Momen terindahku sebagai seorang wanita adalah memiliki seorang Ifa, gadis kecil yang
akhirnya kumiliki di tengah keputusasaanku.
My Luphly Ifa
Seringkali menungggu adalah hal yang menjemukan, apalagi ketika
segala usaha telah dilakukan dan tak ada hasil yang didapat. Aku yang notabene manusia
biasa hanya mampu berkata "Stop, aku lelah".. begitupula ketika
testpack yang kupakai pada awal bulan mei itu menandakan padaku dua buah strip
yg artinya -i'm pregnant-, tak seperti wanita lain yang kegirangan melihatnya,
cukup tersenyum, bukan karena aku tak bahagia atas hadirmu, hanya karena aku
terlalu takut terlalu berharap seperti yang sudah-sudah. Kujalani awal hadirmu
tanpa euphoria, cukup pasrah dan yakin bila memang kau rejekiku, semua akan
indah pada waktunya.
Hampir 4 tahun aku menunggumu datang mengisi kehidupanku yang
mulai bergerak stagnan, tak perlu kau tanya seperti apa aku menginginkanmu,
apalagi ketika melihat wanita-wanita lain yang menikah sesudahku sudah
menggendong bayi2-bayilucu mereka.. hmmm.. sesak dada ini, terlebih ketika harus
menjawab pertanyaan teman-teman atau keluarga yang kadang menyudutkan,
"kapan?, kok belum punya momongan?, wah rak jos ik, dsb", yang
mungkin hanya berupa gurauan, tapi sungguh aku tak suka. Bukan aku yang
menentukan bila memang aku belum saatnya diberi momongan.
Dua kali pula aku mesti menjalani kuretase sebelum kehadiranmu,
tak terperi bagaimana rasanya kehilangan harapan. Kuretase pertama kujalani
beberapa bulan setelah aku menikah di tahun 2008, dan sejak 2008 hingga 2011
tak ada sedikitpun tanda aku kan segera menimang bayi. Kuyu, aku merasa tak
sempurna menjadi wanita.
Di minggu kelima kehadiranmu, seperti di kehamilanku sebelumnya,
aku mulai flek-flek dan disusul dengan bleeding yang sangat hebat. Aku hanya
mampu mengelus dada, mungkin belum waktunya bagiku dipercaya olehNya menjaga
hadiah dari surga. Tapi haruskah kuret lagi sementara dua bulan sebelum
aku mengetahui engkau menghuni rahimku, aku baru saja selesai menjalani
kuretase ku yang kedua dan membuatku cukup trauma mengalaminya lagi.
Hmm, setelah di USG belum ada tanda-tanda kehadiranmu di rahimku,
hanya amnion yang terlihat. Seminggu lagi dokter meminta datang untuk
melihat perkembangannya karena biasanya janin baru nampak pada minggu ke
6. satu minggu kemudian dengan kondisi masih saja bleeding, kembali ku cek
kondisimu dan masih sama, kau belum terlihat juga. Harapan yang kususun mulai
kandas perlahan. tapi entah kali ini aku lebih tenang dibanding dua kehamilanku
sebelumnya, seperti sebuah keyakinan engkau kuat di dalam sana.
Dokter meminta datang di minggu ke 10 untuk memastikan janin tidak
Blighted Ovum (kondisi dimana janin tak berkembang semestinya, biasanya karena
masalah kromosom), apabila di minggu tersebut kau masih juga tak terlihat,
kuretase yang ketiga mesti kujalani.
Minggu ke-10, bleeding sudah berhenti, harap-harap cemas.
Kusisakan sedikit harapan dan hanya mampu berkata Bismillah. Pak Jati, Spog,
mengoleskan krim di atas perutku dan mulai menggerakkan alat USGnya, perlahan
kulihat di layar monitor, sebuah bentuk di dalam amnion akhirnya terlihat.
Akhirnya bunda melihatmu, nak (that was the first part of my greatest moment
with you). Hmmm, masih 10 minggu saja kau sudah suka main petak umpet ya..
"Nah itu keliatan," Pak Jati berkata dan Alhamdulillah, akhirnya the
real pregnancy datang juga, tapi perjalanan masih panjang dan segala
kemungkinan masih bisa terjadi, tapi bunda yakin kau kuat, dengan bleeding yang
cukup banyak dan kau masih mampu bertahan, kau hebat, nak!!!
Minggu demi minggu, bulan demi bulan kujalani, sungguh kau tak
banyak membuat bunda dan ayah kebingungan. Tak ada ngidam, nafsu makan biasa
saja, tak ada morning sickness bahkan 2 hari sebelum kau menghirup udara bumi,
bunda masih keluyuran kerja. Hanya kadang kau suka membuat bunda khawatir
karena begitu tenang di dalam sana, tanpa gerakan, hanya denyut-denyut
jantungmu yang kurasakan. Aku pikir kau bayi yang sangat anteng ketika lahir
nanti, ternyata sekarang kau begitu luar biasa aktifnya. Kadang pula aku
miris dan bertanya-tanya apa kau akan lahir dengan normal mengingat di
awal kemunculanmu kau sempat tak terdeteksi, bahkan dokter pun masih
meraba-raba apa yang diperlukan untuk membuatmu bertahan, jadinya asam folat
dosis tinggi adalah konsumsi dari minggu awal hingga akhir kehamilan. Sungguh
tangan Tuhan lah yang membuatmu hadir. Manusia hanya mampu berusaha,
selanjutnya biar Tuhan bekerja dengan keajaibanNya.
Setelah USG yang terakhir, posisimu masih tetap sungsang, ditambah
dengan minus mataku yang sudah mencapai delapan, tidak memungkinkan untukku
melahirkanmu secara normal. Meski sebagai seorang wanita aku berharap merasakan
kontraksi, pembukaan dan mengejan. Hmmm, sepertinya bukan takdirku.
Dengan berbagai pertimbangan, kupilih tanggal 28 desember 2011
sebagai hari lahirmu, tak ada hitung-hitungan, tak ada yang spesial di hari
itu, hari itu menjadi istimewa setelah kehadiranmu.
Delapan pagi pada Rabu, 28 Desember 2011, aku dan ayahmu datang ke
RSUD Kota Semarang, setelah melakukan pendaftaran dan dicek sebentar oleh
dokter, ditentukan jam 11.30 aku masuk ke ruang operasi. Asal kau tahu nak, aku
benci rumah sakit dan obat, serta takut jarum, sungguh tersiksanya diinfus dan
disuntik, dan hanya demi dirimu kupupus segala ketakutanku.
Sebelum masuk ke VK, dokter meminta koas mengecek denyut
jantungmu, senangnya bisa mendengar jantungmu berdetak sembari mengira-ira
seperti apakah dirimu, tak sabar, deg-degan, dan takut bercampur menjadi satu.
Persiapan di VK, berganti seragam rumah sakit. Pasang infus,
pasang kateter dan skin test untuk memastikan tidak alergi obat. Huff semakin
tak karuan rasanya. Hingga 11.30 pun datang, digledek ke ruang operasi tanpa
bisa menerka seperti apa rasanya cesar itu semakin membuat dag dig dug, apalagi
kalau mengingat pengalaman kuret yang kedua (obat bius tak bekerja dengan baik)
membuatku semakin takut membayangkan apa yang terjadi di dalam sana nantinya.
Masuk ke ruang operasi, step demi step dilakukan, dari ganti baju
operasi, menunggu sambil melihat pasien-pasien lain yang hilir mudik keluar
masuk ruang operasi, juga mendengar tangis-tangis bayi yang baru saja
dilahirkan.. tak terasa keringat dingin keluar juga.
Akhirnya tiba waktuku masuk ke ruang super dingin itu, menggigil
aku dibuatnya hingga suhu AC terpaksa dinaikkan. Baru aku tahu di luar hujan
cukup deras ketika jarum suntik menyentuh punggung bawahku untuk memasukkan
anestesi dan membuat tubuh bagian bawahku mati rasa. Hufff.. sakit...
Alhamdulillah, tim anestesi kali ini sangat baik dan ramah, aku diajak
bercerita sehingga keteganganku sedikit demi sedikit hilang. Sambil menikmati
hilir mudik tim anestesi dan tim medis lain mempersiapkan operasi, aku merasa
jantungku berdetak semakin cepat. Lama-lama aku merasa kakiku semakin tebal dan
tak bisa kugerakkan, bius mulai berjalan dengan sangat baik. Pak Jati masuk ke
ruang operasi, menyapa dengan ramah dan bercerita ini itu kepada tim medis,
sambil sesekali melempar gurauan padaku, membuatku tak khawatir.
Tim medis dan pak Jati mulai bekerja, aku tak bisa merasakan
apa-apa, tapi dari obrolan mereka aku tahu perutku mulai disayat. Hmm,
detik-detik kehadiranmu mulai kurasakan, lalu salah seorang dari tim anestesi
berkata "wah putihnya", aku belum ngeh kalo yang dimaksud adalah
dirimu. Hingga akhirnya pak Jati mengangkatmu dari rahimku tepat pada pukul
12.24, dan disambut dengan tangisanmu yang super keras membahana hingga ke
seantero ruangan seakan-akan ingin bilang .."huhuhu, aku masih enak-enak
bobo nih.. kok digangguin sih.." Bahagia campur haru melingkupi segenap
jiwaku seiring dengan kencangnya tangisanmu, wwelcome to the world, malaikat
kecilku. Sayang, karena fasilitas yang ada di RSUD bunda tak bisa melakukan IMD
dan memelukmu segera.
Setelah dokter selesai menjahit rahim dan perut, akhirnya bisa
keluar juga dari ruangan yang hampir membuatku beku, tapi aku belum bisa memelukmu.
Hingga akhirnya setelah kondisi dinyatakan stabil aku bisa keluar dari ruang
operasi, lucunya kalau pasien yang lahir keluar dengan memeluk bayinya, aku
keluar tanpa dirimu hingga ayah dan eyang-eyangmu menanyakan keadaanmu, takut
ada apa-apa. Aku sendiri bingung saat ditanya, "la bayinya mana?".
Sesaat kemudian dirimu yang begitu mungil dan putih pun dibawa
keluar oleh perawat, (mungkin saking menggemaskannya dirimu sampai
perawat-perawatnya juga tidak ingin jauh darimu). Itulah kali pertama aku melihat
binar matamu yang indah, tak bisa terungkapkan dengan kata-kata apapun. 2.8 kg
dengan panjang 47 cm, kau memang sungguh mungil dan menggemaskan, dan sejak
hari itu sungguh kau telah menyempurnakanku.
Mayda Hanifa Setianingtyas... sederetan doa dan pengharapan
menyertai kehadiranmu, jadilah kau cantik paras dan hatimu, jadilah kau teguh
menjaga iman, pendirian, kebenaran dan kebaikan dan setialah pada Tuhan dan
agamamu.
Gadis Hujanku
Kini sudah hampir 13 bulan kau menemaniku dari mulai ku membuka
mata hingga kembali kututup mata. Kau tumbuh dengan baik dan cepat. Sekarang
kau sudah mampu bernyanyi riang sambil bertepuk tangan, merangkak mengikutiku
ketika aku keluar kamar dan berceloteh riang, dan sesekali mulai memamerkan
langkah-langkah kecilmu. Sungguh senyum, tawa dan tingkah polahmu adalah
penawar untuk segala rasa lelah dan galau, meski terkadang kau juga rewel dan
menangis hingga membuatku kepayahan mengatasinya, namun itu semua membuatku
sadar bahwa menjadi
ibu itu tidak hanya melulu soal senangnya punya anak.. ada konsekuensi yang
harus dijalani di balik sebuah label bernama IBU.. kesabaran, kesabaran,
kesabaran.. yah, bukan Ibu yang sebenarnya kalo belum punya stok sabar yang
banyak, dan aku masih belajar. Menjadi ibu butuh mental yang luar biasa yang terkadang
kita mengira telah siap dengan mental yang kita punya, tapi Tuhan lebih tahu
sesiap apakah kita. Dengan hadirmu aku menjadi mengerti mengapa baru sekarang
Tuhan mempercayakanmu padaku. So buat teman-teman yang sampai sekarang masih
menanti momongan yang tak kunjung datang, jangan bersedih, teruslah berusaha,
persiapkan mentalmu karena akan banyak hal-hal tak terduga ketika kau sudah
menjadi seorang Ibu. Ketika Tuhan belum mempercayakan seorang anak kepadamu
yakinlah bahwa Ia tahu seberapa siap dirimu, dan semua kan indah pada waktunya.
Love this story so...
ReplyDeletemakes me cry.... :')
thank u :)
DeleteAku terharu
ReplyDeletehik hik hik.. :) makasih lo mbak sudah mampir
DeleteMasyaAllah huhuhu rembes. Aku membayangkan prosesnya Bun. Semoga diringankan segalanya dan lancarkan persalinan ku aamiin. Bunriritsehat selalu sekeluarga aamiin.
ReplyDelete