Membaca adalah salah satu hobi terfavoritku. Sejak kecil ibuku selalu membudayakan membaca. Ngomongin kenangan soal majalah, buku ataupun koran rasanya banyak banget yang berkesan. Dari majalah Bobo hingga An Nida melengkapi perjalanan hidupku dari anak-anak ke remaja. Tapi kali ini aku mau membicarakan bahan bacaan yang jarang aku baca; tapi judul yang satu ini terpatri erat di hatiku.
Ada yang pernah dengar mengenai komik Topeng Kaca? Atau malah salah satu penggemarnya? Kalau iya, berarti toss dulu dong. Aku sebenarnya bukan komik addict, tapi Topeng Kaca sudah benar-benar menjerat hatiku hingga ke akar-akarnya, hingga tak bisa lepas darinya... halah lebay.com, hehe.
Awal perkenalanku dengan komik ini saat aku duduk di bangku kuliah. What? Anak kuliahan baca komik? Eits, Topeng Kaca ini termasuk kategori komik dewasa lo. Di dalamnya ada beberapa adegan kissing yang tentunya tidak layak lihat untuk anak-anak. Karakter pada komik ini pun tidak ada yang anak-anak, kecuali di awal-awal episode yang memang menceritakan perjalanan karakter utama sejak kecil.
Aku diperkenalkan pada komik ini oleh Kak Seto, salah seorang temanku di UKM teater. Saat itu kami sedang mempersiapkan sebuah pementasan dan aku sedikit kesulitan masuk ke karakter yang akan aku mainkan. Kak Seto yang saat itu (kalau tidak salah) menjadi lawan mainku memberikan masukan kepadaku untuk mencari komik ini. "Belajarlah dari si tokoh utama di komik itu bagaimana dia memerankan karakter-karakternya di panggung."
Wah, jadi kepo banget sama Topeng Kaca saat itu. Jarang-jarang ada komik yang background-nya mengenai teater, biasanya komik yang dulu aku baca jaman SMP nggak jauh-jauh dari sepak bola, basket, ataupun balet. Langsung deh googling tentang komik tersebut dan aku jadi tahu kalau ternyata komik tersebut sudah dibuat serial TV-nya di Jepang sana.
Berhubung komiknya termasuk jadul, saat itu aku nggak berhasil mendapatkan dalam versi cetak. Kalau nggak dipinjami sama Kak Seto saat itu, mungkin aku bakalan nggak pernah baca Topeng Kaca ini. Karena kesulitan cari komiknya, akhirnya aku lebih banyak nonton serialnya di YouTube. Selain muncul sebagai serial TV dalam bentuk kartun, ada juga serial TV yang diperankan oleh manusia. Aku sih lebih suka nonton yang dimainkan manusia.
Berhubung komiknya termasuk jadul, saat itu aku nggak berhasil mendapatkan dalam versi cetak. Kalau nggak dipinjami sama Kak Seto saat itu, mungkin aku bakalan nggak pernah baca Topeng Kaca ini. Karena kesulitan cari komiknya, akhirnya aku lebih banyak nonton serialnya di YouTube. Selain muncul sebagai serial TV dalam bentuk kartun, ada juga serial TV yang diperankan oleh manusia. Aku sih lebih suka nonton yang dimainkan manusia.
Ternyata baik komik maupun serial TV nya sama-sama oke. Menurutku aktor dan aktris-nya oke banget aktingnya dalam menerjemahkan isi cerita dan karakter yang ada di dalam komiknya. Sampai saat ini pun kalau kangen, aku masih suka lihat-lihat di YouTube.
Setelah lama berpisah dari Topeng Kaca, sekitar tahun 2010an aku mulai mendapatinya kembali di rak buku di Gramedia. Akhirnya mulailah aku menjadi Topeng Kaca addict. Sayangnya koleksiku belum lengkap nih, ada yang mau nyumbang nggak? Hehe. Aku juga ngumpulin beberapa versi soft copy-nya hasil unduhan dari internet.
Kenalan ma Topeng Kaca Yuk!
Dalam bahasa Jepang, judul komik ini adalah ガラスの仮面 alias Garasu no Kamen, sedang dalam versi Inggrisnya adalah Glass Mask. Komik ini mulai dirilis pada tahun 1976. Ditulis oleh Suzue Miuchi.
Bercerita mengenai perjuangan seorang gadis bernama Maya Kitajima. Ia berasal dari keluarga tidak mampu, namun ia selalu ceria dan pantang menyerah dengan keadaannya. Mungkin kalau yang ingat karakter Candy-candy, sedikit banyak karakter si Maya ini hampir sama dengannya.
Maya sangat senang melihat pertunjukan drama ataupun serial di televisi. Kalau sudah menikmati apa yang dilihatnya, dia bisa lupa segalanya. Lupa waktu, lupa tempat. Gegara kebiasaan ini doi jadi sering terlambat ke tempat kerja sampingannya, di sebuah warung makan.
Pemilik warung pernah bertanya kepadanya, "kenapa sih kamu suka banget nonton film atau drama?" Maya tersipu malu ketika bosnya menanyai hal itu. Doi menjawab, "aku merasa aku sedang ada di dalamnya, dan memainkan karakter tersebut."
Selain suka bengong saat menikmati serial TV atau pertunjukan drama, Maya suka sekali menghibur anak-anak kecil di sekitar rumahnya dengan cerita-cerita yang lucu menggunakan mimik-mimik yang berbeda. Tanpa disadari, ada seorang aktris berbakat yang sudah lama vakum mengikutinya, namanya Mayuko Chigusa. Mayuko ini sedang mencari aktris muda yang akan diwarisinya sebuah peran besar, Bidadari Merah.
Pertemuan Maya dan Mayuko inilah yang kemudian akan mengantarkan kisah demi kisah bagaimana seorang Maya berjuang mencapai mimpinya untuk menjadi aktris besar. Kemudian dia disebut sebagai gadis dengan 1000 topeng karena sanggup memerankan banyak karakter. Tidak butuh waktu lama untuk Maya memasuki satu karakter ke karakter lainnya.
Dalam perjalanan karirnya, nantinya ia akan bersaing dengan Ayumi Himekawa. Berbeda dengan Maya yang tumbuh dari keluarga tidak mampu. Ayumi besar di keluarga berada. Ayahnya sutradara terkenal dan ibunya seorang aktris besar di Jepang. Semua terlihat mudah untuk Ayumi karena latar belakang keluarganya. Namun sejak bertemu Maya, dia merasa harus berjuang lebih keras agar diakui bakatnya tidak hanya karena embel-embel keluarganya.
Tentunya sebuah cerita tidak akan menarik tanpa bumbu cinta di dalamnya. Begitu juga dengan Topeng Kaca. Ada Masumi Hayami, secret admirer-nya Maya yang setiap kali Maya tampil selalu membawakan buket Mawar Jingga. Maya penasaran dengan sang Mawar Jingga. Tidak ada yang menyangka Masumi yang begitu dingin dan kaku, juga seorang direktur dari perusahaan entertainment besar di Jepang jatuh hati kepada Maya.
Kisah semakin menarik ketika Maya dan Ayumi sama-sama bersaing untuk mendapatkan peran Bidadari Merah di bawah asuhan Mayuko Chigusa yang sangat keras dan unik.
Hingga kini ada 44 seri Topeng Kaca. Sayangnya kisah apik tentang kehidupan Maya ini masih nggantung alias belum selesai. Rumornya sih penulis dari komik ini sudah meninggal terlebih dulu sebelum sempat menuliskan akhir kisahnya. Hiks, bikin penasaran, gimana kah akhirnya perjuangan Maya ini.
Oya, buat yang penasaran sama komiknya, sekarang sudah keluar versi deluxe-nya diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Kurang tahu juga sekarang sudah sampai seri ke berapa, aku cuma punya sampai edisi 12 atau 13 dan setelah itu mandheg belinya karena punya anak jadi uang beli komik dialihkan ke kebutuhan anak, hehe.
Topeng Kaca Versi Deluxe Indonesia - 2010 |
Topeng Kaca dan Impian jadi Bintang Panggung
Sejak SMA aku sudah mengenal dunia teater, dan aku sangat menyukainya. Bisa memerankan banyak karakter itu rasanya wow banget. Memasuki karakter sebuah tokoh, membayangkan bagaimana hidupnya, bentuk fisiknya, bentuk suaranya, latar belakang masalahnya buatku adalah hal yang menantang.
Untuk bisa masuk ke sebuah karakter sungguh tidak semudah membalik telapak tangan. Harus ada research kecil-kecilan untuk bisa menghidupkan karakter tersebut hingga terlihat nyata dan tersimpan abadi dalam ingatan para penikmat nantinya.
Itulah kenapa Topeng Kaca sangat menginspirasiku. Sayangnya dulu orang tuaku sedikit tidak peka akan passion-ku ini. Mungkin kalau peka, aku nggak bakal ambil Sastra Inggris sebagai jurusan kuliahku, mungkin masuk ISI atau IKJ, wkwkkw.
Hanya saja akhirnya aku juga nggak bisa jauh-jauh dari dunia teater. Selain aktif di UKM teater waktu kuliah, aku juga ambil drama sebagai bahan skripsiku.
Sama seperti Maya, setiap kali melihat serial tv, film atau baca novel, aku seperti nyemplung ke dalam kehidupan karakter si tokoh utama. Membayangkan bagaimana gesturnya, vokalnya... aaah, memang mengasyikkan, hehe. Kalau sekarang sih diimplementasikan saat bacain dongeng ke anak saja lah. :D
Berhubung sekarang sudah tidak mungkin pentas teater lagi, nonton film masih jadi me time paling nyuss buat aku. Tapi kalau boleh bermimpi, aku pengen deh bisa pentas teater bareng Reza Rahadian, wkwkkwkw. Boleh kan ya mimpi, kan gratis? :D
Oya, ngomongin Topeng Kaca nggak bisa lepas dari cerita favoritku di komik tersebut. Dua bagian favoritku adalah ketika si Maya Kitajima berperan menjadi sebuah boneka dan saat dia berperan menjadi Helen Keler. It's awesome!
Maya Kitajima Berperan jadi Boneka |
Haduh, kalau ngomongin soal komik yang satu ini bisa nggak selesai-selesai. Bisa ngelantur sampai tiga puluh postingan, hehe. Btw, kalau teman-teman punya majalah, buku atau komik yang inspiratif atau menggugah kenangan nggak nih? Ceritain dong....
Saya punya salah satu komik ini, ada di tumpukan komik bekas kakak. Waktu mereka tanding untuk menjadi peran Helen. Ahhh, kangen. Download ah baca lagi XD
ReplyDeletevinasaysbeauty.blogspot.com
Hihi aku juga akhirnya download mbak, ben gratisan hehe.. Senangnya ketemu teman yang sama-sama suka baca Topeng Kaca. Iya keren banget yang pas duel jadi Helen Keller... :)
DeleteDownload gratis dmn kk
DeleteDownload gratis dimana ya 😁
DeleteCari aja di Google sih pakai keyword Download gratis komik Topeng Kaca gitu.
DeleteSaya dulu penggemar majalah Bobo hihi
ReplyDeleteHihi, saya juga mbak kalau itu :D Malah sampe sekarang Bobo edisi lama masih banyak tuh di rak buku belakang :D
Deleteaku juga suka topeng kaca..suka banget...suka baca komik2 jepang wih kok sama ya
ReplyDeleteAku sebenarnya nggak begitu suka baca komik sih mbak :D Suka Topeng Kaca karena ceritanya tentang Teater aja hehe.. eh suka Detective Conan juga :)
Deleteini komik yg sempet bikin aku patah hati pas serialnya gantung ga nongol krn pengarangnya meninggal -__-.. sumpah itu sedih bgtttt... baca ini pas masih 3 smp mbak.. dan lgs sukaaaa ^o^ ;).. serius ya skr ada versi deluxe??? aku harus cari kayaknya :D.. tapi berarti gantung juga ya episodenya :(
ReplyDeleteIya teteup masih gantung mbak, la penulisnya masih meninggal. Dilanjutkan menurut versi pembaca masing-masing hehe... :)
DeleteSepertinya seru banget cerita dalam komik di atas hehehe
ReplyDeleteSeru banget bagi yang suka :D
DeleteKalo ngebahasnya sampe ngelantur, brarti emang beneran suka ya mba :D
ReplyDeleteSaya agak lupa komik apa dulu ya, karna zaman SD sih. Trakir baca kolik Salad Days itu, kisahnya mirip keseharian kita gt.
iya mbak emang suka banget :D aku malah SD nggak pernah baca komik.
Delete