya dikabulkannya doa dan diampuni segala dosa. Mau banget kan pasti? Namun
yang enak-enak begitu nggak mudah dijalani, perlu niat untuk menjadikannya
kebiasaan. Katanya sih lakukan selama 40 hari tanpa henti, barulah hal tersebut
akan menjadi kebiasaan sepanjang hidup. Semoga kita dimudahkan untuk selalu bangun
di sepertiga malam lalu mendirikan sholat ya, pals. Aamiin.
Siapa sih
yang nggak mau masuk surga? Pasti cita-cita utama banget ya, pals. Namun untuk
menuju ke sana pastinya kita harus digodok dulu di dunia ini. Tinggal kita mau
nggak ikutin aturan mainnya Allah, kalau mau ya bersiaplah bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senang kemudian.
Katanya kan
kalau hadiahnya cuma permen sunduk ya ujiannya pasti gampang dilewati.
Berhubung hadiahnya surga, ya wajar kalau dunia ini penuh ujian dan godaan.
Kabar gembiranya semua manusia yang beriman pada Allah nantinya akan masuk ke
surga semua kok. Sebagaimana firman Allah pada Q. S Ali Imran (14) ini;
Cuma ada yang
perlu dicelup dulu di neraka sehari, dua hari, tiga tahun, atau sepuluh tahun.
Semua tergantung baik buruknya kita. Kalau nggak mau lama-lama di neraka, ya
hayuk kita perbanyak amal baik.
Semoga kita
di sini jadi penghuni-penghuni surga yang mudah melewati hari perhitungan ya, pals. Terus saling mengingatkan dalam
kebenaran dan kesabaran ya, pals. Semoga bertemu lagi di jannah-Nya kelak.
Aamiin.
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
#ODOPOKT21
Fine sìip
ReplyDelete