Menyikapi kejadian kekerasan seksual di JIS,
serta kasus kekerasan seksual antar anak, remaja, dll, yang saat ini banyak
terjadi di sekitar kita, (FYI, menurut penelitian dari 5 orang anak, 1 orang
pasti pernah mengalami kejahatan seksual dan 90 persen dilakukan oleh orang yang mereka kenal), maka berikut ini sikap yang harus
dimiliki oleh Ayah Bunda:
1. Bekali anak dengan pemahaman pentingnya
menjaga diri. Bahwa dirinya amat sangat berharga, tidak sembarang orang dapat
menyentuhnya. Termasuk mengajari anak tentang fungsi-fungsi bagian tubuh sedini
mungkin. Tanamkan “tubuhku adalah milikku anugerah dari Tuhan yang harus dijaga
sebaik mungkin.” Tanamkan pendidikan agama sedini mungkin, dan pendidikan agama
terbaik bukan dari sekolah atau guru ngaji tetapi dari orang tuanya sendiri.
2. Tekankan pada anak, agar berhati-hati terhadap
sentuhan dari orang lain.
Ajari perbedaan sentuhan:
• Sentuhan baik yaitu sentuhan di atas bahu dan
bawah lutut
• Sentuhan membingungkan yaitu sentuhan di bawah
bahu sampai atas lutut
• Sentuhan buruk yaitu sentuhan pada
bagian-bagian yang ditutupi pakaian dalam
Ajari anak bagaimana harus bersikap bila menerima
sentuhan buruk dan membingungkan. Meski sentuhan itu
dari orang laki-laki/ perempuan terdekatnya (paman, kakek, tetangga, bahkan
ayahnya sendiri). Ajarkan juga anak untuk menolak ketika ada orang lain baik
itu dikenal atau tidak dikenal untuk menyentuh/ melihat tubuh/ alat vital orang
tersebut.
Orang tua harus menjelaskan bahwa ada beberapa
alasan anak-anak bisa memperbolehkan orang lain menyentuh bagian tubuh mereka
yang pribadi seperti apabila dokter sedang memeriksa mereka saat sakit. Tetapi
tetap tegaskan kepada anak bahwa mereka berhak menolak apabila mereka merasa
tidak nyaman.
3. Semaksimal mungkin hindari anak-anak dari
gadget (smartphone, tablet, ipad), tv, komputer, lebih baik berikan mainan untuk
kegiatan fisik semisal, bola, sepeda, bowling2an, dan atau buku-buku
cerita/pengetahuan, buku aktifitas (Ingat: buku adalah investasi berharga yang
kita tanam untuk anak), dan atau mainan edukatif (puzzle, lego, balok, tangram,
kartu-kartu yg mendidik, dll - sudah banyak dijual di toko buku. (PS: kecanduan
pornografi biasanya berawal dari kecanduan gadget dan ketika seseorang sudah
kecanduan pornografi maka kerusakan otak yang dideritanya sama dengan orang
yang tertabrak kendaraan hingga koma dan merusak otak di bagian pelipis kanan.)
4. Berikan "underwear rule". Aturan
pada anak dalam berpakaian, di mana, kapan dan pada siapa boleh membuka pakaian
dalam. Jangan biasakan anak kita (usia balita) hanya memakai pakaian dalam saja
saat di rumah, meski sedang bersama orang tua/anggota keluarga. Mulai berikan
pemahaman tentang aurat laki-laki adalah dari pusar sampai lutut, dan aurat
perempuan semua, kecuali telapak tangan dan muka.
5. Berikan aturan sesuai Islam, sejak usia 7 tahun
sudah dipisah tidurnya anak laki-laki dan perempuan. Dan tidak boleh tidur dalam
satu selimut. Bila masuk kamar orang tua (pada saat sebelum subuh, antara zuhur
dan ashar, dan ba'da Isya) harus mengetuk pintu terlebih dahulu.
6. Orangtua tidak membiasakan diri hanya memakai
handuk saja saat keluar dari kamar mandi. Aturan ini juga harus dibiasakan pada
anak. Termasuk jangan sekali-kali membiasakan mengganti baju anak di luar
kamar/ di luar rumah.
7. Ajarkan anak tentang “Password” yang hanya
diketahui oleh anak dan orang tua. Pilihlah kata yang paling tepat untuk
menjadi kata rahasia untuk keluarga. Ajarkan pada anak untuk tidak biasa
menerima pemberian/ hadiah dari orang lain baik itu dikenal atau tidak dikenal
terutama saat tidak bersama orang tua. Ajarkan anak untuk tidak mau diajak
pergi oleh orang yang tidak dikenal dengan cara menanyakan password kepada
orang tersebut. Jika orang tersebut tidak bisa menjawab password dengan benar,
ajarkan anak untuk berontak, lari berteriak, atau melakukan perlawanan.
Anak juga harus diajarkan cara untuk mencari
pertolongan. Memberitahu anak tentang keberadaan polisi, dokter, guru, pekerja
sosial adalah hal yang bijaksana, sehingga anak tahu bahwa banyak pihak yang
bisa diminta pertolongan apabila mereka membutuhkan.
8. Membangun komunikasi yang baik dengan anak. Perlu
diajarkan kepada anak-anak mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan dan yang
tidak boleh dirahasiakan. Setiap hal yang bisa membuat mereka sedih, gelisah,
tidak nyaman adalah hal-hal yang tidak boleh dirahasiakan (rahasia jelek) dan
harus diberitahukan kepada orang dewasa yang bisa dipercaya terutama kepada
orang tua.
9. Orang tua wajib selalu ingat bahwa pencegahan
dan perlindungan merupakan tanggung jawab orang dewasa. Ketika seorang anak
mengalami pelecehan seksual, dia akan merasa malu, bersalah dan bersedih. Orang
dewasa seharusnya bisa menciptakan kebiasaan untuk tidak merasa tabu
menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas kepada anak, apalagi
apabila hal-hal itu membuat anak-anak merasa tidak nyaman dan bersedih.
Anak-anak harus dibiasakan untuk bisa merasa terbuka untuk berbicara mengenai
hal-hal seksualitas kepada orang tua mereka.
10. Kenali bahasa tubuh anak ketika ia mulai
terlihat menyembunyikan sesuatu. Ketika anak memang telah menjadi korban
kejahatan seksual, JANGAN MARAH KEPADA ANAK ANDA. Anak anda adalah korban,
jangan pernah membuat mereka merasa bersalah dan telah melakukan suatu yang
salah. Anak-anak
mudah merasa bersalah telah bercerita apabila anda bereaksi berlebihan,
sehingga lain kali mereka mungkin merasa tidak nyaman lagi untuk bercerita. Jangan
terlalu cepat mengambil kesimpulan apabila masih ada hal-hal yang belum jelas.
Segera cari pertolongan juga kepada para ahli yang lebih kompeten seperti
dokter dan psikolog atau guru-guru anak disekolah, untuk mendapatkan info yang
lebih jelas.
(dirangkum dari berbagai sumber, khususnya seminar parenting IBU ELLY RISMAN)
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com