Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulillah akhirnya kelar juga tanggungan PR ku, sampailah pada periode kesepuluh #ArisanBlogGandjelRel. Tema kali ini mengangkat tentang penulis favorit. Bukan tema yang sulit sebenarnya, secara dari jaman bisa mengeja, aku suka banget baca buku. Yang sulit itu menentukan siapa penulis favoritku.
Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, atau malah Sutan Takdir Alisyahbana... Berhubung dulu waktu SMA aku masuk ke kelas Bahasa, baca novel dan cerpen sastra sudah jadi kewajiban. Dari sastra kuno sampai yang saat itu lagi in. Apalagi saat memutuskan masuk Sastra Inggris, membaca karya Charles Dickens, William Shakespeare, Tennese Williams sudah jadi makanan sehari-hari. Tapi tetap saja aku merasa nggak punya penulis favorit, ya buatku semua penulis itu keren dan punya sisi kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Berhubung mbak Irfa Hudaya Ekawati dan mbak Dani Ristyawati nanyain melulu siapa penulis favoritku, ya sudah lah aku berusaha menjawabnya. Dan setelah berhari-hari mempertimbangkan jawaban, akhirnya aku putuskan memilih ketujuh nama penulis berikut ini sebagai penulis favoritku.
Seno Gumira Ajidarma
foto bukan milik pribadi karena buku SGA tak kembali setelah dipinjam teman, hiks |
Aku selalu jatuh cinta dengan goresan kata-kata SGA. Dunia Sukab, Saksi Mata, nggak pernah bosan aku membaca kembali satu demi satu cerpen miliknya. Kata-katanya penuh isi dan makna, terkesan berat tapi mudah diterima akal. Saat masih main teater jaman kuliah dulu, paling senang nonton EMKA, teaternya anak sastra Undip ketika mengangkat cerpennya SGA dalam bentuk pementasan. Nggak cuma teater, karya si pendekar cerpen kelahiran Boston ini juga sudah ada yang difilmkan, sebut saja Biola Tak Berdawai dan Jangan Menyanyi di Kamar Mandi. Sayangnya koleksi buku SGA ku dipinjam teman dan tidak kembali, nyesek banget. Kalau ingat soal ini rasanya pengen nangis gero-gero, huhuhuhu.
Tere Liye
Aku termasuk fans telatnya Tere Liye. Awalnya aku pikir novel-novel karyanya isinya cuma novel roman menye-menye yang nggak banget. Males banget deh pokoknya disuruh baca bukunya doi dulu. Hingga suatu hari aku nekat membeli salah satu buku Seri Anak Mamak yang Burlian, Sepotong Hati yang Baru dan Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Semua asumsiku tentang Tere Liye pun terpatahkan, ternyata memang bang Darwis ini keren banget.
Tulisannya mengalir dan bisa mengajak pembaca untuk ikut masuk ke dalam tulisannya, masuk menjadi pemeran dalam karyanya, merasakan apa yang dialami oleh para pemerannya. Kalau sudah baca bukunya Tere Liye rasanya nggak mau berhenti, anak nangis aja pengennya dicuekin deh, hihi. Setiap kali baca buku Tere Liye aku nggak bisa nunggu sampai besok, maunya sekali baca langsung selesai, karena selalu penasaran dan merasuk banget deh ke sukma. Lebay dot com.
Belum semua karyanya aku baca sih, namun dua bukunya yang paling akhir aku beli; Rindu dan Tentang Kamu jelas langsung masuk ke daftar bacaan favorit. Kalau disuruh menggambarkan karya Tere Liye dalam satu kata, aku cuma punya kata KOMPLIT. Dia bisa menyisipkan tentang agama tanpa terkesan menasehati, dia bisa menggambarkan soal ekonomi dan hukum dengan cantik tanpa terkesan berat. Dia bisa menyentil pembacanya untuk lebih menghargai hidup tanpa terkesan menceramahi. Pokoknya #IStandwithTL daah.
Semoga pemerintah segera mengevaluasi masalah pajak untuk penulis sehingga aku masih bisa menikmati tulisan-tulisan Tere Liye. Habis ini kudu borong bukunya doi nih sebelum lenyap di pasaran.
M. Fauzil Adhim
Beliau banyak menulis buku tentang pernikahan dan parenting. Setiap kali membaca buku-buku beliau aku seperti bertemu dengan sosok ayah yang lembut namun tegas sedang berbincang dengan anaknya. Bahasanya kuat, penuh dengan referensi agama yang tepat namun mengalir. Membaca buku dengan bahasan berat tapi berasa lagi baca novel menurutku. Berbeda lagi kalau ketemu langsung dengan Ustad Fauzil Adhim dalam menyampaikan tausiyah, suaranya menggelegar dan bersahaja. Meski tetap menarik, namun kalau disuruh memilih, aku lebih suka menikmati tulisannya daripada datang langsung ke kajiannya… piss yo pak Ustad, hehe.
Hanum Rais
Seperti juga tanggapanku pada Tere Liye, awalnya aku pun pesimis dengan karya Hanum Rais. Paling begini, paling begitu.. belum-belum aku sudah berasumsi terlebih dahulu. Saat tahu karyanya mau difilmkan, aku memang sengaja nggak beli bukunya terlebih dahulu karena takut kecewa kalau filmnya jauh dari isi buku. Setelah kelar nonton 99 Cahaya di Langit Eropa dan lumayan menarik hati, aku cuzz beli bukunya. Wah, ternyata menarik sekali… film dan bukunya tidak berbeda jauh. Tulisan Hanum Rais pun begitu jujur dan mengalir, suka sekali.
Namun dibanding 99 Cahaya di Langit Eropa, aku jauh lebih suka Bulan Terbelah di Langit Amerika. Ada perbedaan mendasar antara film dan bukunya, karena sebetulnya BTDLA ditulis lebih dulu daripada 99 Cahaya. Namun filmnya mampu mengadaptasi novelnya dengan baik. Baik novel dan filmnya memiliki kekuatan tersendiri. Dari BTDLA ini aku semakin suka sama tulisannya Hanum yang nggak neko-neko tapi pesannya dapat banget.
Kiki Barkiah
Lagi-lagi aku sempat males beli buku-bukunya beliau. Kayanya aku kebanyakan suuzon ya, hehe. Tapi setelah baca satu buku, ternyata nggak nahan buat baca buku berikutnya. Hingga sekarang aku lagi menyelesaikan membaca buku terbarunya. Sama kaya Hanum Rais, tulisan mbak Kiki itu sederhana, nggak neko-neko, jujur dan mengalir. Memang ya yang ditulis dari hati pasti langsung mengena ke hati. Buku-buku mbak Kiki benar-benar obat mujarab saat tiba pada titik terendah ketika mengasuh anak.
Suzue Miuchi
Ada yang tahu siapa dia? Yang penggemar manga mungkin tahu. Di antara sekian manga, aku cuma suka Detective Conan dan The Glass Mask alias Topeng Kaca. Nah Suzue Miuchi ini penulisnya Topeng Kaca. Aku suka banget sama komik ini karena bikin aku semangat main teater. Komik ini memang isinya tentang pementasan drama dan endebra endebrenya. Bagaimana si tokoh utama dengan bakatnya yang begitu mudah memainkan satu karakter ke karakter lain. Membaca komik ini berasa aku masuk ke dalam hidup si tokoh utama. Komik ini udah jadul banget, tapi sekarang dicetak ulang. Pengennya koleksi tapi baru dapat setengah doang. Dan sedihnya, Topeng Kaca ini nggak jelas endingnya karena si Miuchi udah kadung meninggal duluan sebelum menulis akhir kisahnya. Oya, di Jepang komik ini sudah ada versi kartun dan serial dramanya lo. Aku kalau kangen main teater, suka nonton serialnya di YouTube hehe.
El Hadiansyah
Baru dengar namanya kali ini? Wajar kalau belum pernah denger karena dia menerbitkan buku-bukunya lewat penerbit indie. Nama aslinya Sulhadi. Lelaki asal Kudus ini kakak kelasku waktu kuliah dan mentorku di teater. Doi yang dulu sering nyemangatin aku untuk tetap menulis. Dia juga pernah bikin proyek menulis novel bareng. Jadi tiap penulis berkewajiban untuk melanjutkan tulisan teman sebelumnya. Meski akhirnya mandheg di tengah jalan karena anggotanya sibuk dengan kerjaan masing-masing.
Saat ini pun dia sudah tidak lagi menerbitkan buku secara indie, kesibukan pekerjaannya di salah satu provider nasional juga sebagai bapak dari dua orang anak laki-laki sepertinya sudah menyingkirkan semangatnya menulis. Walau beberapa kali aku baca di facebook, katanya sih doi kangen nulis lagi. Aah, semoga saja dia menulis lagi, aku termasuk fans garis keras yang menunggunya berkarya lagi. Fyi, waktu doi menikah, souvenirnya aja berupa buku saku yang isinya tentang kisah cintanya doi sama sang istri, so sweeeet banget daah!
Selain Sulhadi, sebenarnya aku punya satu teman penulis favorit lagi. Namanya Ruli Mardiyanto a.k.a Innoy. Kakak kelas juga waktu kuliah. Aku selalu suka sama puisi-puisinya. Coba dia nerbitin puisi-puisinya, bakalan aku beli deh. Dulu waktu kuliah aku envy banget pengen bisa mentas bareng doi, dan akhirnya terlaksana justru setelah lulus kuliah. Pengalaman tak terlupakan bisa pentas bareng idola, wkkwkw.
Di antara ketujuh penulis ini, adakah yang menjadi penulis favorit kalian juga, pals? Btw, mbak Irfa juga penulis buku yang keren lo. Aku punya salah satu bukunya yang berjudul The Beloved Aisyah. Membaca buku tersebut, aku jadi tambah semangat untuk semakin mengenal Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam beserta para ummul mukminin. Kalian sudah baca belum buku mbak Irfa?
Sampai jumpa pada postingan berikutnya dan #ArisanBlogGandjelRel berikutnya yaaa...
Wassalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Wah Mbak Marita emang anak sastra sejati..seleranya bacaannya beragam :D
ReplyDeleteWkwkkw.. apa aja dilahap yang penting enak dibaca..
DeleteSamaan Tere Liye
ReplyDeleteJaman masih merantau di luar.
Penganten baru udah online aja.. wkwkw..
DeletePenulis buku impornya malah ga terpilih sebagai favorit ya mba?
ReplyDeleteAku suka Conan. Hahaha..
Kayanya aku salah jurusan mbak, harusnya masuk Sastra Indonesia wkwkw
DeleteSelalu suka dengan tulisan tulisanmu Mbak Marita, teruslah menulis mbak!
ReplyDeleteMatur suwun. Insya Allah :)
DeleteSemua penulis yang ditulis di sini belum ada satupun yang saya baca bukunya. Tapi memang karena minat baca saya mulai menurun, sih :)
ReplyDeleteIyakah mbak? Saya juga nggak seproduktif dulu sih bacanya.. satu buku kdg bisa berbulan2 baru selesai.
DeleteWah sama penulis favoridku Bang Tere Liye, ustad M. Faudhil Azim, teteh Kiki Barkiah. Tosss kit bun 🙋
ReplyDeleteTosss
DeleteWah sama penulis favoridku Bang Tere Liye, ustad M. Faudhil Azim, teteh Kiki Barkiah. Tosss kit bun 🙋
ReplyDeleteWah banyak yg samaan selera kita kecuali yg kakak kelasmu itu nak jrlas belom baca klo tu hahahha...
ReplyDeleteHahaha.. yo mesti.. :D
Deletedari yg diatas baru baca yang punya tere
ReplyDeleteGak kekinian banget soale ya kl belum baca bukunya Bang Tere hehe.
DeleteSama mbak, saya juga telat ngefans sama kang Darwis Tere, hiks.. biarlah, daripada ngga sama sekali, hihi
ReplyDeleteKirain aku doang yg telat ngefans hehe.
DeleteEtto... keleksi bukunya banyak e, Mbk Marita, hee
ReplyDeleteSejauh ini, ku masih punya dan suka bukunya Bang Tere Liye, Mbak,
buat penulis lainnya belum punya koleksi bukunya hhee
Haha.. buat diwarisin ke anak2 ntar mbak :D
Deleteyang sering denga,r penulis tere liye mbak.. tapi belum kesampaian baca buku beliau..Kalau Hanum Rais saya kenal dari novelnya yang difilmkan.. masih coba bisa menikmati tulisan fiksi mbak hehe.. sukses mbak..
ReplyDeleteSaya malah ngurangi baca fiksi, makanya paling baca punya Tere Liye krn muatannya oke. Kalau mbak Hanum malah based on true story itu.. :)
DeleteWeisss mba marita anak teater ni yeee... ak jg pgn ikut teater dl mba. Tp kalah sama pengen ngeband e. Hahahaa. Anak sastra yg gak nyastra aku ini apa yak? Dari sekian buku diatas yg samaan bukunya bang tere liye. Dan kolpri kita pun sama pulak. Tosss dl aaah sama mba ririt 🤗
ReplyDeleteLah kok sama.. aku dulu antara mau milih musik apa teater.. tp yang masuk music keren2 akhirnya minder hehe.. masuk teater aja yg anaknya aneh2 hehe..
DeleteTos dong kita sama-sama suka mbak Hanum 😊
ReplyDeleteWaaaa... Makasih yaa udah baca bukuku :)
ReplyDeletekalo tere liye itu bak angnes mo, selalu berkembang dengan ide2 baru. dan nuansa yang baru pula.
ReplyDeletesamaan suka detective conan :D
ReplyDeletesalam kenal dari ema ya mbak marita ^^