Ketika usia masih muda, terkadang teman jauh lebih dinomorsatukan daripada keluarga. Namun ketika usia mulai menua, mau tak mau aku semakin menyadari betapa keluarga adalah segala-galanya. Apalagi ketika satu per satu anggota keluarga telah pergi ke haribaan Yang Maha Kuasa, rasa ingin selalu berkumpul bersama keluarga semakin besar dari sebelumnya.
Kalau dibandingkan dengan keluarga lainnya, keluarga besarku
jumlahnya tak terlalu besar. Ibuku adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ibu
dan adik-adiknya masing-masing memiliki dua orang anak, maka ketika dulu
pasukan masih lengkap, ketika lebaran tiba akan ada 18 orang yang berkumpul
bersama di rumah eyang di Perumnas Krapyak. Bertambah seorang ketika aku
memutuskan menikah pada 2008. Lalu pada 2011 berkurang dua orang karena eyang putri
dan bapakku meninggal. Di tahun yang sama pula, bertambah satu pasukan ketika
Ifa dilahirkan. Pada tahun 2013 jumlah pasukan kembali berkurang ketika adik
kandungku meninggal. Disusul pada tahun 2014, eyang kakungku meninggal. Maka
hingga hari ini, jika seluruh keluarga besar dari ibu berkumpul akan ada 16
orang yang meramaikan suasana.
Sejak kecil memang aku jauh lebih dekat dengan keluarga ibu
karena seluruh keluarga ibu berkumpul di Semarang. Selain itu kami sangat
intens bertemu, minimal setiap lebaran pasti kami berkumpul bersama. Tidak
jarang ketika salah satu dari kami bertambah usia, kami merayakan pertambahan
usia itu bersama-sama. Apalagi ada banyak dari anggota keluarga yang berulang
tahun di bulan yang sama, contohnya saja di bulan Desember ada empat anggota
keluarga yang bertambah usia.
Selain momen lebaran dan pertambahan usia, biasanya kami juga
berkumpul saat pengajian ruwahan ataupun peringatan tahunan meninggalnya eyang putri
dan eyang kakung. Ya, berkumpul bersama keluarga memang sangat menyenangkan. Apalagi di sela-sela aktivitas kami
yang padat hingga tidak memungkinkan untuk sering bertemu meski tinggal dalam
satu kota, berkumpul bersama atau saling mengunjungi bisa menjadi tamba kangen
yang manjur.
Kenangan Lebaran dari Tahun ke Tahun
Saat lebaran tiba biasanya kami berkumpul di rumah eyang yang
sekarang ditinggali oleh adik ibu yang paling muda dan keluarga kecilnya.
Setelah nyekar bareng ke makam para eyang, kami segera bertolak ke rumah ibuku di
Klipang. Sebagai anak tertua serta kondisi ibu yang tidak memungkinkan pergi
kemana-mana, maka adik-adik ibu yang datang mengunjungi ibu. Selesai
sungkem-sungkeman, biasanya pertemuan dilanjutkan di rumah bulik yang letaknya
tak terlalu jauh dari rumah ibu, masih di kawasan Sendangmulyo. Menikmati makan
siang bersama sambil bersenda gurau melepas rindu, keluarga memang rumah
terhangat untuk selalu kembali pulang.
Biasanya di hari kedua atau ketiga lebaran, kami akan
berkunjung ke rumah keluarga yang ada di Kudus. Keluarga yang di Kudus ini
merupakan adik-adik dari eyang putri. Aku senang sekali tiap kami melakukan
perjalanan ke kota kretek ini. Selain karena bisa bertemu dengan lebih banyak
keluarga, nasi pindang dan kripik pisang buatan mbah di Kudus selalu bikin
kangen. Setiap mengunjungi Kudus, bisa dipastikan saat perjalanan pulang perut
akan membuncit. Dua keluarga di Kudus yang lokasi rumahnya berdekatan selalu
menyediakan jamuan yang lengkap dan menggugah selera. Sayang sekali kalau tidak
disantap.
Kudus Moments
Oya, keluarga besar dari ibu adalah pecinta nerud. You know
nerud? Nerud is duren, hehe. Yup, dibaca terbalik. Saat musim duren tiba dan
ada acara kumpul bersama, pasti akan selalu ada sesi makan nerud bersama. Om
Bambang, adik ibu yang nomor dua, selalu pintar memilih duren yang rasanya
mantap. Siapa yang bisa berhenti makan duren kalau rasanya bikin nagih. Pahit
kalau berhenti, hehe.
Nerud dan Ultah Rame-rame
Berbeda dengan keluarga ibu, keluarga besar dari bapak tidak
terlalu sering bertemu. Selain karena tempat tinggalnya berbeda-beda kota,
kedekatan antar anggota keluarganya memang tidak seperti di keluarga ibu. Bapak adalah anak ketiga dari enam orang
bersaudara. Ada kakaknya yang tinggal di Surabaya. Saat ini beliau sudah
meninggal dan hanya ada tiga orang sepupu yang masih ada di sana, namun kini
lost contact. Ada pula seorang kakak lagi yang tinggal di Makassar. Dengan
keluarga inilah dulu aku masih sering berhubungan, namun sejak bapak meninggal
aku pun mulai kehilangan contact dengan kerabatku di Makassar ini. Selain kakak
bapak yang nomor dua, adik bungsu bapak juga tinggal di Sulawesi Selatan,
tepatnya di Mamuju. Namun lagi-lagi aku pun kesulitan menghubunginya. Adik
bapak yang kesatu kabar terakhir yang kudengar kembali menjadi TKW di Malaysia.
Terakhir mengabari beberapa tahun lalu saat bapak dan ibu belum pindah ke
Semarang, ia menikah dengan orang Bangladesh. Sejak saat itu komunikasi
terputus. Sementara seorang adik bapak lainnya tinggal di Semarang, menjadi
guru olahraga di salah satu Sekolah Dasar Negeri. Namun komunikasi antara kami
pun tidak cukup baik.
Dari dulu keluarga bapak yang cukup dekat dan masih sering
berhubungan dengan intens adalah keluarga Om Kis yang tinggal di Salatiga. Aku
masih beberapa kali menyambangi rumah Om Kis setiap kali ada acara di Salatiga.
Apalagi rumahnya yang asri dan adem, dekat dengan sungai Kalitaman yang bersih,
membuatku tak ingin segera kembali ke Semarang yang panasnya begitu menyengat.
Tidak menyangka ternyata salah satu putri Om Kis, mbak Ira, adalah pelaku homeschooling
yang kemudian membuat kami dipertemukan dalam sebuah komunitas homeschooling
tanpa sengaja. Aah, bertemu keluarga jauh dengan pertemuan unpredictable bagaikan
menemukan mata air di tengah gurun pasir yang kering dan panas.
Bertemu Mbak Ira tanpa Sengaja
Berdasar dari pengalamanku tersebut, aku ingin sekali kelak
Ifa tidak hanya dekat dengan keluarga besarku, namun juga keluarga besar
ayahnya. Itulah kenapa aku selalu rutin mengajak Ifa minimal sebulan sekali mengunjungi
keluarga-keluarga yang tinggal sekota dengan kami. Biasanya akan kujadwal, misalnya
minggu ini jatah ke rumah Bulik Rini, adik pertama ibu, lalu minggu kedua,
waktunya mengunjungi om Didik, om dari pihak suami, dan seterusnya.
Hang Out bersama Keluarga Suami
Sama halnya dengan keluarga besar bapak, di keluarga besar
suami tidak ada moment-moment khusus yang mempertemukan seluruh anggota
keluarga. Bahkan lebaran pun tidak ada pertemuan keluarga besar. Sebagai
generasi muda, kami yang berkewajiban mengunjungi satu per satu keluarga dari
pihak suami. Makanya ketika 25 Maret 2016 yang lalu ibu mertua pulang ke
Indonesia dan mengajak kami jalan-jalan bersama ke Sidomukti jelas tidak kami
sia-siakan moment langka ini. Jarang-jarang ibu mertua pulang ke Indonesia
mengkhususkan diri untuk jalan-jalan bersama.
Bulan Januari lalu, ibu mertua juga datang secara khusus dari
Singapura ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan adik sepupu suami. Tapi saat
itu beliau hanya datang dengan salah seorang temannya, tidak membawa serta abah
dan putra putrinya. Kali ini berbeda, ibu mertua datang lengkap dengan
pasukannya; abah Halim, Hamidah dan Azim. Wah, senang sekali rasanya bertemu
dengan mereka. Terakhir kali bertemu lengkap seperti ini akhir tahun 2013.
Sekarang adik-adik iparku yang berdarah Melayu itu sudah tumbuh semakin besar
dan supel. Tidak lagi malu-malu seperti tiga tahun yang lalu.
Seperti yang telah direncanakan, ibu mertua mengajak
keluarganya mengunjungi kerabat yang ada di Kudus dan Jepara. Saat melancong ke
dua kota tersebut, hanya suami yang turut serta. Karena berturut-turut kami
akan pergi dalam waktu yang lama, maka saat pergi ke Kudus dan Jepara aku
memutuskan untuk tidak ikut. Kondisi ibuku tidak memungkinkan untuk ditinggal
terlalu lama, kebetulan Ifa juga sedang dalam kondisi yang tidak fit.
Baru pada hari Minggu, 27 Maret 2016 kami refreshing ke Umbul
Sidomukti. Memang sudah sejak bulan Januari, ibu mertua diiming-imingi tentang
cantiknya pemandangan di daerah tersebut. Segeralah saat itu beliau memutuskan
akan kembali pulang ke Semarang untuk jalan-jalan ke sana.
Aku sendiri ikut senang karena akhirnya setelah lima tahun
bisa kembali menginjakkan kaki ke tempat ini. Jadi ingat lima tahun yang lalu,
aku dan suami bermalam di Bandungan untuk honeymoon yang kedua pada sebuah
tanggal yang cukup spesial untuk kami. Tak berapa lama, aku pun hamil Ifa. Dan
kini setelah lima tahun berlalu, kami bisa kembali ke Umbul Sidomukti bersama
Ifa.
Bedanya kalau dulu kami hanya foto-foto di luar arena wisata
Sidomukti, hari Minggu yang lalu kami akhirnya masuk ke tempat wisatanya. Aku,
suami dan Ifa memilih untuk kungkum di kolam renangnya hingga Ifa merasa
kedinginan dan minta untuk dibilas. Setelah itu kami menikmati pemandangan
sambil makan pop mie dan es teh, sembari melihat para pengunjung yang mengadu
nyali di arena flying fox dan adrenaline game.
Sementara itu, adik-adik iparku yang awalnya ragu-ragu untuk
mencoba flying fox akhirnya memberanikan diri untuk merasakan nikmatnya
berseluncur di ketinggian. Ternyata, kata mereka nagiiih banget. Hehehe. Murah
lagi, cuma 3 SGD katanya.
Umbul Sidomukti, Maret 2016
Setelah puas menikmati Umbul Sidomukti, kami turun ke
Jimbaran. Tidak lengkap kalau sudah ke daerah Bandungan tanpa menikmati ikan
bakar di Suharno. Kami memilih pemancingan Suharno 3 untuk tempat santap siang.
Di sini aku melihat mbak Muna Sungkar, sang Mom Traveler yang sepertinya baru
selesai santap siang di tempat tersebut. Setelah kucolek di grup whatsapp, mbak
Muna pun melambaikan tangannya dari dalam mobil yang ditumpanginya. Senengnya
ketemu sohib blogger yang kece saat liburan seperti ini, meski hanya sempat
saling dadah-dadah. Hehe.
Puas menikmati sajian di Suharno 3, kami kembali ke Semarang.
Namun trip belum usai. Tugu Muda dan Lawang Sewu menjadi persinggahan terakhir.
Di Lawang Sewu, aku dan suami menjadi tour guide abal-abal untuk adik-adik
iparku. They were really excited to know about Lawang Sewu and history of the place.
Karena waktu mendekati magrib, kami tidak terlalu lama mengitari Lawang Sewu.
Setelah berfoto-foto secukupnya dan adzan Magrib berkumandang, kami pun
bergegas mengakhiri pertemuan yang berkesan itu.
Bercengkrama di Lawang Sewu
Berkumpul bersama keluarga memang selalu meninggalkan kenangan dan kesan yang
mendalam. Tidak hanya kebahagiaan, seringkali aku pun merasakan kesedihan acap
kali aku ingat betapa sekarang aku hanya anak tunggal dari ibuku. Membayangkan kelak
ketika usia semakin menua, tidak akan ada adik yang datang mengunjungi tiap
lebaran tiba, langsung mellow deh rasanya. Melihat sepupu-sepupu bisa hadir
lengkap dengan ayah ibu mereka rasanya so saaad. Tapi setiap aku kelihatan
mellow seperti itu, para sepupuku langsung buru-buru memelukku, “La ini adik
mbak Ririt banyak banget lo, ya. Kita kan adik-adik mbak Ririt semua.” Seketika
itu juga rasa lungkrahku menghilang.
Keluarga adalah rumah untuk setiap perjalanan. Ke mana pun
kita melangkah, ke mana pun kita bertualang, akan selalu ada tempat untuk
kembali, dan keluarga lah tempat tersebut. Hargai selalu setiap kehangatan yang
ada dalam keluarga kita, karena kita tak pernah tahu kapankah hari itu
berakhir.
Selamat berkumpul
bersama keluarga yaaa!
#OneDayOnePost
FunBlogging Day 3
Marita Surya Ningtyas
wah seru banget acara-acaranya... lengkap!
ReplyDeletesalam kenal mak maritaningtyas... panggilan sapaannya apa ya.. ;)
aku follow ya... folback juga ya.. hehe :*
salam kenal juga mak Sarah :) Biasa dipanggil Marita atau Ririt, mangga enak yang mana, hehe. Siip, cuzzz follback :)
DeleteSenangnya acara kumpul keluarga
ReplyDeletesalam sehat dan sukses amin
Ya pak, senang sekali memang. Aamiin. Terima kasih.
DeleteWah selalu happy dan seru acara kumpul keluarga besar, kalau aku selalu kumpul itu momen pernikahan, pasti kakak dari mamah yang tinggal 1 dateng ma istri dan anak mantunya plus cucunya juga adik dari bapak masih ada 4 beserta istri anak mantunya plus cucunya, rame seru kalau ada hajatan di bandung atau garut kumpul semua termasuk yang jauh2 kotanya
ReplyDeleteIya mbak seru, apalagi kalau kumpul dengan keluarga yang beda kota atau beda negara ya. Yang ketemunya nggak bisa sering-sering, excited bangeeet :)
DeleteKemarin habis dari Umbul, langsung naik ke pondok kopi trus anak-anak spontan minta ke Akung..makanya kita nggak ketemu ya..hehe
ReplyDeleteIya mbak, malah ketemunya sama mbak Muna :D
DeleteWah kalau acara kaya begini jarang mbak dikeluarga saya paling hanya hari raya idul fitri saja keluarga saya bisa kumpulnya.
ReplyDeleteNggak apa-apa pak, daripada tidak sama sekali, hehe :D
DeleteAsyik sekali Mba liburannya... :)
ReplyDeleteAlhamdulillah mbak, mumpung lagi ngumpul :)
Deleteartikel dan web yang sangat bagus, dan bisa jadi pengetahuan, dan di perbanyak lagi artikel-artikelnya, agar banyak juga yang berkunjung kesini..
ReplyDeleteTerima kasih kunjungan dan sarannya :)
Delete