juga belati
bersiap mencacah daging tulang dan darah
sun yi tak pernah takut sendiri
apa kau lupa ia lahir dalam rahim sepi?
tak perlu ditopang
ia mampu mencetak jejak
sun yi datang lagi
untuk waktu yang tak tentu
ia kalungkan sabit di lehernya
memandang nanar pada wanitawanita jalang
yang berlumur keringat priapria bukan miliknya
sun yi mampir sebentar pada jendela kemunafikan
yang dibuka lebar-lebar
tidak akan ada yang mengaku untuk sebuah pengkhianatan
tak ingatkah bagaimana kau melonglong bagai anjing kala itu..
tak ada bedanya kau dengan kami..
kini biarkan kami menyingkap gelora..
kau cukuplah jadi penonton saja
tak perlu ikut bertepuk tangan dan berseloroh..
cuiih.. jangan anjingkan orang yang kau sendiri juga anjing!"
satu per satu membuka jendela dan membuang ingus
tak ada satu pun yang mendengar kata sun yi
"pernah aku menjadi sundal juga anjing
tapi aku berhenti di saat aku tahu lolonganku akan menoreh sakit..
tapi aku berhenti dengan tangisan dan terkapar
yang hingga detik ini belum usai laranya..
maka berhentilah..
geloramu itu bukankah tak pada tempatnya..
sungguh aku peduli
karena bodohmu itu pernah kurasakan..
jangan ulang jejak yang sama.."
lakilaki wanitawanita terbahak
membuang caci memahat maki
membenarkan pengkhianatan atas nama sakit
membenarkan dusta atas nama sepotong hati yang baru..
dan sun yi meledakkan tangis meruah..
bila tak ada dosa di alam semesta
"aku ingin menjadi malaikat maut untukmu, untuknya, untuk mereka..
dan untukku.. yang tak tau malu mengumbar dosa!"
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com