Hi, pals!
Ngomongin anak itu nggak akan pernah ada habisnya ya. Selalu saja ada tema yang menarik untuk digali dan dibicarakan. Visinema Pictures nampaknya sangat jeli menangkap hal tersebut. Mengangkat tema parenting dalam sebuah film terbarunya yang mulai tayang sejak Kamis, 13 Oktober 2016 yang lalu, rumah produksi milik Angga Dwimas Sasongko tersebut memilih topik yang cukup serius; perjuangan seorang ibu dalam mengasuh dan membesarkan anaknya yang diketahui mengalami disleksia. Wonderful Life cukup apik dalam menggambarkan pergulatan batin dan jatuh bangun sang ibu dalam melewati masa-masa tergalau dalam hidupnya.
Alhamdulillah, pada hari pertama tayangnya film tersebut, aku mendapat kesempatan untuk menyaksikan premiere-nya bersama rekan-rekan blogger Semarang di Citra XXI. Mendapatkan tiket pada jadwal 16:35, selama kurang lebih satu setengah jam aku dan teman-teman khusyuk menikmati film yang layak tonton untuk para orang tua dan calon orang tua tersebut.
Tentang Wonderful Life
Cover Buku Wonderful Life, credit by Web Bisnis |
Wonderful Life diangkat dari sebuah kisah nyata yang telah dituangkan dalam sebuah novel autobiorafi dengan judul yang sama. Bercerita mengenai kehidupan seorang Amalia Prabowo, CEO di sebuah perusahaan advertising besar di Indonesia, yang merupakan sosok perfeksionis, ambisius, dan idealis. Dalam film ini tokoh tersebut diperankan oleh Atiqah Hasiholan. Aku sendiri belum membaca bukunya dikarenakan tidak ingin ekspektasiku terhadap filmnya terlalu tinggi. Bahasa buku dan film kan berbeda ya, seringkali jika kita sudah membaca bukunya, kita akan punya harapan dan bayangan bagaimana film tersebut nantinya. Sayangnya ada banyak film yang tidak memuaskan harapan dan bayangan kita tersebut. Oleh karenanya, sekarang ini aku sangat menghindari menonton film yang diadaptasi dari sebuah novel yang telah aku baca. Namun setelah melihat film ini, aku justru sangat tertarik untuk membaca bukunya.
The Real Amalia Prabowo, Aqil dan Adiknya Aqil - Credit by Tabloid Nova |
Dikisahkan dalam film tersebut, Amalia Prabowo dibesarkan oleh ayahnya dengan didikan yang cukup keras. Hasil didikan ayahnya nampak dari karakternya yang berkembang menjadi seorang perempuan tangguh dan selalu haus akan prestasi serta kesempurnaan. Segala hal yang dia jalani harus sesuai dengan apa yang telah ia rencanakan. Sayangnya, hidup tidak selamanya berjalan sesuai rencana kan?
Sebuah tamparan keras mendarat dalam kehidupannya ketika Aqil, sang putra tercinta diketahui memiliki gangguan belajar yang disebut dengan disleksia. Dunia seakan runtuh seketika. Apa kata dunia jika semua orang di sekitarnya tahu anak seorang Amalia Prabowo yang sedemikian pintar dan penuh percaya diri mengalami disleksia? Itulah hal yang berkecamuk di dalam pikiran Amalia saat itu.
Disleksia telah membuat Aqil kesusahan belajar. Ia tak mampu membaca dan berhitung dengan baik. Hal ini membuat Aqil selalu ketinggalan pelajaran. Dia tak pernah bisa menyelesaikan soal tes dan ulangan yang diberikan oleh gurunya. Nilai-nilainya sangat tertinggal jauh dari teman-temannya. Hal yang menarik buatnya hanyalah menggambar dan olahraga.
Keadaan Aqil ini jelas membuat Amalia galau tingkat dewa. Ditambah dengan desakan dari ayahnya yang menganggap kondisi cucunya tersebut merupakan sakit yang harus segera disembuhkan. Sedang di satu sisi, empat psikolog yang didatanginya memberikan jawaban yang sama bahwasanya disleksia bukanlah penyakit yang harus disembuhkan, namun sebuah kondisi gangguan belajar pada anak yang bisa diatasi dengan stimulasi dan penanganan yang tepat. Amalia mulai kehilangan rasionalitasnya. Ia bersikukuh bahwa anaknya sakit, dan setiap penyakit pasti bisa disembuhkan. Ia pun mulai berkeliling Jawa untuk mencari cara mengobati anaknya dengan mendatangi tempat-tempat pengobatan alternatif. Dari menemui ahli herbal hingga dukun cabul dengan mantra-mantra yang nggak jelas.
Atiqah Hasiholan, Aqil Asli dan Karyanya - Credit by Tabloid Bintang |
Perjalanan keliliing Jawa inilah yang kemudian mampu membukakan mata hati Amalia tentang kesalahannya selama ini. Pola asuh ayahnya yang keras kepada dirinya tanpa ia sadari menurun saat ia mengasuh Aqil. Ya begitulah rantai pengasuhan anak, didikan yang kita dapatkan dari orang tua biasanya secara tak langsung akan mempengaruhi cara didik kita kepada anak-anak. Begitu pula Amalia, meski sebenarnya ia sendiri sadar ia tak suka dan tak cocok dengan cara ayahnya dalam mendidiknya dan kakaknya, namun ternyata ia pun menggunakan pola yang sama dalam mendidik Aqil. Ia memberikan tuntutan kepada anaknya tersebut untuk menjadi seperti yang dia inginkan, bukan memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada Aqil untuk memilih apa yang disukainya. Amalia berharap Aqil bisa memiliki nilai akademis yang memuaskan dan selalu bisa menjadi yang terbaik di kelasnya. Tuntutan kesempurnaan dan egoisme diri inilah yang kemudian membuat Amalia terpuruk dan seringkali tidak bisa mengatasi emosinya sendiri.
Namun Allah selalu punya cara untuk membuat pikiran hambaNYA terbuka. Peristiwa demi peristiwa yang ia lalui bersama Aqil saat menyusuri Jawa dalam rangka mencari pengobatan alternatif demi menyembuhkan Aqil, justru membawa kesadaran baru bagi Amalia bahwa setiap anak terlahir sempurna. Ia pun mulai menerima kondisi Aqil dan tidak melihatnya sebagai sebuah kekurangan, namun justru kelebihan yang harus diasah dan dikembangkan.
Bagaimana kisah seru dan lengkapnya? Nggak asyiklah kalau aku ceritakan detailnya di sini. Mending segera saja ajak suami, keluarga atau sahabatmu ke bioskop terdekat dan cari tahu bagaimana cerita komplit dan ending dari film keren ini. Untuk lebih meyakinkan betapa film ini wajib ditonton, silakan nikmati trailernya dulu:
Jika biasanya kita melihat Atiqah Hasiholan bermain bersama dengan sang suami tercinta, di film ini pun kita akan melihat kolaborasi yang ciamik antara keduanya. Namun kali ini Rio Dewanto bermain di belakang layar sebagai produser. Wonderful Life menampilkan potongan-potongan gambar yang cukup menyentuh dan banyak menggunakan simbolisasi yang menarik. Aku cukup terpukau bagaimana Agus Makkie, sang sutradara menggambarkan perceraian antara Amalia dan suaminya dengan cara yang cukup unik. Penasaran kan?
Rio Dewanto, Sang Produser |
For your information, film ini merupakan film komersial pertama yang disutradarai oleh Agus Makkie. Sebelumnya ia banyak menggarap film dokumenter. Tidak heran jika pengambilan gambar dan alur film ini cukup unik dan berbeda dibandingkan film komersial lainnya. Meski begitu tak ada gading yang tak retak, film ini pun juga memiliki beberapa kekurangan. Menurutku, alur film ini cukup lambat dalam menggambarkan kegalauan Amalia dalam menghadapi permasalahan hidupnya, namun alurnya kemudian tiba-tiba menjadi sedemikian cepat pada bagian Amalia menyadari kesempurnaan dan kelebihan anaknya. Kalau saja porsi antara kegalauan dan 'bangun'nya Amalia dari 'kepingsanan' nya diberikan porsi yang pas dan sama besar, aku rasa perjuangan Amalia dalam menemukan kesempurnaan dan kelebihan Aqil akan lebih terasa.
Cast dan Tokoh Asli Wonderful Life |
Pemeran Aqil |
Anyway, film ini tetap layak tonton kok. Dengan sedikit kekurangan tersebut, pesan yang ingin disampaikan oleh film ini masih bisa ditangkap dengan baik. Tidak hanya akting Atiqah yang mumpuni, Sinyo - aktor cilik yang memainkan Aqil - juga mampu menghidupkan film ini dengan cara yang natural dan sangat menghibur. Pemain-pemain pendukung seperti Alex Abbad, Didik Nini Thowok dan Lydia Kandau juga cukup menguatkan karakter serta suasana dalam film ini. Dua pemeran pembantu yang membantu Amalia dan Sinyo menyebrangi danau ke tempat dukun cabul dan memasang ban mobil juga cukup ciamik. Gurauan-gurauan segar mereka cukup bisa membuat perut jadi mules karena terpingkal-pingkal melihat kelucuannya. Humor cerdas dibalut dengan tema menarik dan dituangkan dalam beberapa dialog serius serta memiliki arti yang dalam mampu menyajikan tayangan yang pantas diacungi dua jempol.
Wonderful Life dan Sari Ayu Martha Tilaar
Tidak hanya didukung oleh aktor-aktor yang handal, produser yang cerdas, rumah produksi yang kredibel dan sutradara yang piawai, film ini juga didukung oleh brand besar yang cukup memberikan pengaruh dalam menyebarkan misi film ini.
Seperti yang kita tahu film kini tidak hanya sebagai penyampai pesan lewat gambar hidup, namun juga telah berkembang menjadi media promosi yang cukup diandalkan. Maka jangan heran jika kini banyak brand-brand besar yang kita temui namanya di dalam sebuah tayangan film. Begitu juga dengan Wonderful Life. Melihat tema yang diangkatnya, Sari Ayu Martha Tilaar merasa bahwa film ini mampu menjadi branding yang cukup baik bagi produk-produknya.
Menggunakan hashtag #perempuanwonderful dan #bewonderfulmovement, lewat film ini Sariayu ingin mengajak agar perempuan-perempuan Indonesia menyadari kemampuan yang dimilikinya serta berani untuk mengambil langkah demi masa depan yang lebih baik. Amalia dalam film ini dirasa mampu mewakili citra perempuan yang tangguh dan berani dalam menghadapi segala tantangan hidup yang dilaluinya.
Apa itu Dyslexia?
Setelah kita kupas panjang lebar mengenai filmnya. Aku mau sedikit berbagi mengenai disleksia. Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys (kesulitan) dan lexia (kata-kata), sehingga kemudian bisa diartikan sebagai gangguan yang memengaruhi pengembangan keterampilan literasi dan bahasa. Orang dengan disleksia mengalami masalah belajar spesifik, terutama terkait kata-kata. Dan ternyata penelitian yang dilakukan oleh International Dyslexia Association mengungkapkan bahwa 1 dari 10 anak menyandang disleksia.
Awalnya aku hanya tahu bahwa disleksia itu sebuah kondisi dimana seseorang tidak mampu membaca dan menulis. Namun gegara baca statusnya salah seorang temanku di Facebook, mbak Dian Ayu Hapsari, ternyata itu hanya sebagian kecil ciri-cirinya.
Beberapa ciri dyslexia sebagai berikut;
1. Masalah fonologi. Contohnya; susah membedakan antara b dengan d, s dengan z. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.
2. Masalah mengingat perkataan. Kebanyakan anak disleksia sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.
3. Masalah penyusunan yang sistematis atau berurut. Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka juga seringkali kesusahan menceritakan peristiwa sesuai urutan kejadian. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Instruksi semacam ini bisa membuat mereka kebingungan; ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
4. Masalah ingatan jangka pendek. Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR Matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
5. Masalah pemahaman sintaks. Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah). Namun, dalam bahasa Inggris dikenal susunan menerangkan-diterangkan (contoh: red bag).
Dyslexia sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia. Developmental Dyslexia merupakan bawaan sejak lahir dan karena faktor genetis atau keturunan. Sedangkan acquired dyslexia didapat karena gangguan perubahan cara otak kiri membaca. Penderita biasanya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan otak kiri.
Untuk bisa menentukan seseorang itu disleksia atau tidak dibutuhkan konsultasi ke dokter anak dan psikolog. Akan ada tes IQ dan beberapa observasi yang dilakukan sebelum diagnosis itu diberikan. Diagnosis disleksia ditegakkan secara klinis berdasarkan cerita dari orang tua, observasi dan tes-tes psikometrik yang dilakukan oleh dokter anak atau psikolog. Selain dokter anak dan psikolog, professional lain seyogyanya juga terlibat dalam observasi dan penilaian anak disleksia yaitu dokter saraf anak (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan neurologis), audiologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan pendengaran), opthalmologis (mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan penglihatan), dan tentunya guru sekolah. Makanya jangan langsung worry juga ketika merasa anak kita mengalami ciri-ciri disleksia, karena perlu observasi lebih lanjut.
Biasanya disleksia bisa mulai dikenali saat anak berusia 5-7 tahun. Pada usia itu anak sudah banyak melakukan aktivitas, jadi observasi dan tes IQ bisa dilakukan lebih mudah. Jika ciri-ciri disleksia kita temui sebelum usia tersebut, lebih baik kita amati dulu saja, apakah ada faktor fisiologis seperti tongue tie yang memang berpengaruh pada anak untuk mengucapkan beberapa konsonan. Untuk langkah awal, jika perkembangan anak tidak sesuai milestone-nya, bisa kita konsultasikan dulu ke dokter tumbuh kembang.
Namun kalaupun pada akhirnya psikolog atau dokter anak memberitahu bahwa anak kita mengalami disleksia, jangan juga merasa dunia berhenti berputar. Albert Einstein, Sir Winston Churchill, Tom Cruise, Walt Disney, dan Lee Kuan Yeuw juga penyandang disleksia, toh mereka juga jadi orang hebat di bidangnya masing-masing kan?
Anak dengan disleksia adalah anak normal dengan IQ rata-rata dan di atas rata-rata. Sebagian besar anak disleksia akan sulit menjawab dengan kosa kata harian, tapi jawabannya dengan kosa kata yang aneh-aneh dan jarang dibicarakan oleh anak seusianya. Hal ini yang kemudian membuat dia kesulitan untuk bersosialisasi dengan anak seumurannya. Namun jika orang tua mengerti cara dan strategi pengasuhannya, anak-anak dyslexia akan berkembang dengan sangat baik dan optimal.
Bagi yang ingin tahu mengenai disleksia atau merasa anaknya menyandang disleksia, jangan khawatir kini sudah ada Dyslexia Parent Support Group (DPSG) Indonesia, kamu bisa mencari tahu informasi komplit mengenai disleksia mengenai akun-akun sosial media DPSG.
Oya, DPSG ini juga mendukung film Wonderful Life sebagai sarana informasi kepada masyarakat agar lebih melek terhadap disleksia lo!
Belajar dari Amalia dan Aqil
Melihat sosok Amalia di film ini, beberapa kali aku tersenyum simpul. Aku merasa melihat diriku setahun dua tahun yang lalu, sebelum aku belajar lebih dalam mengenai parenting. Bisa kupastikan jika aku tak dipertemukan oleh Allah dengan beberapa pembicara parenting dan disadarkan olehNYA, aku akan tumbuh menjadi layaknya Amalia. Seorang ibu yang hanya melihat prestasi anak dari angka dan kemampuan akademisnya semata. Beruntung aku terselamatkan sebelum terlampau parah.
Dari film ini aku bisa menarik beberapa pelajaran berharga, antara lain;
1. Putuskan mata rantai pengasuhan anak yang buruk. Seseorang yang dulunya dibesarkan dengan pola asuh keras oleh orang tuanya cenderung akan menurunkan pola asuh yang sama ke anak-anaknya. Kalau pola asuh orang tuanya dulu baik tidak akan terjadi banyak masalah, jika pola asuhnya cenderung menyakiti - misalnya; memukul, mencubit - maka hal yang sama pun akan dilakukan ke anak. Oleh karenanya penting sekali bagi kita untuk memutus mata rantai tersebut. Stop pola asuh yang buruk dan yuk belajar bagaimana mengasuh anak sesuai jamannya!
2. Manusia diciptakan Allah dalam bentuk paling sempurna. Kesempurnaan manusia terletak pada kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Sayangnya kita sebagai orang tua cenderung lebih banyak melihat kekurangan anak-anak, dan tidak fokus pada kelebihan yang dimilikinya. Nilai matematika anak jelek, kita langsung kalang kabut dan mencarikan les tambahan agar bisa mendongkrak nilainya. Padahal ternyata anak kita memang lemah dalam pelajaran itu, namun memiliki kemampuan lebih di pelajaran yang lain. Kenapa tidak kita mengajak bicara anak dari hati ke hati dan mencari tahu apa kelebihan yang dimilikinya serta lebih fokus mengembangkan kelebihannya?
3. Anakmu adalah cerminan dirimu. Ada sebuah adegan dimana Aqil tiba-tiba berteriak cukup keras karena merasa jengkel dengan sikap uminya yang menurutnya selalu memaksakan kehendaknya. Beberapa kali dalam film ini kita juga bisa lihat bagaimana Amalia meluapkan emosinya dengan berteriak meski ditutup oleh tangan atau bantal agar tidak terlalu mengganggu sekelilingnya. Aqil melakukan apa yang ibunya lakukan. So, parents.... perhatikan sikap kita, anak-anak adalah peniru ulung!
4. Ajak ngobrol anak bukan ngomongin anak. Seringkali kita merasa kita sudah cukup dekat dengan anak, merasa sudah banyak ngomong sama anak. Tapi kita kadang tidak sadar ngomongin anak (baca: nasehatin alias ngomelin) itu beda dengan ngajak ngobrol anak. Amalia selalu memberikan nasehat-nasehat yang baik pada Aqil untuk rajin membaca, memberi tahu Aqil pentingnya belajar, namun Amalia lupa menanyakan apa yang dibutuhkan Aqil. Dan begitulah seringnya kita, terlalu sibuk mengejar keinginan kita terhadap anak-anak tanpa memikirkan kebutuhan yang diperlukan anak.
5. Bebaskan anakmu. Anak kita bukan diri kita, maka jangan bentuk mereka sesuai keinginan kita. Mereka memiliki jiwa sendiri, passion yang mungkin saja berbeda dengan diri kita. Sepanjang apa yang ingin dia lakukan dan raih tidak bertentangan dengan agama dan norma sosial, maka bebaskanlah hidupnya.
6. Anakku, guru kecilku. Aku cukup tersentuh dengan sebuah adegan dimana Aqil berterima kasih pada uminya karena telah mengajaknya keliling Jawa. Aqil bilang "Umi pasti sayang banget sama aku, umi nglakuin semua ini untuk aku kan?" Amalia bengong dengan ucapan Aqil karena ia sangat sadar bahwa tujuan utamanya keliling Jawa hanya untuk memuaskan keinginannya; Aqil sembuh dan ia tidak lagi harus merasa malu punya anak yang nggak bisa baca dan tulis. Namun tak disangkanya Aqil justru melihatnya dari sisi lain. Ya, anak-anak seringkali tanpa sadar telah mengajarkan kita banyak hal dan menjadi pemicu diri kita untuk terus belajar menjadi lebih baik.
7. Jangan nilai anakmu dari angka-angka. Kecerdasan manusia itu ada bermacam-macam. Howard Garner dengan teori multiple intelligences-nya saja membagi kecerdasan dalam berbagai jenis, antara lain; kecerdasan seni, kecerdasan berbahasa, kecerdasan spasial, dan masih banyak lagi. Maka rasanya tidak adil jika kita hanya menilai anak cerdas dari angka-angka di raportnya. Bisa jadi nilai akademisnya tidak bagus, tapi ia jago menggambar seperti Aqil. Bisa jadi nilai akademisnya hancur, tapi ia memiliki sensitivitas dan empati yang tinggi.
8. Tidak ada orang tua yang gagal sepanjang mereka masih mencintai anak-anaknya. Amalia terpekur dan merasa gagal menjadi seorang anak dan ibu. Namun ibunya memeluknya dan menguatkannya, pesannya saat itu kurang lebih seperti ini; selama kita masih memiliki cinta untuk anak-anak kita, pasti kita akan mengupayakan yang terbaik untuk mereka. Maka selama itulah tidak akan pernah ada kegagalan. Jatuh bangun dalam membesarkan anak itu hal yang biasa terjadi. Kita boleh saja jatuh, namun jangan lupa untuk kembali bangkit.
9. Life is always wonderful. Hidup itu sebenarnya sempurna dan menakjubkan dengan segala fragmen-fragmennya, semua tergantung dari kaca mata kita melihatnya. Sayangnya kita seringkali terbuai untuk mengejar uang dan materi, sampai lupa meluangkan waktu bersama anak. Padahal sesungguhnya ketika bersama anaklah kita bisa mendapatkan sesuatu yang lebih berharga dari sekoper uang dan sejumlah materi yang selalu kita kejar siang dan malam. Dari film ini aku juga belajar bahwa pesan Ustad Bendry di seminar islamic parenting HSMN beberapa waktu lalu memang benar adanya. Bahwa jika kita memiliki anak laki-laki, maka seringlah ajak dia untuk traveling. Mau hidup terasa menakjubkan? Luangkan waktu dengan anak-anak!
10. Orang tua teladan bagi anak. Pada awalnya aku cukup terganggu dengan sebuah adegan saat Amalia mengajak Aqil lari dari sebuah warung karena tidak mampu membayar makanan. Bukannya mau lari dari tanggung jawab, tapi saat itu Amalia baru sadar saat mau membayar makanannya ternyata dompetnya hilang dan jatuh di pasar. Aku merasa adegan tersebut bisa jadi mencoreng film yang mengangkat tema parenting ini, namun ketika di bagian akhir film, ada sebuah adegan yang cukup menarik dan menjawab tanda tanyaku. Tentunya sebagai teladan bagi anak-anak kita, kita tidak mau dong melakukan hal buruk yang bisa dicontohnya di kemudian hari.
Penasaran dengan adegan yang kumaksud dalam Wonderful Life? Cuzz aja langsung ke bioskop terdekat ya! Buat yang takut kecewa dengan filmnya atau merasa film ini plagiasi dari Taare Zamen Par, you should watch the movie dan silakan jawab sendiri keraguan kalian! Bocoran aja ya; beda banget kok sama filmnya si Amir Khan itu. Happy watching dan ayo bangga nonton film Indonesia!
Referensi:
Official Website Wonderful Life Indonesia
Youtube Wonderful Life Movie
Facebook Wonderful Life
Facebook Mbak Dian Ayu Hapsari
Facebook Dyslexia Parent Support Group Indonesia
Artikel dari Kompas Heath: Apa Itu Disleksia?
Artikel dari Arfina Wulandari: Anak Penderita Dyslexia Adalah Anak Dengan Kecerdasan Tinggi
Wah proyek suami istri ni ya Rita, istri aktris, suami produser..sweet..
ReplyDeleteIya mbak... so sweet banget... :) Suka banget sama pasangan ini, hehe.
DeleteMaaf Kak, numpang promo. :D
ReplyDeleteUSIA BELUM TUA TAPI RAMBUT SUDAH MEMUTIH?
ITU RAMBUT APA BIHUN?
Baca selengkapnya di http://rambut-mu.blogspot.co.id/2016/10/cara-menghitamkan-rambut.html
Bihun kali ye :D
DeleteWah ulasannya komplit.plit
ReplyDeleteDijamin menang mbak ;)
Menang apa mbak? Oooh pulsa ya.. wkwkwk kalau memang dapat pulsa mah bonus aja. Sejak lihat trailernya aku memang sudah ber-azzam untuk nonton filmnya dan cari tahu tentang disleksia lebih banyak... beberapa ciri aku temukan di anakku juga soalnya :)
DeleteSiip..kumplit nih.. Trims mbak, jadi lebih tahu tentang dislkesia nih... :)
ReplyDeleteMakasih mbak. Iya nih mbak ayo share ke orang awam apa itu disleksia biar banyak yang melek dan tidak melakukan bullying kepada para penyandangnya.
DeleteWah.. lumayan nih rekomendasi buat adik-adik
ReplyDeleteSemoga bermanfaat :)
Deletewah lengkap reviewnya mba, sampe ada ulasan khusus disleksianya..
ReplyDeletesekalian mas nulisnya, hehe.
DeleteWaooooo...super kuomplit.
ReplyDeleteDi postingan ini jd tau disleksia scr detail.
Thumbs up!
Terima kasih..
DeleteAlhamdulillah kalau bermanfaat.. sekalian belajar tentang disleksia mbak :)
Hwahh... lengkap bingit ini ulasannya mbak. Tapi.cukup bikin penaasaran. Spoilernya kurang panjang mbak. Wkkwkwkkk
ReplyDeleteBtw makasih buat informasi ttg disleksia ini yahh mbakk :D
Hihi sengaja.. kalau kebanyakan spoilernya ntar nggak penasaran lagi :D
DeleteAyo nonton!
Sama-sama, semoga bermanfaat :)
Komplit banget nih mbak ririt ulasannya, Aqil asli juga cakep ya, mbak Amelianya juga cantik 😊
ReplyDeleteTerima kasih.
DeleteIya cakep2 :)
Keren mb review nya, lengkap banget..bener2 totalitas mba :)
ReplyDeleteMakasih... sekalian duduk depan laptop mbak :D
Deleteaku setuju bagian alur galau nya kebanyakan,, padahal point serunya justru cara menghadapi galau nya
ReplyDeleteYuph.. Betul Mbak :)
DeleteJadi banyak tau about disleksia dari tulisan ini,makasih infonya ya mbak..
ReplyDeleteSama-sama mbak.. Semoga bermanfaat...
DeleteSalut banget sama ibu dg anak yg terlahir 'istimewa'
ReplyDeleteJadi ga sabar mw nonton filmnya
Yuph... Tingkat sabarnya musti berlebih Yaa..
DeleteAyo cepet nonton... :)
Lengkaaap banget ulasannya. Informatif juga :D
ReplyDeletePerfect as always
Thank you mbak Ika :)
Deletelupa nulis di halaman komen :P, ulasannya keren bun, jadi lebih tahu tentang disleksia, semoga banyak yang baca
ReplyDeleteAamiin... :) Thank you for your support, darl :)
Deletewah, saya baru menemukan Blog ini, terima kasih ya mbak Marita Ningtyas :)
ReplyDeleteSalam,
sasa - DPSG Indonesia