Karena sangat rindu menjadi muslimah yang kaffah... untuk itu saya sedang belajar untuk tidak merayakan budaya-budaya yang tak syar'i...
Dulu novel dan cerpen jadi lalapan saya, sekarang passion saya sedang bergeser ke buku-buku berbau parenting dan pendalaman religi. Dan setiap saya menuntaskan satu buku, semakin saya haus mencari buku yang lain. Memang ilmu itu ternyata suka mencari temannya, setiap dapat ilmu baru maka akan timbul pertanyaan lain yang membuat kita tak akan puas untuk terus menimba dan menimba pengetahuan.
Soal parenting menyesap ke kalbu saya jauh lebih mudah. Mungkin karena saya termasuk orang tua baru yang merasa membutuhkan ilmu bagaimana mendidik anak dengan baik dan sebelumnya memang di otak saya yang masih bebal ini belum banyak informasi yang masuk tentang hal tersebut. Itu saja untuk menerapkannya susahnya minta ampun. Betapa memang terbukti teori tanpa dibarengi perubahan mindset itu akan menghasilkan action yang tak real :D
Yang bikin saya lemes itu justru setelah saya selesai menuntaskan membaca buku-buku religi. Satu saya tuntaskan kemudian masuk ke buku yang lain, saya cuma bisa menghela nafas... Betapa ternyata menjadi muslimah yang kaffah itu bukan hanya soal sholat lima waktu, berhijab, dan rajin ngaji. Karena itu memang kewajiban... Sholat lima waktu dan berhijab sudah sangat jelas diatur di Al Quran. Rajin ngaji -- dalam hal ini membaca Al Quran - betapa seumur hidup tidak akan pernah cukup untuk menggali makna-makna yang ada di dalamnya.
Selama ini saya pikir jika sehari-hari sudah dipenuhi dengan tiga hal tersebut, sudah cukuplah, jika bisa berpuasa sunah maka akan lebih baik lagi. Tentu saja dibarengi dengan saling tolong menolong, bertoleransi, dan berbuat baik pada orang lain.
Namun semakin saya sadar bahwa dibalik kewajiban tersebut ada esensi-esensi mengapa kita harus melakukannya. Saya mulai merasa butuh pengetahuan tambahan untuk memperkuat keyakinan saya. Saya mulai merasa butuh teman untuk saling berbagi ilmu-ilmu yang saya dapat. Alhamdulillah Allah mempertemukan saya dengan teman-teman yang memiliki ghirah yang sama.
Dari kegiatan nganterin Ifa sekolah tiap Senin - Rabu saya ketemu ibu-ibu muda yang semangat belajar agamanya tinggi. Kami lantas sama-sama mencari guru atau tepatnya teman sharing yang tepat yang bisa menambah wawasan kami. Sehingga kegiatan nganter sekolah itu tidak hanya jadi ajang ngerumpi tapi juga bisa menambah kualitas diri. Dari memperbaiki bacaan ngaji yang salah, menghafal surat-surat pendek, sampai upgrading ilmu tentang agama mulai jadi hal rutin. Silaturahmi memang selalu menyenangkan, tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga menambah persaudaraan.
Dari dunia maya, saya juga dipertemukan dengan beberapa teman yang memberikan saya wawasan lebih jauh bahwa ketika kita benar-benar mencintai pencipta kita, maka kita tidak boleh stuck dengan apa yang kita tahu. Beberapa rekomendasi buku saya baca, beberapa link website saya lalap dan saya merasa semakin kerdil.
Betapa masih banyak hal-hal dalam keseharian saya yang masih jauh dari hal-hal yang syar'i. Mengagung-agungkan budaya-budaya yang sama sekali tak ada tuntunannya dalam agama yang saya yakini. Pikiran liberal saya yang masih suka mengusik iman... nggak ada salahnya toh yang penting kita ambil sisi positifnya. Merayakan ulang tahun misalnya, itu kan sebagai pengingat kalau kita tambah umur agar tak lupa bersyukur atas karunia Tuhan masih diberi kehidupan. Atau merayakan wedding anniversary misalnya, bagus juga toh mengingat bagaimana perjalanan hidup kita dengan pasangan bisa sampai di titik ini, sebagai ungkapan rasa syukur masih diberikan kesempatan hidup bersama. Mengucapkan selamat hari raya pada penganut agama lain... kan itu salah satu bentuk toleransi, mereka juga ngucapin ke kita lo. Kasih cokelat dan bunga ke pasangan saat tanggal 14 Februari, nggak apa-apa kan nyenengin pasangan, memberi hadiah kan bentuk sedekah juga to.
Banyak sanggahan-sanggahan hebat bersliweran di otak saya. Memang kenapa toh kita nggak boleh mengikuti budaya-budaya itu, maknanya kan baik. Dan mak jleb, bukankah semua yang baik di mata kita tak selalu baik di mata Allah? Dan seringkali kita melakukan penyangkalan terhadap hal-hal tersebut dengan dalih positive thinking dan toleransi. Sedang sesungguhnya Allah telah mengatur dengan sebaik-baiknya semua perkara hidup kita, dan ketika kita jalani sesuai apa yang Allah perintahkan maka hidup itu akan terasa ringan dan mudah.
Dulu saya risih lihat laki-laki berjenggot dan celana cingkrang, dulu saya merasa aneh dengan perempuan bercadar.. dulu saya merasa orang-orang yang nggak mau ngucapin selamat hari raya ke penganut agama lain itu songong banget sih... dalam pikiran saya memang harus ya gitu-gitu banget. Namun ternyata mereka jadi gitu-gitu banget karena ada ilmunya, dan kita seringkali mencibir orang-orang tersebut dengan perkataan "sok alim", "eksklusif", "close minded", "nggak toleran", dan sebagainya.
Sesungguhnya ilmu itu nggak akan datang kalau nggak dicari. Dan sesungguhnya kita nggak akan bisa menjadi lebih baik kalau setiap hari nggak mengupgrade ilmu. Saya nulis ini bukan untuk ngelarang teman-teman merayakan budaya-budaya tak syar'i tersebut, silakan kalau masih mau merayakan.. itu pilihan. Kebetulan hari ini saya sedang berhalangan jadi tidak bisa membaca Al Quran, tapi entah kenapa mata saya pagi ini tertuju pada sebuah firman Allah yang menentramkan:
“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)
Untuk saudara-saudara seiman... seringkali kehidupan yang serba modern ini membuat kita menjadi lunak terhadap apa yang seharusnya kita berlaku keras :)
Untuk teman-teman penganut agama dan kepercayaan lain... maaf jika menjadi jujur seringkali membuat saya kini terlihat aneh di mata teman-teman. Namun ternyata semakin saya banyak belajar, semakin saya tahu bahwa agama saya telah mengatur peribadatan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama sebaik mungkin... termasuk ternyata saya tidak perlu merayakan dan mengucapkan selamat ulang tahun, wedding anniversary apalagi valentine :) Karena setiap hari saya merayakan hal-hal tersebut dengan cara yang telah diatur sebaik mungkin lewat hal-hal yang wajib bahkan lewat hal-hal yang terlihat kecil.
Baru saya sadari sekarang hidup itu setiap hari adalah perayaan, itu kenapa budaya-budaya tak syar'i itu tak perlu dirayakan. Contoh mudahnya kenapa saya tak butuh merayakan ulang tahun (selain karena sejarah dari perayaan tersebut tentunya), karena setiap mata terbelalak di pagi hari, ucapan alhamdulillah telah menjadi bentuk syukur saya kepada Allah betapa masih diberi umur hingga detik ini. Sholat bukan hanya sebuah ritual kewajiban sebagai seorang muslim, tapi juga bisa menjadi sebuah perayaan untuk saya karena Allah masih memberikan nafas sehingga masih banyak ilmu yang saya pelajari hingga hari ini, masih diberi waktu untuk bertobat, masih diberi waktu untuk berbuat baik. Dan tak tanggung-tanggung... perayaan luar biasa ini tidak sekedar setahun sekali tapi sehari lima kali :)
Berhijab bukan hanya soal kewajiban tapi juga sebuah perayaan betapa Allah menyayangi saya sebagai muslimah. Bagaimana mungkin Allah mengeluarkan mandatnya kepada setiap wanita untuk menutup aurat jika Allah tak menyayangi makhluk ciptaanya ini. Betapa karena Allah ingin melindungi. Dan setiap saya mengingat kasih sayang Allah tersebut, betapa sesungguhnya saya wajib merayakannya dengan berhijab sesuai dengan tuntunanNya. Bahkan ucapan Bismillah saat saya ingin membangunkan suami saya pun bisa merupakan perayaan, betapa indahnya hidup bersamanya hingga hari ini dan masih dinaungi kasih sayang Allah.
Ucapan salam setiap kali bertemu sesama muslim menjadi sebuah perayaan kasih sayang antar umat manusia, bahkan saling mendoakan setiap kali bertemu, setiap hari dan tidak hanya saat saudara kita berulang tahun.
Ah, sepertinya tak akan cukup postingan ini untuk menuliskan betapa banyaknya esensi yang terkandung dalam segala aktivitas harian kita. Yang saya tahu pagi ini saya menyadari mengapa seorang teman saya sangat keukeuh untuk berdakwah mengenai tidak pentingnya merayakan budaya yang tak sesuai syariat. :) Namun memang merubah segala kebiasaan yang telah mendarah daging itu tak mudah... Semoga setiap hari bisa belajar menjalankan kehidupan sesuai syariat dengan lebih baik :)
#going30series
-seringkali peradaban yang semakin modern melatih kita untuk bebas berpikir dan merumuskan hal-hal yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang telah diatur oleh Allah dengan sebaik-baiknya :)
Mantap nih.tulisan, sisq di edit jadi sebuah artikel berzigi dan serius. jadi sdh tahan nih g.ngerayain ulang tahun hehehehe... awal2 emang berat mba, insya Allah kita perlu niat, belajar dan berdoa agar kita bs.ninggalin yg bathil meski terlihat indah
ReplyDeleteMantap nih.tulisan, sisq di edit jadi sebuah artikel berzigi dan serius. jadi sdh tahan nih g.ngerayain ulang tahun hehehehe... awal2 emang berat mba, insya Allah kita perlu niat, belajar dan berdoa agar kita bs.ninggalin yg bathil meski terlihat indah
ReplyDeleteMasih gojag gajig sih mbak.. tapi bismillah :) apalagi kalau habis baca buku-buku yang mbak rekomendasikan... rasanya masih banyak ilmu yang harus dipelajari... masa iya masih musingin hal remeh temeh sih :) semoga bisa selalu istiqomah ya mbak :)
ReplyDelete