Ngobrolin mass market atau yang bahasa kerennya biasa disebut
dengan para pelaku industri mikro ini
memang begitu mudah ditemui di sekitar kita. Dari tukang sayur keliling,
penjaja kuliner yang menawarkan dagangan mereka dari gang ke gang, rumah ke
rumah, hingga tukang sol sepatu yang dengan setia menawarkan jasanya meski
terik mentari mendera.
Keberadaannya seringkali kita abaikan, mereka datang dan
pergi melewati rumah demi rumah kita jarang memperhatikannya, bahkan terkadang
untuk sekedar membalas senyuman yang mereka lemparkan pun kita begitu enggan. Namun
begitu kita membutuhkan jasa mereka, kita sangat mengharapkan bahkan menunggu
mereka datang. Ya, seringkali kita
mengerti betapa kita membutuhkannya
justru saat mereka tidak hadir di hadapan kita.
Tak bisa kita pungkiri, para pelaku industri mikro ini telah
memberikan manfaat dan pengaruh besar terhadap kehidupan kita. Saya sendiri
sangat merasakan begitu banyak manfaat yang saya dapatkan dari kehadiran
mereka, terutama dari tiga pelaku mass
market yang sering saya pergunakan jasanya.
Yang pertama adalah Mbak Narti. Perempuan setengah baya yang bersuara khas ini sedari pagi telah mendorong gerobaknya dari gang ke gang untuk menawarkan dagangannya. Sayuran segar, daging ayam, ikan segar, hingga buah-buahan memenuhi gerobaknya. Satu per satu mulai terjual dan ia pun akan pulang dengan membawa seutas senyum karena dagangannya laris manis.
Mbak Narti ini tukang sayur langganan keluarga saya. Selain
ramah, ia juga sangat ringan tangan. Tidak hanya membantu saya membawakan
sayuran dan belanjaan harian yang saya butuhkan. Saya yang notabene suka (baca:
sering) malas masak ini sangat terbantu dengan kehadirannya. Ia seringkali
menawarkan masakan yang sudah matang hingga saya tak perlu repot-repot mengolah
sayur dan lauk pauk, tinggal lep dan kenyang. Masakan hasil olahannya pun cukup
lezat dan cocok di lidah.
Karena rumahnya yang terletak di kampung dekat perumahan tempat
keluarga saya tinggal, beberapa kali saya juga sempat menitipkan anak saya padanya
ketika harus hadir pada sebuah acara yang tak memungkinkan mengajak si kecil. Rumahnya
dengan pekarangan yang cukup luas dan banyak hewan ternak berkeliaran membuat
anak saya betah berlama-lama tinggal di sana. Apalagi Mbak Narti punya cucu
yang seumuran dengan anak saya.
Begitulah, mbak Narti telah mampu menyempurnakan hidup saya
dengan cara yang sederhana, namun begitu penuh manfaat dan arti. Ia tak hanya
sekedar tukang sayur, namun sudah seperti sahabat dan kerabat bagi keluarga
saya.
Pelaku mass market berikutnya yang sangat berarti bagi
kehidupan saya adalah tukang sol sepatu yang selalu lewat di depan rumah tiap
hari menjelang siang. Dengan teriakan khasnya, “sol sepatu”, bapak itu selalu
lewat dengan semangat membaranya untuk menjemput rizki. Tidak gentar pada panas
matahari yang menghunjam, juga hujan deras yang kadang menyapa. Ada atau tidak
ada yang membutuhkannya, ia akan selalu menawarkan jasanya dengan penuh
semangat. Sudah beberapa kali saya menggunakan jasanya, dari menjahit sandal
kesayangan saya yang sol bawahnya mulai terbuka hingga memperbaiki sandal
gunung suami yang rusak padahal baru dipakai sehari karena kakinya yang
kegedean. Begitu sederhana, namun tanpa kehadiran si bapak, saya dan suami
harus beli sandal baru lagi yang tentunya harus merogoh kantong lebih dalam.
Memiliki badan yang tak terlalu tinggi cukup membuat saya
sering membeli gamis yang kepanjangan. Ukuran standar gamis yang sesuai dengan
besar badan saya biasanya cenderung lebih panjang dari tinggi tubuh saya. Saya
yang harusnya menggunakan gamis dengan ukuran panjang 130 hingga 132 cm sering
terpaksa harus membeli gamis dengan panjang 135 hingga 140 cm. Gamis yang
terlalu panjang jika dipakai jelas sangat menyusahkan saat berjalan, bisa-bisa
saya terjatuh karena menginjak ujung bawah gamis tersebut. Syukurlah saya punya
langganan tukang jahit di pasar yang selalu siap sedia untuk memotongkan gamis
sesuai dengan ukuran tubuh saya. Agar tak berkali-kali datang, biasanya saya
kumpulkan gamis yang hendak saya potong hingga tiga atau empat stel, baru saya
meminta si ibu penjahit untuk memendekkan gamis-gamis tersebut.
Selain memotong gamis, saya sering menggunakan jasanya untuk
menjahit celana suami yang robek ataupun membuatkan seragam PKK dan seragam
kantor suami. Meski harga yang dipatoknya sangat murah dibandingkan penjahit yang
sudah punya cukup nama di daerah itu, namun hasil jahitannya tidak
mengecewakan. Terbukti banyak orang berbondong-bondong ke tempatnya. Tak jarang
ketika saya tiba di lapaknya yang cukup sempit, ia berkata “kalau mau ditinggal
mbak, seminggu lagi diambil ya.” Pernyataan tersebut dan juga beberapa kantong plastik
berisi kain dengan label nama yang berbeda menjadi tanda bahwa banyak yang puas
dengan hasil jahitannya.
Lapaknya yang sederhana, patokan harga yang terjangkau dengan
hasil yang memuaskan telah mampu membuat saya selalu ingin lagi dan lagi
menggunakan jasanya.
Para pelaku mass market di sekeliling saya ini telah mampu
mengajarkan saya tentang kesempurnaan hidup. Betapa setiap orang di dunia ini
saling membutuhkan. Sekecil apapun yang orang lain berikan kepada kita, telah
mampu menyempurnakan hidup kita. Dari mereka pula, saya banyak belajar tentang
arti kerja keras dan semangat untuk kehidupan yang lebih baik.
Tanpa Mbak Narti, bapak sol sepatu keliling dan ibu tukang
jahit di pasar itu, hidup saya tak akan sempurna. Tanpa mereka, tak akan ada
masakan maknyus tersaji di rumah saya, tak akan ada yang mampu memperbaiki
sandal dan sepatu yang sebenarnya masih layak pakai tapi tidak bisa digunakan
karena solnya terbuka, dan mungkin saya akan terus terjatuh saat menggunakan
gamis yang kepanjangan.
Saya mungkin belum bisa melakukan sesuatu yang lebih untuk
mereka selain terus menggunakan jasanya dan memberikan imbalan sepantasnya,
bahkan kalau bisa lebih dari yang mereka minta. Namun lewat tulisan inilah saya
ingin berkata, terima kasih semuanya, I love you pullll daah J
Ingat tentang mass market, saya juga akan selalu ingat dengan
BTPN. Kebetulan ibu saya seorang pensiunan guru SD. Beliau terpaksa mengambil
pensiun dini karena sakit yang dideritanya. BTPN menjadi tempat yang tidak
asing bagi saya karena tiap bulan saya selalu datang ke lokasi bank tersebut
untuk mewakili ibu mengambil uang pensiun.
Beberapa bulan yang lalu, saat saya datang berkunjung ke BTPN,
saya melihat keramaian yang tak biasanya. BTPN memang akan selalu ramai saat
awal bulan dan menjelang lebaran, namun selain momen-momen tersebut, BTPN tidak
akan terlalu crowded. Untuk menghindari antre yang terlalu panjang, saya lebih
suka mengambil pensiun ibu setelah tanggal 15, sehingga saya tidak perlu
menunggu terlalu lama untuk proses pengambilan pensiun tersebut.
Namun hari itu berbeda, saya sempat berpikir saya salah lihat
kalender. Tapi setelah saya cek kembali, ternyata memang benar sudah masuk
tanggal belasan. Kepo akut saya mulai timbul dan mulai mencuri dengar tentang
acara yang bersebelahan dengan ruang pengambilan pensiun.
Saat itu saya baru tahu kalau ternyata BTPN memberikan
perhatian yang lebih kepada mass market. Bukan hanya para pelaku industri kecil
yang masih muda, BTPN juga memberikan perhatian yang lebih kepada para karyawan
yang hampir masuk usia pensiun. BTPN memberikan penyuluhan bahwa usia pensiun
tidak lantas menjadikan mereka berhenti berkarya. Dengan dukungan dari BTPN,
banyak para pensiunan justru mulai merintis karirnya menjadi pengusaha kecil.
Dari yang berjualan kue-kue kering hingga berjualan rajutan hasil karya mereka.
BTPN lewat program DAYA mengajak para nasabahnya untuk
menggiatkan kampanye “Menabung untuk Memberdayakan”. Lewat program DAYA
tersebut, para nasabah BTPN secara tidak langsung telah membantu masyarakat
yang berpenghasilan rendah dan para pelaku industri kecil untuk memiliki
kehidupan yang lebih baik. Tidak sedikit dari para pelaku mass market ini telah
menjadi pengusaha yang sukses dengan bantuan BTPN dan para nasabahnya.
Nah, jika kita tertarik untuk menjadi salah satu nasabah BTPN
dan ikut memberdayakan para pelaku industri kecil, kita bisa mencoba dulu
melakukan simulasi seperti di bawah ini. Dengan simulasi ini, kita bisa tahu
kira-kira dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan tabungan kita sudah berapa
banyak dan sudah bisa membantu apa untuk para pegiat mass market.
Caranya mudah kok, cukup masuk saja ke link berikut ini.
Lalu, klik bagian “mulai simulasi”.
Setelah itu kita bisa memilih untuk masuk
melalui Facebook atau manual simulasi. Saat saya melakukan simulasi, saya
memilih untuk masuk melalui Facebook agar lebih mudah dan cepat.
Setelah klik bagian ‘’Connect Facebook to Start”, kita akan
sampai pada bagian ini. Di sini kita bisa menyesuaikan jumlah uang yang ingin
kita tabungkan per bulan dan berapa lama kita ingin menabung. Saya memilih Rp.
500.000, 00 per bulan dengan jangka waktu 5 tahun. Kemudian klik “Lihat hasil
simulasi.”
Ada sebuah form yang harus kita isi untuk mendapatkan informasi
lebih lanjut. Jika kita bersedia dihubungi customer service dari BTPN di
kemudian hari, kita bisa mencentang kolom tersebut, jika tidak kita bisa
melanjutkan simulasi dengan klik “lihat hasil simulasi.”
Sampailah pada halaman akhir simulasi, di sini saya bisa tahu
ternyata jika saya menabung di BTPN dengan jumlah simpanan Rp. 500.000, 00 per
bulan, lima tahun mendatang tabungan saya telah akan mencapai tiga puluh empat
juta sekian. Namun, yang lebih penting lagi saya akan bisa membantu
memberdayakan pelaku industri kecil untuk bisa lebih maju dan memiliki
kehidupan yang lebih baik. Dalam simulasi tersebut, saya diberi contoh telah
mampu memberdayakan seorang pengrajin mainan kayu di Bantul.
Sangat menarik ya program DAYA dari BTPN ini. Bisa menjadi
wujud terima kasih kita secara nyata kepada para pelaku industri kecil yang
selama ini kehadirannya telah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan kita.
Yuk, kita menabung untuk memberdayakan serta jadikan hidup kita dan hidup mereka
#LebihBerarti!
Mass market emang memudahkan dlm kehidupan sehari2. Sukses ya mbak lombanya :)
ReplyDeleteIya mbak.. Terima kasih.
DeleteAku juga langganan sayur mayur di penjual keliling. Mass market membantu dan memudahkan ya mbak
ReplyDeleteIya mbak, bener banget. :)
DeleteMereka2 ni yg sering kali disepelrkan kehadirannya ys mbak padahal tanpa mereka kita kesusahan.sukses lombanya ya :)
ReplyDeleteIya mbak Muna.. baru sadar kalau pas mereka dicari susah... Makasih sudah mampir mbak.. makasih juga semangatnya :)
DeleteSukses buat mbak Marti dan mbak Marita :)
ReplyDeleteMbak Narti mbak. hehe.. Makasih sudah mampir mbak :)
DeleteBener banget nih, coba kalo nggak ada tukang sayur bisa-bisa tiap hari ngapelin warteg hehe
ReplyDeletegudlak ya mba Marita..
huum, apalagi tukang sayur langgananku ini sudah merangkap jadi katering mbak, buat aku hehehe :D
DeleteMakasih mbak, sukses juga untukmu
Aku belanja sayur juga sama tukan blanja keliling, eh manggrok ding, kalo ke pasar malah bisa abis banyak, hehehe
ReplyDeleteIyaa boros klo ke pasar :D maunya beli apa, jd nambah macem2.. Hehe
DeleteYa kehadiran mereka sepertinya sepele tetapi sangat penting ya mbak Marita. Saya sering sekali ke tukang permak buat permak baju-baju :)
ReplyDeleteSemoga sukses lombanya ya mbak :)
aamiin. Makasih udah mampir mbak.
DeleteSemoga mas market bisa berkembang menjadi semakin baik :)
ReplyDeleteaamiin. Makasih udah mampir mbak.
DeleteSemoga mereka semua terberdayakan.. aamiin..
ReplyDeleteAamiin
Delete