Assalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Hari kedua di bulan Agustus aku merasa semangat hidupku terbarukan. Sedari pagi aku mengingat project-project yang aku tuliskan di NHW #9. Aku bertanya kepada diri sendiri, apa bisa kujalankan satu demi satu project tersebut, mana dulu yang harus aku jalankan, bagaimana memulainya, dan berbagai pertanyaan lainnya.
Aku bertekad tidak perlu menunggu besok, aku harus segera memulai yang bisa aku mulai, tanpa nanti dan tanpa tapi. Akhirnya aku putuskan untuk memulai Belajar Blogging Bareng sebagai project pertamaku. Ada sedikit rasa khawatir jika aku mengecewakan teman-teman yang antusias untuk bergabung menjadi partner belajarku. Bagaimana jika aku tidak bisa memfasilitasi keingintahuan mereka, dan sebagainya. Bismillah, sesuatu yang tidak pasti tidak patut untuk dikhawatirkan.
Jika bukan karena kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch #4, aku tidak akan mungkin memiliki keberanian seperti ini. Aku yang ngeblog saja masih banyak bolongnya, yang tulisannya tidak wah, yang desain blognya juga begitu saja, mana berani memulai sebuah proyek belajar ngeblog bersama? Namun karena matrikulasi, semua kegalauan tadi lenyap tanpa sisa. Aku harus kembali kepada niat awalku bahwa berbagi tidak perlu menunggu sukses, yang sedikit bisa jadi bermanfaat bagi orang lain.
Selain melahirkan keberanian yang tak pernah kuduga, kelas matrikulasi juga semakin menyadarkanku arti pentingnya kebersamaan. Betapa selama ini aku seringkali menduakan anak dan suamiku untuk aktivitas-aktivitas yang tiada manfaat, hanya demi me time. Saat suamiku pulang, bukannya aku sambut dengan senyuman manis, aku justru meninggalkannya untuk berduaan dengan gadget dan kupasrahkan anak-anak padanya. "Gantian ah, capek." Padahal ia sudah seharian pergi mencari nafkah.
Karena matrikulasi, aku mulai belajar merapalkan mantra IIP; banyak bemain bersama, banyak berkegiatan bersama dan banyak ngobrol bersama. Ternyata mantra ini memang manjur. Lelah yang tadinya menumpuk tetiba menguap saat melihat keceriaan anak dan suami berkumpul bersama. Bermain petak umpet dan tebaik-tebakan; sederhana namun membawa banyak cinta.
Dari matrikulasi pula aku belajar berkomunikasi lebih baik dengan suami. Betapa sebuah anugerah memilikinya sebagai imamku, maka sungguhlah tak pantas ketka aku selalu berbagi beban kepadanya. Kebahagiaan lah yang layak menjadi hadiah setiap harinya ketika ia kembali menemui kami setelah seharian menyingsingkan lengan baju demi menafkahi kami. Aku mulai belajar mengerem mulut untuk tidak bercerita hal yang akan membuatnya turut bersedih atau tidak nyaman bersamaku. Ketika dia pulang meski tidak ada segelas teh hangat tersedia, aku berjanji akan selalu tersenyum manis menyambutnya. Bahkan ketika ia pulang terlambat sekalipun.
Lewat matrikulasi aku juga belajar bahwa menjadi ibu rumah tangga itu bukan pekerjaan sederhana, bukan pekerjaan yang bisa disambi dengan main-main. Semua harus dilakukan dengan serius dan profesional. Menetapkan kandang waktu, menentukan prioritas, memaksimalkan jam kerja, disiplin serta konsisten kepada komitmen. Menjalaninya aku jadi sadar betapa jika aku terus mempertahankan hasil belajarku, aku tidak akan pernah merasa kehabisan waktu. Aku bisa memaksimalkan potensi yang kumiliki sembari tetap membersamai anak-anak menjadi fasilitator belajarnya.
Berkat matrikulasi pula aku disentil untuk lebih bersungguh-sungguh di dalam. Selama ini aku terlalu santai, melakukan kewajibanku sebagai seorang ibu dan istri secara sekenanya hanya demi menuntaskan kewajiban. Dan hasilnya? Semua keteteran. Aku di rumah, namun aku tidak terpaut dengannya. Ketika aku mulai belajar bersungguh-sungguh di dalam, sebuah keajaiban terjadi. Semua yang awalnya nampak sulit, tak beraturan dan penuh keluhan, berubah menjadi dunia yang nyaman dan tentram. Bonusnya, ada banyak rezeki yang hadir tanpa terduga. Rezeki yang tak hanya berupa materi, namun sesuatu yang tak kasat mata. Spiritual yang semakin tenang, teman-teman yang shalihah, dan urusan yang dipermudah.
Matrikulasi membawakan bekal baru untuk kubawa mengarungi kehidupan yang semakin penuh tantangan. Memberikan wawasan untuk lebih memahami fitrah anak-anakku, menjadi kunci peradaban yang baru, memacu semangat untuk belajar lagi dan lagi demi menjadi fasilitator yang baik untuk anak-anakku. Dan puncaknya menjadi agen perubahan untuk Indonesia yang lebih baik.
Matrikulasi, terima kasih... meski singkat kau mampu membuatku semakin 'berisi'. Wawasan demi wawasan baru yang kau sajikan menjadikanku lebih mengenal diri sendiri, juga misi spesifik yang aku emban di dalam hidup. Dan aku sadar ini bukanlah akhir, ini baru permulaan untuk perjalanan dengan tantangan-tantangan yang lebih beragam. Permulaan yang mengantarkanku untuk tetap melaju pada pembelajaran yang sesungguhnya. Permulaan untuk menjadi ibu yang sebenar-benarnya ibu; IBU PROFESIONAL!
Wassalammu'alaikum Warohmatullahi wabarokatuh.
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia
dapet ilmu lagiiii
ReplyDeletethanks for sharing mbak
ReplyDelete