Assalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Sejak
mengulang Program Disiplin Anak (PDA) hari Minggu, 5 November 2017 yang lalu,
aku mulai kembali semangat menata remahan semangat untuk kembali mengatur
batasan untuk Ifa dan keluarga.
Apalagi
mengingat Ifa mulai nggak bisa lepas dari gadget, meski masih dalam kontrol
yang ketat. Salahnya bunda dan ayahnya juga sih yang nggak konsisten menetapkan
batasan. Selama ini batasan hanya dibuat dan dibagikan ke Ifa lewat mulut saja.
Semalam setelah Ifa sempat menangis karena nggak boleh main HP, dan hampir
ditindak time out ke luar rumah, akhirnya aku punya ide untuk sosialisasi ulang
batasan-batasan di rumah lewat gambar.
Untuk
menaikkan kembali mood Ifa, aku sempat mengajaknya berjoged dulu. Setelah dia
terlihat enjoy, barulah kuajak menggambar.
Aku: “Kak, kita menggambar yuk.”
Ifa: “Mau, mau, mau. Tapi nggak ada
kertasnya. Aku mewarnai aja ah, bunda.”
Aku: “Oke, bunda carikan bukunya
dulu ya.”
Setelah buku
mewarnainya ketemu, Ifa mulai siap-siap menggambar. Saat itu aku menemukan
beberapa kertas bekas yang bisa kupakai membuat poster batasan di rumah.
Ifa:
“Asyik, kalau bunda mau apa?”
Aku:
“Mau buat poster.”
Aku mulai
menggambar satu demi satu poster yang berisi batasan di rumah kami. Semoga
dengan digambar, Ifa jadi lebih mudah mengerti dan ingat.
Ifa:
“Itu apa? Maksudnya apa? Nanti aku diceritain ya, bunda.”
Aku:
“Oke, sudah selesai nih, siap diceritain?”
Ifa pun
manggut-manggut dan mendengarkan penjelasanku dengan seksama.
Gambar 1: Semua yang di rumah ini boleh menangis kalau sedang
bersedih, atau merasa kesakitan. Tapi kalau menangisnya sambil teriak-teriak,
dan mukul-mukul, tidak diijinkan di rumah ini. Apalagi kalau nangisnya karena
keinginannya tidak dituruti. Karena tidak diijinkan di rumah ini, yang nangis
teriak-teriak harus pilih; dipeluk lalu diam, atau ke luar rumah.
Respon Ifa, “aku nggak mau ke luar rumah ah. Mau peluk bunda aja. Tapi
kalau dicubit bunda boleh nangis kan?”
Wew. Ya kali
kalau kamu nggak njengkelin, bunda nggak bakalan nyubit, kak. Lagian udah tobat
juga masih diungkit-ungkit. Kataku dalam hati sambil nyengir ke Ifa.
Gambar 2: Untuk anak-anak, diperbolehkan meminjam HP ayah bunda
untuk nonton YouTube, lihat foto dan video hanya di hari Sabtu dan Minggu.
Waktunya dibatasi hanya tiga puluh menit sehari. Tidak boleh main game, dan
harus berada dalam pengawasan ayah bunda. Untuk orang tua, HP harus off selama
1821. Nonton TV boleh tapi hanya acara Bocah Petualang, Laptop Si Unyil dan
Dunia Binatang.
Respon Ifa; “Kenapa nggak boleh ngegame?”
Bunda:
“Karena bisa bikin kak Ifa nggak berhenti pegang HP dan kalau diminta pasti
marah-marah.”
Ifa;
“Ya udah deh. Tapi aku nonton TV nya kalau nggak ngantuk ya, bun?”
Bunda:
“iyalah, kalau capek, ya mending tidur kak.”
Gambar 3: Boleh main keluar saat sore hari, pulang sebelum
magrib, asalkan sudah istirahat siang, makan, mandi dan sholat ashar.
Respon
Ifa: “oke,
aku sudah tahu.”
Jika di pagi hari, jam 07:15 kak Ifa belum siap berangkat
sekolah, maka tidak akan ada yang mengantar ke sekolah. Kak Ifa boleh nggak
sekolah, tapi nggak boleh main baik di dalam atau di luar rumah. Hanya boleh di
dalam kamar dan bawa dua buku cerita,
sampai magrib. (Btw, peraturan soal sekolah, pemanasan aja. Karena TK masih
suka-suka, nanti SD baru dijalankan secara konsisten).
Respon
Ifa: “Wah, di
kamar terus, kalau main sama Affan boleh nggak?”
Bunda: “boleh.”
Ifa:
“Mewarnai?”
Bunda:
“Nggak boleh, cuma boleh baca buku. Itu pun cuma dua buku saja ya.”
Selama belum punya uang saku, kak Ifa boleh minta jajan setiap
hari Minggu dan beli mainan setiap tanggal 20.
Ifa:
“Oke, siap.”
Apakah
semudah Ifa mengatakan siap batasan ini nantinya akan ditegakkan? Tentu tidak,
pastnya akan penuh air mata dan peluh bercucuran. Permasalahan bukan di Ifa,
tapi bisakah bunda dan ayahnya konsisten menjalankan batasan-batasan ini.
Doakan kami,
pemirsa… agar menjadi orangtua yang istiqomah sehingga mampu menggiring
anak-anak menjadi pribadi-pribadi yang sholih dan disiplin. Aamiin.
Sesungguhnya mendidik anak itu mendidik diri sendiri.
Btw, maafkeun
gambarnya nggak jelas. Maklum pakai kertas bekas dan pensil warna murah, selain
itu rusak karena salah naruh di atas tisu basah, hehe. Semoga bisa bikin yang
lebih bagus, dan ditempel di dinding kamar.
Wassalammualaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
#hari7
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Post a Comment
Salam,
maritaningtyas.com